“Aku ini bukan si Sempurna. Aku ini punya banyak kekurangan. Dan aku tidak mau kamu mengetahui hal itu.”
-Catatan Tentang Hidup Vievy***
Jika kalian disuruh memilih antara mencintai atau dicintai, kalian akan memilih apa?
Jujur. Vievy tidak ingin memilih keduanya.
Mencintai itu sulit. Apalagi di masa-masa berjuang. Mencintai itu sulit. Apalagi jika disuruh menunggu.
Vievy 'kan tidak suka menunggu.
Sementara dicintai, itu sama sulitnya. Apalagi jika Vievy tidak balik mencintai orang tersebut. Vievy tidak mau menjadi penjahat. Vievy tidak mau ada hati yang terluka karena dirinya.
Seandainya saja kita bisa mengendalikan perasaan kita. Pasti tidak akan ada kata patah atau sakit yang diikuti kata hati.
***
Zaidan mengetukkan jemarinya di atas meja. Alisnya saling bertaut mengisyaratkan bahwa laki-laki itu sedang berpikir keras. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya, menghembuskan nafas, dan bergumam tidak jelas. Itu semua sudah dilakukan sejak Zaidan duduk di tempat duduknya. Bahkan ia sampai tidak menghiraukan sapaan dari teman-temannya yang sudah tiba di kelas. Termasuk Langit.
Langit sedang memijit layar ponselnya ketika Kalvi membisikkan dirinya sesuatu.
"Itu si Zaidan kenape? Kusut bat mukanya," bisik Kalvi yang duduk di depan tempat duduk Langit. Laki-laki itu memperhatikan wajah Zaidan dengan teliti.
Langit langsung mendongak, lalu melirik ke arah Zaidan sebentar. Kemudian laki-laki itu balas membisikkan sesuatu ke telinga Kalvi.
"Doi lagi galau. Masalah cewek," bisik Langit. Kalvi hanya mengangguk-angguk sambil membentuk bibirnya menjadi huruf 'O'.
"Kok tumbenan? Biasanya dia nolak cewek mulu kalo ada yang ngedeketin dia," tanya Kalvi lagi--kali ini tidak berbisik. Toh, Zaidan tidak akan mendengar. Orang dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Langit terdiam sebentar, berpikir. Lalu ia berdesis, "Kayaknya sih kena karma, deh. Sekarang ini dia 'kan lagi susah banget, tuh, buat deketin satu cewek. You know lah, siapa."
"Vievy, ya? Gue udah denger dari beberapa cewek di kelas ini," Kalvi lantas terkekeh, "Kasian amat Zaidan. Sekalinya suka sama cewek, sukanya yang model begitu."
Langit hanya tertawa sebentar sambil menggedikkan bahunya. Jujur, laki-laki itu tidak ingin masuk lebih jauh ke dalam urusan percintaan Zaidan. Karena dirinya sendiri kini sedang bertengkar dengan Okta. Masalahnya sih sepele. Karena hari libur kemarin Langit sama sekali tidak mengabari Okta. Ia sibuk mengambil andil dalam acara pernikahan kakak pertamanya yang akan di gelar bulan depan. Alhasil Okta marah-marah dan berlanjut mendiamkan Langit.
Kadang Langit suka tidak mengerti dengan jalan pikiran perempuan. Terlalu rumit.
"Gue harus ketemu Vievy," gumam Zaidan tanpa sadar. Matanya masih memandang dengan kosong. Kalau dilihat-lihat, Zaidan seperti kerasukan setan.
"Iya, gue harus," gumamnya lagi. Tapi kali ini Zaidan menegakkan badannya sambil melihat sekeliling. Laki-laki itu menyadari bahwa Langit dan Kalvi sedang memperhatikan dirinya. Lantas dia bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...