“Aku tidak baik-baik saja.”
***
Hari ini keadaan mental dan fisik Vievy sudah jauh lebih tenang. Ia tidak lagi memikirkan kejadian kemarin. Ia tidak lagi was-was akan ditanya oleh Zaidan. Segalanya seperti tersapu oleh angin berkat tugas Fisika, Kimia, dan Biologi yang entah kenapa 3 pelajaran eksak tersebut bisa ada dalam hari yang sama.
Vievy sih tidak ambil pusing dengan seluruh tugas tersebut. Tapi Okta. Dia yang selalu mengoceh kesana-kemari dengan suara khasnya yang bikin kepala Vievy berputar-putar. Seandainya saja Okta bukan teman sebangku Vievy. Pasti ia akan jauh lebih tenang mengerjakan tugas-tugas tersebut.
"Udah kan, ya? Udah selesai, kan?" Okta berbicara sendiri sambil memandangi buku tugas Biologi-nya yang penuh dengan esai. Sudah seperti bikin buku. Kayaknya setelah ini Okta bakal putar haluan menjadi penulis.
"Jam KBM udah selesai kan, yaa?" Tanya Okta pada seisi kelas. Yang langsung disambut oleh gemuruh suara siswa yang menghela napas panjang.
"Capek anjir," keluh Okta sambil mengelap peluh di keningnya dengan tisu. Kemudian dia meneguk air dari botol minumnya seperti tidak minum sebulan.
"Selesai juga akhirnya," gumam Vievy tersenyum tipis. Gadis itu segera merapikan perlengkapannya yang terserak di meja lalu ia masukkan seluruhnya ke dalam tas.
"Hari ini pulang bareng, nggak?"
Okta diam sejenak, mengingat-ingat jadwalnya hari ini. "Pulang bareng. Tapi selesai Langit latihan basket, ya, Vie?"
"Maksud lo?" Alis Vievy bertaut, "Gue disuruh nungguin lo nyemangatin Langit, gitu? Ih, kurang kerjaan. Nggak, nggak, nggak!"
"Ih ayolah, Vie!"
"Wasting time, Ta."
"Please!" Okta memasang wajah melas.
Vievy baru ingat, bahwa dirinya harus mendiskusikan bahan mading bersama Zaidan. Tenggatnya sebentar lagi. Jadi, kali ini Vievy mengalah pada Okta.
"Oke-oke!"
***
Lapangan indoor pada sore ini lumayan sepi. Hanya diisi oleh pemain basket dan beberapa orang penonton yang duduk di tribun.
Ketika Vievy sibuk memperhatikan para pemain basket yang berkumpul di lapangan, tiba-tiba saja Zaidan datang dari ruang ganti di sebelah kanan tribun.
"Vie," panggil Zaidan. Lelaki itu kemudian menaruh baju seragam putih abu-abunya ke dalam tas yang terletak tepat di samping kanan Vievy.
"Hai, Dan," Vievy mengulas senyum tipis.
Setelah berbincang-bincang sebentar tentang mading, Zaidan berpamitan pada Vievy untuk mengikuti latihan. Karena sebentar lagi Zaidan akan mengikuti turnamen basket antar SMA se-DKI Jakarta.
Setahu Vievy, Zaidan memang jago basket. Zaidan itu ibarat bintangnya eskul basket SMA Cahaya Sakti. Banyak gadis-gadis yang nge-fans sama lelaki itu. Tapi, Zaidan tidak terlalu menanggapi dan terkesan cuek. Padahal kalau sama Vievy, Zaidan itu perhatian. Terkadang Vievy suka baper sendiri kalau Zaidan mengirimi dirinya pesan yang isinya hanya bertanya lagi apa, ngucapin selamat malam, dan sejenisnya.
"Vie, jangan liatin Zaidan kayak gitu juga kali. Nyebut, Vie," Okta meledek Vievy yang sangat serius memperhatikan pergerakan Zaidan bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...