"Bisakah aku menghilang saja dari dunia ini?"
***
"Arghhhh!" Abi berteriak lantang. Frustasi. Sudah semalaman Vievy tidak pulang ke rumahnya. Bahkan Vievy tidak sekolah hari ini. Abi bingung. Kemana lagi ia harus mencari Vievy? Abi sudah mencari ke rumah Okta, namun tidak ada. Bahkan di tempat-tempat yang sering dikunjunginya pun tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu.
Abi menengok kesana kemari. Sepi. Mamanya sudah terlelap begitu juga dengan adiknya.
Tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan rumah Abi. Membuat laki-laki yang sedang duduk di teras rumahnya tersebut segera menghampiri mobil tersebut.
Gue harap Vievy.
Namun harapan Abi pun sirna ketika dilihatnya yang keluar dari mobil tersebut adalah Okta, Langit, dan Zaidan. Lo kemana, sih, Vie?
"Bi! Gimana? Belum ada kabar juga?" Okta berlari kecil menghampiri Abi.
Ini sudah malam. Okta agak sensitif dengan angin malam. Maka ia menggunakan bomber jaketnya. Jaket kembarannya dengan Vievy. Okta mengeratkan jaketnya begitu angin malam berhembus melewatinya. Aduh, Vievy, lo kan tau gue nggak bisa kena angin malam! Makanya, pulang dong!
"Seandainya udah ketemu, gue nggak akan nelponin lo berbelas kali, Ta," balas Abi sambil menatap langit gelap yang menaunginya.
"Iya, maaf, tadi gue lagi mandi. Nggak denger," kata Okta, "Udah coba nyari ke Kafe Apollo, Bi?"
Abi mengangguk lemas, "Udah."
"Lo udah ngasih tau ke orangtuanya Vievy?" Tanya Langit yang ikutan bingung dengan keberadaan gadis itu.
Abi menggeleng, "Orangtuanya lagi ke luar negeri. Kalo adeknya tadi udah gue kasih tau. Terus dia langsung pergi nyari Vievy."
"Handphonenya masih nggak bisa dihubungin?" Tanya Zaidan yang daritadi hanya mondar-mandir seperti orang ling-lung.
Abi langsung memandang Zaidan tidak suka, "Nggak usah nanya yang nggak guna, deh, lo!"
Zaidan balas memandang Abi tidak terima, "Gue cuma nanya! Kalo Vievy nggak jawab tapi nomornya aktif
'kan seenggaknya kita bisa ngelacak keberadaan dia.""Bener juga, Dan!" Sahut Okta, kemudian gadis itu langsung menyalakan ponselnya dan segera menelpon Vievy. Okta memandangi teman-temannya dengan cemas.
"Nyambung!" Pekik Okta sambil tersenyum lebar. Langit ikut tersenyum juga. Abi tersenyum, tapi dia pura-pura cuek. Tengsin lah sama Zaidan.
"Mana, mana?" Zaidan mengulurkan tangannya meminta ponsel Okta. Gadis itu langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Zaidan.
Zaidan mengutak-atik ponsel Okta beberapa lama, kemudian laki-laki itu tersenyum lega ke arah Okta, Abi, dan Langit.
"Vievy ada di Gramedia yang ada di mall deket sini!" Kata Zaidan semangat.
"Gramedia Mall Taman Anggrek? Serius?? Kok bisa, sih?! Gila, berapa lama dia disana coba!?" Tanya Okta heboh.
"Iya-"
"Udah! Nanti aja ngomongnya! Buruan kesana, nanti keburu Vievy pergi lagi!" Abi memotong perkataan Zaidan yang belum selesai. Dalam hatinya senang juga sih, melihat ekspresi Zaidan yang tampak kesal. Bodo amat, deh. Itu balasan karena sudah berani deketin Vievy. Haha!
Mereka berempat pun lekas masuk ke mobil dan pergi menuju mall tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...