"Welcome to Pulau Tidung!" Seru Okta tak tertahankan ketika mobil mereka telah memasuki area penginapan yang sudah mereka pesan jauh-jauh hari. Penginapan itu terletak tepat sekali di atas laut. Sehingga dari jarak ini saja mereka sudah dapat mendengar suara gemericik air laut yang bergerak pasang surut. Udara disini juga masih bersih dan menyegarkan. Cocok sekali untuk para pelajar yang ingin refreshing dari kehidupan sekolahnya yang monoton.
Untuk menyebrang ke Pulau Tidung, mereka harus menaiki kapal feri yang tidak dapat mengangkut mobil mereka, alhasil setelah sampai di Pulau Tidung, untuk mencapai ke penginapan, mereka menyewa mobil milik penduduk sekitar karena tidak mungkin mereka berjalan kaki dengan membawa barang sebanyak ini.
Okta adalah yang pertama turun dari mobil dan langsung berhambur ke luar menikmati sejuknya angin yang berhembus. Kemudian Abi bergabung bersama Okta dan memainkan pasir pantai yang masuk ke sela-sela sandalnya.
Jangan tanya Zaidan ngapain. Karena lelaki itu masih tertidur. Vievy jadi bingung. Adine sudah turun dan tanpa canggung mendekat ke tempat Abi dan Okta berdiri sementara Vievy masih duduk di kursinya. Berusaha membangunkan Zaidan dengan hati-hati.
"Dan...udah sampai," Vievy mengguncang-guncang tubuh Zaidan. Perlahan Zaidan membuka matanya dan mengusap wajahnya beberapa kali. Lelaki itu memperhatikan sekelilingnya. Menyadari bahwa ia telah tiba di tempat tujuan mereka.
"Lo ngantuk banget, Dan? Semalem abis ngapain sih? Begadang ya? Dari tadi tiduuur terus nggak bangun-bangun," Tanya Vievy saking penasarannya dengan lelaki tersebut. Yang ditanya hanya menggeleng pelan sambil meregangkan tubuhnya yang kaku akibat posisi tidur yang tidak benar.
"Kalau gue kasih tau nanti lo malah ngetawain gue," jelas Zaidan yang sibuk mengantongi ponsel, melingkarkan earphone di lehernya, serta memasukkan power bank miliknya ke saku hoodie yang ia kenakan.
Vievy mendelik, "Lah kenapa gue harus ketawa? Emangnya lucu?"
Zaidan enggan menjawab dan bergegas turun dari mobil diikuti oleh Vievy di belakangnya. Gadis itu masih penasaran dengan alasan Zaidan. Alhasil ia menarik lengan hoodie Zaidan agar lelaki itu kembali memandangnya. Bukan ke arah lain.
"Ayo dong kasih tau!" Ucap Vievy memelas. Duh, kalau begini Vievy merasa dirinya bukan Vievy yang jutek lagi. Hancur sudah imej Vievy sebagai gadis jutek nan dingin yang dulu melekat padanya.
Zaidan menatap Vievy ragu-ragu, lalu mendekat perlahan. Lelaki itu memegang pundak Vievy dengan kedua tangannya, mengarahkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Vievy.
Tatapan mereka saling beradu, membuat pikiran Vievy jadi buyar seketika. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali saking gugupnya mengetahui wajah Zaidan hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.
Dengan satu tarikan, lelaki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Vievy. Lelaki itu membisikkan sesuatu ke telinga Vievy, "Gue sering mabuk perjalanan kalau naik mobil dengan jarak yang jauh. Makanya selama perjalanan tadi gue minum antimo biar bisa tidur."
Zaidan menepuk-nepuk pundak Vievy sebelum akhirnya menjauhkan wajahnya dari Vievy. "Tegang amat pundaknya. Gue nggak mau macem-macem kok, Vie."
Zaidan nyengir, begitu juga dengan Vievy. Yang lama kelamaan cengiran gadis itu berubah menjadi tawa yang tak bisa ia tahan.
"Pantesan lo selalu milih bawa motor ketimbang mobil. Ternyata itu alesannya?" Vievy tersenyum mengejek, "Payah ah! Jagoan basket masa mabuk perjalanan haha!"
"Sssstt," sahut Zaidan panik lalu menyimbolkan tanda diam kepada Vievy, "Yang tau cuma lo sama Langit. Jangan kasih tau siapa-siapa lagi ya, Vie?"
Vievy masih tertawa, namun ia mengangguk menyetujui permintaan Zaidan. Lucu sekali Zaidan ini. Vievy jadi gemas sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...