[40] Epilog

296 15 5
                                    

Vievy merebahkan dirinya di atas ranjang sementara tangannya sibuk bergerak meraba-raba permukaan ranjangnya mencari keberadaan remote AC. Setelah mendapatkannya, gadis itu mengarahkan ke arah pendingin ruangan itu berada dan menekan tombol on lalu melemparkan kembali benda tersebut ke sembarang arah.

Mata gadis itu kini terpejam. Dengan balutan pakaian rapi yang masih membungkus tubuhnya. Gadis itu menghela napasnya dengan kasar. Lelah. Mungkin kata itu yang bisa meggambarkan keadaan Vievy sekarang.

Ia menyadari kamar apartemen miliknya kini terasa amat sepi, meskipun memang selalu sepi. Tidak ada canda tawa dari orang-orang yang biasa beredar di sekitarnya. Tidak ada wangi masakan Mbak Ina yang dapat tercium ke segala penjuru ruangan. Tidak ada umpatan kasar Genta yang selalu terdengar ketika lelaki itu bermain game online kesukaannya di ruang tamu sambil rebahan. Tidak ada suara seruan Abi yang suka sekali iseng memanggil namanya dari depan rumah gadis tersebut.

Vievy terkadang merindukan hal-hal kecil itu. Biarpun gadis itu punya jadwal yang sangat padat di sekolahnya, tetapi tetap saja, di sela-sela kesibukannya itu, Vievy seringkali tiba-tiba terdiam. Bergelut dengan pikirannya sendiri. Jenuh. Rindu.

Vievy juga merindukan Okta dan Adine yang bisa tiap hari mendatangi rumahnya hanya untuk menumpang makan, menonton drama korea, atau sekadar ngerumpi bersama. Vievy ingin berbicara lagi dengan mereka. Namun ia tidak ingin mengganggu aktivitas mereka. Apalagi, Paris dan Jakarta memiliki perbedaan waktu yang sangat menyebalkan. Kalau di sini pagi, di sana sedang siang. Di waktu-waktu itu mereka pasti sedang sama-sama sibuk sekolah. Membuat Vievy jadi dilema.

Kini waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Vievy menggeliat pelan di posisinya, merasa malas untuk sekadar bersih-bersih setelah pulang dari kelas desainnya. Meskipun setelahnya gadis itu jadi terduduk tegak saat membaca pesan dari Zaidan.

Zaidan: Vie, facetime yuk?

Gadis itu jadi tersenyum cerah begitu saja. Hatinya menghangat. Perutnya seperti dikerubungi kupu-kupu terbang. Zaidan selalu berhasil membuat moodnya kembali bagus. Jemari tangan gadis itu tergerak mengetikkan sesuatu di kolom chat mereka.

Vievy: YUK

Dengan gesit Vievy segera meraih laptop dari atas nakas yang terletak di samping ranjang. Vievy membuka benda tersebut dan langsung menekan tombol power. Gadis itu kembali tiduran dengan posisi tengkurap menghadap layar laptopnya. Ia meraih ponsel dan berniat mengetikkan pesan kepada Zaidan sembari menunggu laptopnya menyala sepenuhnya.

Zaidan: ini aku udah on

Vievy: lagi nyalain laptop, tunggu yaa

Zaidan: iyaaaa

Vievy: kangen :((((((

Zaidan: miss you more, Vie.

Vievy melirik layar laptopnya yang sudah menampilkan halaman desktop dengan background foto Vievy bersama teman-teman sekelasnya yang pernah diabadikan oleh Zaidan waktu pensi sekolah. Gadis itu langsung saja menghubungkan laptopnya pada wifi yang terpasang di kamar apartemennya lalu telunjuknya menggeser kursor memilih ikon facetime.

Di layar tersebut muncul tulisan 'Zaidan is calling', Vievy tersenyum antusias sambil menerima panggilan tersebut.

"Hai, Vievy!" Gadis itu langsung disambut wajah tersenyum Zaidan yang menghiasi hampir seluruh layar laptopnya sambil melambaikan tangan. Vievy tak bisa menahan senyum bahagianya melihat wajah Zaidan yang sudah lama ia rindukan.

"KANGEN!!!" Vievy berseru begitu saja, jadi meluapkan sedikit perasaannya yang telah lama ia pendam. Zaidan jadi tertawa dibuatnya. Lelaki itu menatap Vievy lama, masih dengan senyum mengembang di wajah.

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang