Hari keberangkatan Vievy menuju Paris kian dekat. Gadis itu sudah menyiapkan segala perlengkapan yang ia butuhkan untuk dibawa ke Paris. Bahkan, Vievy juga dibantu oleh Zaidan yang selalu setia mengantarkan Vievy kemana pun dan kapan pun meskipun lelaki itu sedang sibuk-sibuknya berlatih basket untuk turnamen. Tapi tidak apa-apa, Zaidan bersedia melakukan segala hal untuk Vievy.
Perihal pesta perpisahan yang disampaikan ibunda Vievy waktu itu, akhirnya tidak jadi terlaksana. Karena orangtua Vievy ada dinas mendadak yang mengharuskan mereka meninggalkan rumah selama satu bulan lamanya. Ya, bahkan mereka tidak memiliki waktu untuk mengantar putrinya yang akan melanjutkan pendidikan ke Paris. Vievy cukup sedih, sih, setelah mendengar kabar itu tapi toh selama ini Vievy memang sudah terbiasa melakukan apa-apa sendiri, jadi ia yakin dirinya pasti bisa.
Sebelum pergi dinas, orangtua Vievy menitipkan Vievy kepada ibunda Abi. Satu-satunya tetangga yang mereka kenal cukup dekat dan dapat dipercaya. Vievy disuruh menginap di rumah Abi sampai hari keberangkatannya ke Paris. Namun Vievy langsung menolak dengan tegas dan mengatakan bahwa gadis itu akan mengajak Okta dan Adine untuk menginap di rumahnya agar ia tidak kesepian.
Jangan tanya Genta kemana. Vievy baru tahu bahwa adiknya itu ternyata merupakan ketua panitia acara perpisahan kelas sembilan yang akan dilaksanakan setelah wisuda angkatannya. Jadi anak itu sedang sibuk mempersiapkan acara sehingga ia malas pulang ke rumah. Kayaknya sih Genta cuma pulang seminggu sekali, itu juga kalau Vievy tidak lupa mengingatkan. Genta tidak pernah memberitahu Vievy dirinya tidur dimana selama ini jika tidak pulang ke rumah, yang gadis itu tahu adalah Genta memiliki basecamp yang sering ia kunjungi bersama teman-temannya. Jadi mungkin selama ini adiknya tidur di basecamp tersebut.
Saat ini Vievy hanya bisa menonton drama Korea sambil menunggu Okta dan Adine pulang sekolah. Ia sudah berhenti dari les Bahasa Perancis yang ia ikuti selama dua bulan ini. Setelah episode drama yang ia tonton telah habis, Vievy memutuskan untuk tidak melanjutkan episode berikutnya karena ia melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 16:00 WIB. Seharusnya, sih, Okta dan Adine sudah selesai KBM.
Vievy bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang tamu. Ia masih sibuk menatap ponselnya, menunggu pesan dari seseorang. Seseorang ini sudah dua hari tidak mengabari Vievy. Entah sekadar bertanya basa-basi atau mengabari apa saja yang dilakukannya selama dua hari tersebut. Chat Vievy pun belum dibaca oleh orang tersebut.
"Wah, ini gue kok malah nyepam chatnya Zaidan sih," Vievy merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Gadis itu jadi menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Kenapa dia jadi posesif begini?
Suara mesin mobil di depan rumah Vievy membuat gadis itu jadi bangkit dan mengintip dari jendela rumahnya. Mobil itu mirip dengan mobil Langit. Eh, atau memang benar itu mobilnya Langit ya?
Vievy segera keluar untuk memastikan tebakannya. Benar saja, Okta keluar dari mobil tersebut disusul dengan Adine. Okta menoleh ke arah Vievy lalu melambaikan tangannya dengan senyum sumringah.
"Kenapa lo senyam-senyum gitu kayak abis bucin sama Langit?" Tanya Vievy dengan suara keras agar terdengar oleh Okta.
"Emang abis bucin! Gue saksinya nih, disuruh nungguin mereka berdua bucin dulu baru bisa pulang!" Adine menyahut, suaranya menggebu-gebu seakan menyimpan dendam kepada Okta. Vievy hanya tertawa dibuatnya. Akhirnya Adine merasakan apa yang Vievy rasakan sejak dulu.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam. Adine langsung menyambar sofa dan mencari posisi duduk yang nyaman sementara Okta menaruh tasnya di atas meja lalu merebahkan diri di sofa.
"Vie, Vievy," sahut Okta kepada Vievy yang masih mengusap layar ponselnya berkali-kali, berharap ada satu notifikasi pesan baru dari Zaidan.
"Hah?" Vievy menoleh dengan kaget, lalu duduk di sebelah Adine yang sedang mengipas-ngipas tubuhnya dengan telapak tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...