[8] Do As You Want! I Don't Care

1.3K 65 5
                                    

"Jangan mencintai kalau kamu tidak ingin merasakan sakitnya patah hati."

***

"Ini."

Vievy menyerahkan buku jingga kesayangannya ke hadapan Zaidan. Zaidan mendongak, menatap ke arah gadis tersebut yang telah duduk bersila di sebelah dirinya.

Suasana perpustakaan di kala jam istirahat memang cukup ramai. Namun itu tidak menjadi masalah bagi mereka berdua daripada harus bertemu di kantin yang pastinya akan jauh lebih ramai.

Zaidan menutup buku kimia yang tadi dibacanya lalu menaruh buku tersebut di tengah-tengah meja.

Vievy lantas menyeletuk, "Rajin banget, Mas, baca buku kimia."

Setelahnya Vievy langsung menyadari bahwa kata-kata itu bukan Vievy banget!

Zaidan tertawa, "Lebih baik mencegah kebegoan, Vie."

Vievy terkekeh pelan, lalu ia menunjuk buku jingganya, "Itu dibaca dulu. Kalo ada yang kurang biar gue benerin disini. Nanti Ketos Bawel itu keburu marah."

Vievy lebih suka memanggil Kak Aldi dengan sebutan Ketos Bawel. Karena setiap kali diadakan rapat OSIS, Kak Aldi selalu saja bertanya tentang mading yang Vievy urusi sehingga membuat Vievy jengkel. Apalagi nada suaranya yang terkadang tidak bisa santai. Kalau bukan Ketua OSIS rasanya ingin Vievy tinju.

Zaidan mengangguk seraya membuka lembar demi lembar buku tersebut. Sampailah ia pada halaman dimana terdapat tulisan tangan Vievy yang indah. Tulisannya begini:

Aku Tak Mahir Membuat Judul

Dengar, kasihku...
Akan kutunggu dirimu...
Di istana milik berdua...
Di tempat paling nyaman yang pernah ada...

Tak ada lagi perjalanan...
Tak ada lagi peluh...
Tak ada lagi lelah...

Dan ketika kita kembali bersama...
Akan kuucapkan,
Kata yang di hari sebelumnya,
Tak berani kuungkapkan...

Bahwa aku,
Gadis yang gugur,
Dalam perjalanan tak berujung kita...
Mencintaimu...
Dengan seluruh jiwa dan raga...
(Hanya cuplikan. Akan di buatkan part tersendiri.)

"Touchy, isn't it?" Gumam Zaidan setelah selesai membaca tulisan tangan Vievy.

"Gimana? Gue 'kan bukan maestro puisi, jadi, ya...maklumin aja kalo aneh."

Zaidan menggeleng pelan, "Ini bagus, Vie. Serius."

Vievy hanya tersenyum simpul. Kemudian Zaidan membetulkan posisi duduknya, laki-laki itu duduk menghadap Vievy sepenuhnya. Mereka berhadapan.

"Gue bertanya-tanya, siapa orang yang lo pikirin saat nulis puisi ini?" Tanya Zaidan penasaran. Matanya menatap lekat-lekat ke dalam mata Vievy.

Vievy jadi gugup karena ditatap seperti itu oleh Zaidan. Gadis itu bergeser sedikit ke belakang untuk memberi jarak di antara tubuhnya dan tubuh Zaidan.

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang