Sudah sepekan sejak kedatangan Zaidan ke rumah Vievy. Artinya, sudah sepekan pula Vievy dan Zaidan resmi berpacaran. Namun, keduanya belum sempat bertemu kembali sejak hari itu. Karena libur akhir semester sebentar lagi berakhir dan Zaidan sedang disibukkan dengan bermacam-macam latihan yang diadakan anak-anak ekskul basket.
Vievy hanya bisa mengobrol dengan Zaidan lewat chat dan telepon. Itu juga tidak berlangsung lama. Kadang saat mereka sedang telponan, Zaidan suka ketiduran karena mereka telponan tengah malam. Zaidan mungkin kelelahan. Ya, Vievy bisa memaklumi, sih, kesibukkannya Zaidan. Kan, lelaki itu adalah pentolan tim basket sekolahnya. Jadi, kehadiran Zaidan pasti sangat penting bagi anak-anak ekskulnya tersebut.
Vievy sendiri juga sedang disibukkan dengan les bahasa Perancis sambil menghitung hari keberangkatannya ke Paris. Memang, sih, masih sebulan lagi gadis itu berangkat. Namun, sebulan itu adalah waktu yang singkat jika Vievy pikir-pikir. Bukan hanya Vievy yang beranggapan seperti itu, Zaidan juga merasa satu bulan tidak cukup untuk mempersiapkan hatinya yang akan ditinggal oleh Vievy.
Saat ini Vievy sedang berada di tempat les bahasa Perancisnya. Gadis itu tengah menyimak penjelasan dari tutor yang sedang menulis di papan tulis. Gadis itu sesekali melirik ponselnya yang sunyi. Tidak ada notifikasi sama sekali dari Zaidan. Bahkan dari grup VIEVY ILANG yang biasanya ramai.
Vievy mendengus, kenapa juga ia memikirkan hal lain saat sedang belajar. Ayo, Vie. Lo harus fokus. Cuma ini satu-satunya hal yang bisa gadis itu lakukan untuk saat ini. Jadi ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang telah orangtuanya berikan.
Omong-omong soal orangtua, Vievy jadi teringat rencana umminya yang tiba-tiba ingin mengadakan farewell party untuk Vievy. Gadis itu diperintahkan untuk mengajak teman-teman Vievy yang bahkan jumlahnya tidak lebih dari lima orang. Tapi, tidak apa-apa. Bagi Vievy, lima orang itu sangat berharga dan tak tergantikan oleh siapapun. Vievy sangat bersyukur dapat dipertemukan oleh teman-teman yang sangat baik pada dirinya.
Kelas sesi 3 telah usai, Vievy segera merapikan buku-buku dan alat tulisnya lalu memasukannya ke dalam tas ransel berwarna hitam miliknya. Teman-teman lesnya berpamitan untuk pulang terlebih dahulu kepada Vievy. Gadis itu hanya tersenyum lalu melambaikan tangan kepada mereka.
Vievy sudah cukup kenal dengan murid-murid di kelas ini, karena mereka memang memiliki tujuan yang sama dengan Vievy, yaitu melanjutkan pendidikan ke Perancis. Alhasil mereka jadi sering mengobrol tentang persiapan yang telah mereka lakukan dan banyak hal lainnya.
Ada tiga murid selain Vievy yang belum pulang ternyata. Sepertinya mereka belum selesai mencatat materi yang ditulis di papan tulis oleh tutor tadi.
Baru saja Vievy berniat bangkit dari kursinya, tetapi satu notifikasi dari ponselnya segera membuat gadis itu kembali duduk dan membuka layar ponselnya penasaran.
Vievy membaca notifikasi itu. Akhirnya, Zaidan mengiriminya pesan! Setelah sekian jam ia tidak mendapat kabar dari Zaidan.
Zaidan: masih di tempat les, Vie?
Vievy segera membalas pesan tersebut.
Vievy: iya baru selesai
Vievy: kamu udah selesai latihan?
Pesan tersebut sudah dibaca, tetapi belum ada balasan apa-apa dari Zaidan. Vievy jadi bertanya-tanya dalam hati. Namun rasa penasarannya sirna ketika ponselnya berdering menandakan telepon masuk dari Zaidan.
"Halo, Dan?" Sambut Vievy di telepon.
"Vie, aku udah di depan tempat les kamu. Ayo turun, aku anter pulang," ucap lelaki itu tanpa basa-basi. Vievy mau tak mau jadi membelalakkan matanya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...