Adine menatap ke luar jendela rumahnya. Hari ini hujan turun cukup deras. Membuat gadis itu jadi mager alias malas bergerak untuk melakukan apapun. Alhasil, gadis itu sengaja membalut tubuhnya dengan selimut tebal dan tiduran di tempat tidurnya. Sesekali ia mengecek layar laptopnya untuk mengganti video klip One Direction dari youtube yang ia putar dengan volume kencang.
Hari sabtu memang menjadi surga untuk Adine. Biasanya gadis itu akan bermalas-malasan pada hari Sabtu, tetapi hari Minggunya ia akan bekerja keras untuk menyelesaikan pr-pr yang menumpuk selama seminggu.
Omong-omong, Adine masih belum bisa melupakan apa yang dikatakan Rachel kemarin sore. Ia masih saja memikirkan tentang hal itu. Ditambah ia baru mendengar kabar bahwa Vievy kabur dari rumahnya. Pikiran gadis itu jadi semakin rumit.
Memang, selama ini fokus Adine adalah untuk membuat Vievy jera. Dari mulai menantangnya adu mulut, menyindir sikapnya, sampai membongkar rahasianya. Ada rasa kepuasan tersendiri ketika melihat gadis itu menderita. Ya, setidaknya Vievy harus merasakan apa yang Adine rasakan. Walaupun Vievy lebih banyak diam dan tidak menanggapi Adine, tapi lama kelamaan gadis itu bisa juga tersulut emosi. Dan Adine suka melihat Vievy terpancing emosi.
Adine mendengus pelan. Kenapa jadi inget Vievy, sih?
Kemudian Adine bangkit dari posisi tidurnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Gadis itu berjalan ke meja rias di sudut kamarnya yang terletak di samping jendela. Ada sebuah foto yang terpajang di meja itu. Foto dirinya dan Viora, kakaknya Vievy.
Mungkin semua orang tidak ada yang tahu, bahwa dulu saat Adine masih duduk di sekolah dasar, ia pernah sedekat itu dengan Viora. Awalnya adalah ketika Adine menangis di toilet sekolahnya, lalu Viora menghampirinya dan mengajaknya ngobrol. Viora tahu Adine adalah teman sekelasnya Vievy. Jadi gadis berwajah teduh itu tergerak hatinya untuk membantu Adine. Tak disangka, hubungan keduanya jadi semakin dekat bahkan bisa dibilang, Viora menganggap Adine sebagai adiknya sendiri seperti ia memperlakukan Vievy.
Tentu saja Vievy tidak pernah mengetahui hal itu. Karena Vievy yang dulu adalah anak yang cukup cuek walau hatinya selembut kapas. Vievy tidak pernah ikut campur urusan pertemanan Viora. Apalagi sampai melarang-larang Viora untuk tidak berteman dengan Adine. Walaupun Adine dari dulu sudah tak suka dengan Vievy, tapi Vievy tidak pernah menganggap gadis itu serius. Karena Vievy dulu menganggap Adine hanya iri saja dengan dirinya.
Adine memandangi foto tersebut dengan sendu, "Viora, gue kangen. Gue minta maaf, selama ini gue udah ngejahatin adek lo, si Vievy. Tapi lo ngerti kan, kenapa gue benci banget sama adek lo? Dia penyebab lo nggak ada di samping gue saat ini. Di saat gue butuh banget kehadiran lo. Karna lo satu-satunya tempat curhat yang paling bikin gue nyaman."
Bulir air mata mengalir dari sudut mata gadis berwajah mulus itu. Perlahan, tangis itu makin menjadi-jadi. Adine tak tahan untuk tidak terisak.
Dengan backsound dari laptop Adine yang memutar lagu One Direction - Gotta Be You, gadis itu menangis tersedu-sedu. Mengingat segala kejadian yang dulu ia alami. Mengingat bagaimana ia tidak punya teman sementara yang lain bermain bersama temannya. Mengingat bagaimana nilainya yang anjlok di saat Vievy di puja-puja karena nilainya yang paling bagus di kelas mereka. Mengingat bagaimana seorang Abizar Putra Renaldi yang tergila-gila dengan gadis seperti Vievy. Semua hal tersebut sangat Adine benci.
Isak tangis Adine terhenti ketika ia mendengar suara notifikasi LINE dari ponselnya yang berada di tempat tidur. Adine segera menyeka air mata yang membasahi wajahnya sampai kedua matanya terlihat bengkak tersebut, lalu segera beranjak ke tempat tidurnya. Diraihnya ponsel berwarna silver itu dengan satu tangannya. Lalu Adine segera membuka notifikasi tersebut.
Abizar: woi
Abizar: bisa ketemu gak skrg? Gua pengen ngomong sesuatu
Tenggorokan Adine jadi tercekat membacanya. Bagaimana, nih? Padahal ia sudah tidak punya tenaga untuk menjadi batu keras seperti yang gadis itu selama ini lakukan jika berhadapan dengan Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...