[12] Memory

1.3K 55 5
                                        

"Aku lelah."
-Vievy

***

Begitu melihat Vievy sudah berada di kelas melalui jendela, Okta segera masuk ke dalamnya dengan berlari kecil.

Pukul 06:05 pagi. Dan mereka berdua sudah duduk di kelas. Sepi, pasti. Mana ada siswa yang mau datang jam segini?

Tapi mereka berdua punya alasan penting. Sangat-sangat penting yang mengharuskan mereka untuk datang pagi.

Apa lagi kalau bukan ingin menyalin PR?

"Abi belom dateng juga?!" Tanya Okta sembari menaruh tasnya dengan kasar ke atas meja. Okta meniup poni depannya, tanda bahwa gadis itu sedang kesal.

"Belom." Vievy membuka tasnya dan mengeluarkan buku pelajaran Matematika. Tak lupa gadis itu mengeluarkan tempat pensil kesayangannya yang berbentuk kelinci. "Gue udah lumutan tau nggak, nungguin dari jam setengah enam disini. Mana tadi gue nungguin Pak Dwi dateng dulu lagi buat bukain kelas."

"Yaudah sabar, sabar," Okta mengelus punggung Vievy sambil terkekeh kecil.

Tok..Tok..

Pintu kelas di ketuk.

"Subhannallah, Ummi sama Okta dateng jam segini?"

Okta dan Vievy langsung menoleh pada sumber suara. Itu Abi. Lengkap dengan senyum kepedeannya.

"Jangan banyak omong. Cepet keluarin yang kemaren gue pesen," Okta menunjuk-nunjuk Abi lalu mengisyaratkannya untuk menghampiri dirinya.

Sementara Vievy cuma diam saja memperhatikan Abi. Dan ketika Abi sadar akan hal itu, cowok itu langsung menyeletuk.

"Vie, jangan liatin gue mulu. Malu."

"Ih, kepedean," entah kenapa nada suara Vievy tidak setinggi biasanya. Cewek itu merasa kurang enak badan. Jadi ia malas marah-marah.

Abi hanya menyeringai lalu segera mengeluarkan buku catatan Matematikanya yang semalam dibuat untuk mengerjakan PR tersebut.

Okta langsung meraih buku itu dan membuka lembar demi lembar buku tersebut. Setelah sampai pada catatan yang ia maksud, Okta menaruh buku tersebut di antara meja Vievy dan dirinya dan mulai mencatat.

Maaf ya, tapi perbuatan Okta dan Vievy jangan dicontoh. Karena mereka berdua memang belum mengerti materi yang di PR-kan.

Ingat waktu Vievy dan Okta pergi ke UKS? Nah, saat itulah Bu Indri menyampaikan materi tersebut serta memberi PR ini. Sekali lagi jangan dicontoh. Hehe.

***

"Kayaknya gue bener-bener harus bikin Vievy kapok, deh!" Seru Adine pada teman-teman nongkrongnya. Kini dirinya sedang berada di kantin untuk istirahat.

"Bentar-bentar Dine," Rachel-teman yang paling dekat dengan Adine-menyela. Gadis blasteran Inggris itu mengernyitkan dahinya.

"Lo segitu bencinya sama Vievy, ya? I mean lo belum puas sama apa yang Abi omongin ke lo?" Rachel benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Adine, "Sekadar ingetin aja, Abi bilang lo harus pandang dia sebagai orang yang punya hati. Bukan barang lagi, Dine."

"Rachel​! Please, jangan bikin gue pusing," Adine menyentak lalu memegangi keningnya yang seperti ditusuk ribuan jarum. Menurut Adine, Rachel itu cerewet. Suka sekali mengomentari dirinya.

"Menurut gue sih, Dine, lo bongkar aja rahasia Vievy yang katanya lo aib banget itu? Mana tau dia bakal diem dan nggak deketin Abi lagi," Dinda memberi usul, "Tapi, lo harus pastiin orang yang Vievy sukain itu-si Zaidan-denger apa yang lo omongin."

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang