[2] I Need More

3.2K 110 12
                                    

"Kamu tahu? Bagiku, tatapan matamu bagaikan penakluk yang tidak tertandingkan."


***


"Vievy, PR Matematika udah belom?" Tanya Okta yang baru saja datang. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, setengah jam lagi bel masuk akan berdering.

Vievy memang sudah biasa dilihat PRnya seperti itu sama Okta atau teman-teman lainnya. Selama 2 bulan mereka sekelas, mereka sudah mengetahui mana yang anak rajin, anak pintar, anak pemalas, dan sebagainya.

Seperti Raka, ketua kelas yang rajin tapi tidak kunjung pintar.

Ada juga Radit, laki-laki tukang bikin onar teman baiknya Abi.

Sementara Vievy, gadis itu lumayan pintar. Tapi dia tidak sepintar Karina yang otaknya benar-benar encer itu.

Vievy yang sedang memainkan ponselnya lantas menoleh, lalu mengangguk begitu saja.

"Udah, kenapa? Lupa? Keasikan ngobrol sama Langit, ya?" Tanya Vievy dengan nada menyindir.

Okta terdiam sebentar, dia tidak mengira bahwa Vievy akan membahas kejadian kemarin. Sebenarnya wajar saja kalau Vievy marah atau kesal, toh Okta memang salah. Gadis itu juga mengakuinya.

Okta pun memasang wajah memelasnya.

"Ayolah, Vie...Vievy cantik deh! Gue pinjam sebentar, ya?"  Mohon Okta kepada Vievy.

"Nggak mau," tukas Vievy kemudian bangkit dari tempat duduknya dengan menggenggam ponsel di tangan kirinya sementara di lengan kanannya tersampir jaket kulit berwarna hitam.

Punya Zaidan.

Ah, entah kenapa setiap Vievy memikirkan Zaidan, rasanya perut Vievy diterbangi oleh ribuan kupu-kupu berwarna-warni. Pipinya juga ikutan berwarna merah. Benar kata Langit, sudah seperti kepiting rebus!


"VIEVY, IH! JANGAN KABUUR!"

Vievy enggan menanggapi teriakan Okta. Gadis itu sudah terlanjur kesal, secepat itu perubahan moodnya.

Vievy melangkah perlahan, menyusuri koridor ruang kelas 10 yang ramai oleh murid-murid yang mengobrol di depan kelas mereka. Tidak terasa, ketika Vievy mengarahkan pandangannya ke bawah, dia mendapati tali sepatu kirinya lepas.

Vievy pun menaruh ponselnya dalam saku rok kemudian berjongkok dan mengikat kembali tali sepatunya.

"Loh, Vievy?"

Vievy lantas mendongak, "Zaidan?"

Vievy menatap lamat-lamat laki-laki di hadapannya. Zaidan pagi ini memakai topi hitam, jaket berwarna biru dongker bergaris kuning, dan masih membawa tas di punggungnya. Sepertinya Zaidan baru datang juga, sama seperti Okta.

 Sepertinya Zaidan baru datang juga, sama seperti Okta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang