[28] The Call

299 31 6
                                    

Waktu mengetahui bahwa Vievy sudah selamat sampai pulang ke rumahnya, Zaidan ingin sekali langsung bergegas menuju rumah Vievy. Tidak peduli langit sudah gelap gulita dan semua anggota keluarganya telah terlelap dalam tidur nyenyak. Tapi, ia mengurungkan niatnya ketika mengetahui bahwa Vievy sedang terbaring lemas di kamarnya. Jika datang sekarang, Zaidan takut itu akan memperburuk keadaan Vievy.

Yang penting gue udah tau Vievy ada dimana.

Pikir lelaki itu dalam hati. Jujur Zaidan rindu sekali dengan gadis berwajah jutek tersebut. Ingin rasanya Zaidan berlari ke rumahnya dan memeluk Vievy erat-erat. Agar gadis itu tidak pergi kemana-mana lagi. Zaidan sudah terlanjur sayang pada Vievy.

Ketika mendengar cerita masa lalu Vievy yang kelam itu, bohong kalau ia tidak merasa kecewa pada awalnya. Namun entah mengapa rasa kecewanya itu tak mampu menyaingi rasa sayangnya Zaidan kepada Vievy. Mau Vievy punya beribu-ribu cerita kelam yang disimpan gadis tersebut pun, Zaidan pasti akan menerimanya. Baru kali ini Zaidan merasakan cinta sekaligus dibutakan olehnya.

Lelaki beralis tebal itu sedang memain-mainkan pensilnya di atas meja belajar. Dari tadi Zaidan belajar untuk ulangan, namun tidak ada satupun materi yang nyantol di otaknya. Padahal biasanya Zaidan paling cepat mencerna pelajaran.

"Ck!" Zaidan berdecak kesal. Ia menggaruk-garuk kepalanya seperti orang ling-lung.

"Vievy, gue kangen banget sama lo," gumamnya tanpa sadar. Membuat Zaidan jadi menghela napasnya kasar. Setelah itu tercetus ide untuk mengirim pesan kepada Vievy lewat LINE. Siapa tahu dibalas. Eh, dibaca saja juga Zaidan terima kok. Yang penting perasaannya telah tersampaikan kepada yang bersangkutan.

Zaidan: Vievy...

Zaidan: lo masih nyimpen kontak gue gak ya

Zaidan: gue belum di coret dari daftar temen lo kan?

Lama berselang, namun lelaki itu belum menerima balasan dari Vievy. Zaidan langsung berpikir bahwa nomornya sudah di blok oleh Vievy. Atau bisa jadi kontak Zaidan di delete dari akun LINE gadis tersebut. Pasti, sih. Siapa sih yang masih mau berteman dengan orang yang sudah memperlakukan kita seperti sampah? Ini semua salah Zaidan karena terlalu mementingkan egonya sendiri tanpa melihat keadaan dari sudut pandang Vievy.

Ini memang salahnya. Namun kenapa Zaidan tidak bisa menerima hukuman ini? Padahal seharusnya Zaidan tahu diri, tak usah lagi mengusik kehidupan Vievy jika akhirnya lelaki itu memilih pergi meninggalkan Vievy dalam keadaan gadis itu yang sedang jatuh-jatuhnya.

Pop up notifikasi LINE muncul di layar ponsel Zaidan. Membuat jantung lelaki itu berdegup kencang untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Ternyata balasan dari Vievy. Balasan yang ia tunggu-tunggu. Zaidan segera membuka pesan tersebut dan membacanya dengan hati-hati.

Vievy: apa

Vievy: emang kita pernah temenan?

"Hah? Gimana deh? Ini Vievy amnesia atau pura-pura lupa?" Sahutnya tanpa sadar setelah membaca pesan tersebut. Zaidan jadi menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal dengan perasaan gelisah.

Zaidan: vie jangan bercanda....

Zaidan: gue mau nangis nih

Zaidan tak berbohong. Hatinya langsung tidak karuan setelah membaca pesan Vievy tersebut. Seperti ada jarum yang menancap dalam hatinya. Seperti ada seseorang yang menaruh bawang tepat di depan matanya, sehingga kedua mata lelaki itu terasa perih.

Vievy: ih dan jangan baperrr, bercanda doang

Vievy: halo temen, apa kabarmu?

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang