[29] Clear

316 30 0
                                    

Hari ini Okta datang ke rumah Vievy. Sebenarnya tujuan gadis itu datang ke rumah Vievy adalah untuk menjenguk. Tapi, karena Okta datang bersama Langit, gadis itu malah jadi asik berpacaran dan tidak menghiraukan Vievy padahal Vievy sudah bela-belain mandi pagi karena Okta mau datang ke rumahnya. Kalau tahu begini sekalian saja Vievy tidak usah membukakan pintu. Daripada ia berakhir menjadi nyamuk seperti sekarang ini.

"Ta, kenapa sih lo pake acara bawa peliharaan lo kesini? Sebenernya lo kesini mau ngapain? Kalau cuma mau bucin doang mending sana pergi ke tempat lain!" Cecar Vievy yang duduk di sofa yang berhadapan dengan tempat Langit duduk. Lantas lelaki itu segera menoleh pada Vievy dan menatapnya seolah mengibarkan bendera perang. Memang sih, dari dulu Langit selalu saja tak bisa akur dengan Vievy. Karena mereka berdua sama-sama suka cemburu. Yang satu cemburu karena pacarnya selalu mementingkan persahabatannya dengan Vievy, sementara yang satu lagi cemburu karena sahabatnya suka sekali berpacaran di depan matanya.

Okta lantas tertawa saja melihat tingkah laku Vievy dan Langit. "Kalian tuh kalo ketemu kenapa sih harus kayak anjing sama kucing? Berantem terus! Gue kerangkeng lo berdua baru tau rasa deh!"

Baru saja Vievy ingin membalas celotehan Okta namun tiba-tiba saja ponsel Okta berdering dan membuat gadis itu segera mengangkatnya.

"Halo, kenapa, Bi?"

"Eh Ta, kok gue ngeliat mobil pacar lo di depan rumah Vievy?"

"Hah serius lo? Bohong kali lo! Masa iya pacar gue dateng ke rumah Vievy tanpa bilang-bilang ke gue?" Jawab Okta, sekalian saja ia menjahili Abi. Habisnya lelaki itu terdengar panik sekali.

"Lah masa gue bohong sih, Ta! Ini serius nih, mobilnya warna hitam terus plat belakangnya HZT, bener kan? Gue lagi nggak bercanda!"

"Eh, denger ya, Bi. Lo kalau mau bikin gue renggang sama Langit nggak gini juga caranya! Lo kenapa sih? Suka ya sama gue? Duh, Bi, lo tuh temen sekelas gue yang bisa gue ajak berelasi kalau ada PR, jangan bikin pertemanan kita jadi ancur deh!" Kata Okta melebih-lebihkan. Gadis itu sudah setengah mati menahan tawanya agar tidak menyembur keluar.

Sementara Vievy dan Langit sudah mendekatkan diri ke tempat Okta duduk. Penasaran dengan pembicaraan gadis itu dengan Abi.

"Sembarangan lo kalau ngomong! Nih ya, niat gue pure, Ta, mau mastiin aja itu beneran Langit atau bukan! Kalau gini caranya sekalian aja gue samperin ke rumah Vievy. Biar lo juga bisa dapet buktinya," Abi kemudian menutup telepon tersebut dan Okta sudah tak bisa lagi membendung tawanya. Gadis itu memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa terlalu keras.

"Anjir jahat banget sih lo, Ta, sama temen sendiri!" Sahut Vievy namun tak bisa menahan untuk tidak tertawa karena kepolosan Abi.

Tak lama kemudian bunyi bel terdengar dari ruang tamu tempat Vievy dan kedua temannya itu sedang bercengkerama. Lantas gadis itu beranjak untuk membukakan pintu rumahnya. Dalam hati ia sudah menebak bahwa Abi yang akan muncul dari balik pintu.

"H-hai," sapa Abi kaku. Lelaki itu terkejut dengan penampilan Vievy yang sekarang. Ia bertanya-tanya kemana hijab yang selalu dikenakan oleh Vievy? Namun, Abi enggan membicarakan hal itu karena ia tahu hal tersebut sangat sensitif bagi perempuan.

"Itu di luar ada mobil siapa Vie?"

"Masuk aja dulu nanti gue ceritain!" Kata Vievy ketus lalu menyeret Abi masuk ke rumahnya begitu saja.

Setelah melihat Okta dan Langit sedang duduk sambil makan beberapa cemilan yang disediakan Vievy, akhirnya Abi pun tahu apa maksud dari sikap Okta sebelumnya.

Lelaki itu pun melipat kedua tangannya di depan dada. "Oh jadi ini yang lo maksud, Ta? Sialan gue bego banget ya bisa nggak kepikiran kalau seorang Okta bisa berubah jadi seribu kali lebih nyebelin kalo lagi sama peliharaannya."

Vievy [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang