Libur telah tiba!
Eits, kalimat itu tidak ditujukan kepada Vievy, melainkan pada Okta, Langit, Zaidan, dan Abi yang baru saja menyelesaikan ujian kenaikan kelas mereka yang menjadi syarat mereka agar bisa naik ke kelas 11. Selama masa ujian, masing-masing dari mereka memiliki persiapannya tersendiri.
Seperti Langit yang ikut bimbel tambahan untuk memperkuat materi pelajaran yang telah ia pelajari. Zaidan yang belajar sehabis pulang sekolah hingga larut malam dan rela tidak ikut latihan basket padahal dua minggu setelah ujian, dirinya akan bertarung bersama timnya dalam turnamen basket antar SMA se-Jakarta. Dan Abi yang disuruh oleh Mamanya untuk mendaftar bimbel online yang sedang marak di kalangan pelajar.
Kalau Okta, duh, gadis itu tidak perlu ditanya lagi. Tentunya ia menghabiskan waktu untuk marathon seri barat kesukaannya. Okta tidak pernah sedikitpun risau akan nilainya yang tidak kunjung membaik atau berapa kali guru mata pelajarannya memarahinya agar dapat serius dalam belajar. Ya, maklum. Setelah lulus, orangtua Okta sudah mempersiapkan segala kebutuhan gadis tersebut untuk keperluan kuliahnya.
Intinya masa depan Okta sudah terjamin. Tapi ya, begitu. Walau kebutuhan finansial Okta telah dicukupkan bahkan dilebihkan, namun orangtuanya lupa untuk memberikan kasih sayang yang sepantasnya seorang anak dapatkan dari kedua orangtuanya. Untung saja Okta tidak bergaul dengan orang-orang yang dapat memberi pengaruh buruk terhadapnya karena ia memiliki Langit yang selalu setia berada di sisinya juga Vievy yang setia memarahi Okta kalau sudah kelewat batas.
Sudah cukup basa-basinya. Hari ini Okta sudah merencanakan liburan bersama teman-teman kesayangannya ke Kepulauan Seribu, tepatnya di Pulau Tidung, selama 3 hari 2 malam. Ya, tidak perlu jauh-jauh karena yang terpenting adalah kebersamaan mereka dimana pun mereka berada. Okta sudah siap dengan packingannya yang dikemas dalam koper berwarna soft pink yang kembaran dengan milik Vievy, bedanya koper Vievy berwarna hitam.
Okta baru saja kelar berdandan kasual dengan t-shirt putih dipadu dengan jumpsuit celana pendek. Gadis itu mendorong kopernya menuju ruang tamu seraya meneliti setiap sudut sofa untuk mencari ponselnya yang ia lupa dimana meletakkannya.
Rasanya sehabis mandi Okta membalas pesan dari Langit lalu menaruhnya begitu saja di ruang tamu. Tapi sekarang ponselnya tidak kelihatan dimana pun.
"Nah ini dia! Gue cari-cari dari tadi malah nyelip disini sih lu," omelnya pada ponsel silver miliknya yang baru saja ia temukan di selipan sofa.
Karena sekarang sedang waktunya liburan, asisten rumah tangga di rumah Okta pun ikut libur untuk mengunjungi anaknya. Alhasil ia jadi bangun jam setengah empat pagi untuk kerja bakti dulu membersihkan rumah sambil menyiapkan segala perlengkapannya sendiri. Tanpa bantuan siapapun. Suatu kemajuan bagi seorang Okta yang terkenal manja dan suka mengandalkan orang lain.
Ponsel Okta berdering dan menampilkan panggilan telepon dari Vievy. Okta segera mengangkatnya seraya merebahkan tubuhnya ke atas sofa dan meluruskan kedua kakinya yang terasa pegal ke bagian sofa yang lainnya.
"Yo wassap Vie!" Sapa Okta mengawali. Okta menggulung-gulung rambut panjangnya gabut.
"Lagi ngapain lo? Udah siap-siap belom?" Tanya Vievy di telepon.
"Udah dooong, udah rapi semua!" Pamernya kepada sahabat satu-satunya itu. Gadis itu kembali merapikan poni depannya yang sedang di roll dengan roll rambut.
"Idih tumbenan? Lagi nggak ada Bibi kan? Kok lo nggak misuh-misuh kayak biasanya kalau ditinggal Bibi?"
Okta berdecak, "Lo tuh ya hobinya ungkit-ungkit kejelekan gue mulu, Vie. Tapi gapapa, hari ini mood gue lagi bagus, gue nggak bakal ngambek. Lo sendiri gimana? Udah siap belom?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vievy [COMPLETED]
Teen FictionSudah bertahun-tahun Vievy hidup dibayangi dengan masa lalunya. Sembunyi dalam kepribadian juteknya yang seakan menjadi tameng. Tameng dari segala keingintahuan orang-orang tentang masa lalunya. Hidup Vievy memang tidak pernah tenang. Namun gadis it...