Aphrodite benar-benar hampir menyerah. Dia bahkan berniat tidur di pinggir jalan. Tapi semua itu tak jadi terlaksana saat sebuah mobil yang dia hapal betul pemiliknya menghampirinya. Aphrodite langsung menangis sejadi-jadinya membuat orang yang di dalam mobil berlari keluar.
"Kenapa kau menangis? Aku bahkan belum memarahimu," Hera bersuara.
"Hei Dite, apa yang terjadi?" Jessi menimpali.
Tetap tak ada tanggapan dari sang tersangka. Aphrodite tetap menangis keras membuat teman-temannya heran. Aphrodite dengan semua kesempurnaan dan keabsurbannya mendadak menangis seperti balita.
"Apakah dunia akan kiamat?" batin Hera mulai tak waras.
Athena yang sejak tadi bungkam langsung melempar kunci mobilnya ke arah Jessi yang tidak siap. Alhasil sang kunci mendarat indah di kepala Jessi yang langsung mengaduh dan melotot murka. Dengan cuek Athena mengabaikannya dan lebih memilih mendekati Aphrodite.
Berjongkok, dibukanya jaket kulit yang dipakainya dan dipakaikannya ke Aphrodite. Tersenyum manis, Athena merapikan rambut Aphrodite yang hancur berantakan. Dilihatnya kaki Aphrodite yang terluka. Menghela napas, Athena berusaha menekan kemurkaannya. Aphrodite langsung diam atas tindakan Athena.
Diantara mereka, Ahena memang yang paling cuek dan dingin. Terkadang dia bahkan bisa bertindak tidak manusiawi. Tapi justru malah Athena lah yang selalu bisa diandalkan para sahabatnya. Disaat Aphrodite sibuk mencari perhatian dengan rencana gilanya (sanguinis), Hera sibuk akan jiwa pengaturnya (koleris), Jessi sibuk dengan rencana rumitnya (melankolis), Athena justru hanya duduk manis memperhatikan semuanya (phlegmatis).
Tapi di saat Aphrodite berduka karena kehilangan gairah hidupnya, disaat Hera menyerah karena meragukan kepemimpinannya dan Jessi yang frustasi karena rencananya yang berjalan tidak sesuai rencana, Athena selalu datang dan memperbaiki segalanya.
"Bukankah itulah gunanya sahabat?"
Kalimat sederhana yang menjadi begitu bermakna saat Athena mengucapkannya. Mendadak Aphrodite kembali menangis kencang. Tapi tangisan kali ini memiliki arti yang berbeda. Dia bersyukur masih memiliki para sahabat yang meski tidak manusiawi tapi selalu ada untuknya.
Kembali menghela napas, Athena memeluk Aphrodite hangat. Tidak mau ketinggalan, Hera dan Jessi pun ikut melakukan hal yang sama. Setelah dirasa cukup, Athena langsung menggendong Aphrodite di punggungnya.
Jessi dengan sigap masuk ke pintu pengemudi disusul Hera di sampingnya. Sementara Athena mendudukkan Aphrodite di kursi penumpang. Masih diam, Aphrodite memilih bungkam. Athena yang melihatnya hanya diam tak menanggapi. Satu kata yang dikeluarkan Athena membuat Aphrodite tersenyum senang.
"Pulang."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Delapan tahun kemudian...
"Aphrodite...."
Suara nyaring bak dewa kematian menggema di seluruh mansion yang Aphrodite tinggali sekarang. Pukul enam pagi Aphrodite baru saja menjejakkan kakinya kembali di Amerika setelah menghabiskan waktunya di Italia bersama ketiga sahabatnya.
Dari bandara, Aphrodite membutuhkan waktu satu jam untuk bisa berbaring di atas kasur kesayangannya. Dan sekarang saat dia baru memasuki alam mimpi, sang kakek dengan santainya mengganggu tidur indahnya.
Tidak perduli, Aphrodite lebih memilih menulikan pendengarannya. Tidak lama berselang, tanda-tanda keberadaan kakeknya berangsur menghilang. Tersenyum indah, Aphrodite kembali bernapas lega.
Aphrodite lupa jika sang kakek adalah kembarannya. Tidak mungkin kakeknya menyerah dengan begitu mudah. Perlahan, otak Aphrodite mulai bekerja. Membuka mata, Aphrodite mulai curiga.
Dengan setengah hati, Aphrodite membuka pintu bermaksud mengintip. "Kosong, kemana kakek tua itu?" batinnya.
Melihat ke bawah, Aphrodite menemukan sebuah surat. Malas, Aphrodite memilih mengacuhkannya dan memilih kembali tidur.Tepat jam tiga sore, Aphrodite baru bangun dari tidur indahnya. Kamar mandi adalah tujuan utamanya. Setelah urusannya dengan kamar mandi selesai, Aphrodite memilih turun untuk mengisi perutnya. Lagi-lagi dia tetap mengacuhkan kertas yang teronggok indah di depan pintu kamarnya.
Setelah selesai makan, Aphrodite berniat kembali ke atas untuk mengambil kunci mobilnya, tapi diurungkannya saat melihat ada maid yang melapor bahwa ada pengacara kakeknya yang mencarinya.
"Non, ada Pak Rivo pengacaranya keluarga non di luar. Katanya mau ketemu sama non. Itu di suruh masuk atau gimana?"
"Usir!" jawab aphrodite cuek.
"Tapi katanya penting non. Menyangkut uang."
Mendengar kata uang, mendadak jiwa matre Aphrodite keluar. Dengan semangat menggebu-gebu Aphrodite menyuruh sang maid untuk mempersilahkan sang pengacara masuk.
Duduk manis di atas kursi ruang tamu, Aphrodite berniat mengintimidasi. Sayangnya hal yang dilakukan Aphrodite malah membuat sang pengacara tertawa lebar.
"Anda memang sangat menghibur nona."
Kesal, Aphrodite malah membalas garang.
"Langsung saja, ada perlu apa menemuiku."
"Begini, anda sudah tahu bukan mengenai kondisi perusahaan yang terancam bangkrut?"
"Jangan bercanda!" Aphrodite menjawab murka.
"Tidak nona, saya serius. Akibat korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh orang kepercayaan kakek anda selama bertahun-tahun membuat kondisi keuangan perusahaan goyah. Kemudian para investor menarik investasinya dikarenakan harga saham perusahaan yang selalu menurun."
"Tidak mungkin. Keluargaku tidak akan bangkrut. Harta keluargaku bahkan tidak akan habis sampai tujuh keturunan."
"Benar, tapi sayangnya anda adalah keturunan yang kedelapan."
Aphrodite sukses kehilangan kata-kata. Surat, dia ingat dengan surat yang ditinggalkan kakeknya tadi pagi. Pasti itu adalah jalan keluarnya, batinnya. Berdiri, Aphrodite berniat mengambil surat yang sejak pagi dia abaikan keberadaannya.
"Mau kemana nona? Jangan pergi dulu. Saya juga tidak punya banyak waktu."
"Apalagi, apakah masih ada berita yang lebih buruk lagi?"
"Ada, sebenarnya sebelumnya kakek anda sudah meminjam cukup banyak uang dari investor lain untuk mengatasi masalah keuangan perusahaan. Tapi sayangnya semua sia-sia dan kakek anda tidak bisa mengembalikannya sehingga sesuai perjanjian dia harus menyerahkan jaminannya ke investor."
"Terus apa perduliku, tinggal serahkan saja," Aphrodite menjawab cuek.
"Baiklah. Kalau begitu besok akan ada orang suruhan investor yang datang untuk mengambilnya kemari."
"Terserah."
Tanpa menunggu lagi, Aphrodite langsung berlari ke lantai atas dan menyambar surat dari kakeknya. Bergerak cepat, Aphrodite langsung membaca isinya yang hanya satu kalimat.
1 menit.... hening.
2 menit.... Aphrodite mengerjapkan mata.
3 menit.... Aphrodite menjerit murka sambil memanggil sang kakek.
Isi suratnya
"Maaf karena sudah menjadikanmu jaminannya."
tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha
Про оборотнейAphrodite adalah dewi kecantikan yang namanya sudah mendunia. Lambang kecantikan yang selalu membuat para wanita iri. Bagaimana jika Aphrodite terlahir kembali di masa sekarang. Akankah kisah hidupnya seindah bentuk fisiknya. "Kau adalah penipu ulun...