Sudah enam hari setelah kejadian tak terduga yang sangat menguras emosi tak stabil Aphrodite terjadi. Akan tetapi meski sudah berlalu, emosi Aphrodite tetap tidak kian menyurut. Ditambah sang kakek yang tak juga menampakkan batang hidungnya sampai sekarang membuat emosi Aphrodite kian memuncak.
"Kemana si kakek tua bangka itu? Tidak tahukah dia kalau Perusahaan sudah kembali normal? Kenapa sampai sekarang dia tetap tidak muncul kepermukaan?" batin Aphrodite bertanya-tanya.
Selama ini yang Aphrodite lakukan hanya mengurung diri di kamar sambil menangis kencang. Menangisi betapa tragisnya kisah cinta pertama yang dialaminya. Ketiga sahabatnya juga selalu terkena imbas atas kandasnya cinta tak jelas yang dialami oleh dirinya.
Aphrodite bahkan selalu menghubungi Athena lebih dari 10 kali dalam sehari. Masih belum cukup menyusahkan, dengan santai dia juga menunjuk Athena sebagai pakar cinta tak jelasnya. Athena terpilih karena menurutnya Athena lah yang paling objektif diantara ketiga temannya. Aphrodite bahkan mengabaikan fakta bahwa Athena sama tak pahamnya dengan dirinya jika berhubungan dengan cinta.
Dilain pihak, Athena yang menjadi korban hanya pasrah. Pasrah akan keputusan sepihak Aphrodite yang tidak bisa diganggu gugat. Meski Athena hanya diam selama sesi curhat dan berakhir dengan kemurkaan Aphrodite, tapi Aphrodite tetap akan selalu menghubunginya secara berkala.
Hari ini Athena sedang dalam mood yang buruk, terbukti dari jawaban dingin yang dilontarkan sang sahabat saat tadi subuh Aphrodite menelponnya. Hal itulah yang menyebabkan Aphrodite selalu uring-uringan sejak pagi. Menghubungi Hera, Aphrodite justru terkena caci maki karena mengganggu jam tidurnya. Menghubungi Jessi, panggilannya malah tersambung ke mailbox.
Kesal, Aphrodite kembali menyusun rencana. Rencana berlibur ke tempat bagus yang tidak mahal cukup menggoda imannya. Tersenyum, Aphrodite mendapatkan pencerahan. Sambil bersiul-siul, dia mulai mengepakkan barang bawaan.
Setelah semuanya beres, dia kembali menghubungi sang sahabat sepersetanan.
"Hai Thena, apa kabar?" Saat panggilan diangkat, Aphrodite langsung menyambar.
"Bisakah langsung pada intinya saja?" Athena menjawab malas.
"Cih, kau memang tidak pernah berubah. Thena, aku jual namamu lagi ya. Aku mau berlibur dan menginap gratis di hotelmu yang di Swiss. Aku..."
"Ya," tuuuutt...
Menganga lebar, Aphrodite benar-benar tidak menyangka bahwa panggilannya diputus sepihak, bahkan disaat dia belum menyelesaikan kalimatnya.
"Apa yang terjadi pada Athena? Tidak biasanya dia seperti itu. Apakah ini ada kaitannya dengan pria?" batinnya mencoba menganalisa.
Mengangkat bahu, Aphrodite memilih mengabaikan. "Toh apapun itu, Athena pasti mampu menyelesaikannya tanpa bantuanku," batinnya.
Dengan senyum riang tanpa beban, Aphrodite bergegas ke bandara. Saat sampai di bandara, jet pribadi yang selama ini tak diakuinya sudah terparkir indah menunggu kehadiran dirinya.
Swiss, adalah tempat yang Aphrodite tuju. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan menguras emosi, Aphrodite sampai ke tempat tujuan. President Wilson Hotel, itulah tempatnya tinggal untuk beberapa hari kedepan. Akan tetapi bukan hotel mewah itu yang menjadi tujuan utamanya, melainkan danau Jenewa lah yang dia incar.
Saat sampai di lobby hotel, manager hotel langsung menghampirinya dengan senyuman ramah.
"Selamat datang di President Wilson Hotel Miss Donovon. Anda ingin langsung ke penthouse Miss Smith atau...."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha
Про оборотнейAphrodite adalah dewi kecantikan yang namanya sudah mendunia. Lambang kecantikan yang selalu membuat para wanita iri. Bagaimana jika Aphrodite terlahir kembali di masa sekarang. Akankah kisah hidupnya seindah bentuk fisiknya. "Kau adalah penipu ulun...