13. Fakta Mengejutkan

6.1K 444 65
                                    

Beberapa menit berlalu, suasana di dalam kamar mewah milik Lucas masih tetap hening mencekam. Tidak ada satupun di antara mereka yang mau mencairkan suasana. Lucas masih sibuk dengan emosi terpendamnya, sedangkan Aphrodite sibuk dengan pikiran absurd-nya.

Pencahayaan kamar yang remang seolah semakin mendukung kebungkaman keduanya. Menatap tajam, Lucas masih setia menunggu tanggapan dari si kucing liar. Tanggapan tentang perkataan yang dia lontarkan barusan. Perkataan yang sudah lama dia pendam dan coba abaikan.

Berkedip beberapa kali, Aphrodite mulai merangkai kata-kata. Terlihat kerutan samar di keningnya yang menandakan dia sedang berpikir keras. Mencerna maksud tersirat dari kalimat tuduhan yang Lucas lontarkan. Tuduhan yang sama sekali tidak pernah dikira otak pintarnya.

"Kenapa aku?" Setelah beberapa menit berpikir, hanya dua kata tak bermutu itulah yang sanggup Aphrodite keluarkan.

Tersenyum sinis, Lucas menjawab sadis, "karena kau adalah anak dari wanita yang telah menghancurkan keluargaku yang seharusnya harmonis. Ibumu memang pantas disalahkan atas kehancuran keluargaku, keluarga de Vaugn"

Menggelengkan kepala, sambil meletakkan kedua tangan di pinggang, Aphrodite menjawab santai. "Aku pikir, Ibuku tidak sehebat itu sampai-sampai bisa menghancurkan sebuah keluarga yang katamu seharusnya har-mo-nis." Bermaksud menyindir, Aphrodite sengaja mengeja kata harmonis.

"Kau tahu apa tentang ibumu? Bukankah dia sudah mati sejak umurmu dua tahun, sehingga membuatmu tidak tahu seberapa jalangnya dia," sambil menajamkan mata, Lucas menahan amarah yang bergejolak di dadanya.

"Ya kau benar," mengangguk, Aphrodite membenarkan. "Aku memang tidak tahu banyak tentang ibuku karena dia terlanjur tiada. Lalu apa yang membuatmu yakin kalau ibuku adalah dalang dari kehancuran keluargamu?" Berjalan ke depan, Aphrodite semakin mendekat. Bermaksud ingin duduk di dekat Lucas agar bisa memastikan ekspresi apa yang ditampilkan dari wajah pria yang sudah berani menghina wanita kesayangannya.

"Apa yang mau kau lakukan? Jangan mendekat!" Merasa ada yang tak wajar dengan wanita di depannya, Lucas memberi ancaman.

"Kenapa? Oh ayolah, bukankah ada banyak hal yang harus kita bicarakan? Dan kau, sejak kapan kau mengorek informasi tentangku? Kau bahkan tahu kapan ibuku tiada. Jangan bilang kalau selama ini kau juga menguntitku." Sambil memicingkan mata, Aphrodite tetap mendekat. Setelah sampai di depan Lucas, Aphrodite menarik kursi di sampingnya dan duduk tepat di depan Lucas.

"Sudah cukup, dalam kisah ini bukan kau yang seharusnya membalas dendam, tapi akulah yang akan melakukannya," batin Aphrodite tersenyum culas.

"Tidak mau menjawab heh?" Merasa tidak ada tanggapan, Aphrodite kembali memancing pertikaian.

"Kau pintar sekali memancingku." Sambil menyandarkan punggungnya ke kursi, Lucas kembali menambahkan, "ya, aku akui bahwa aku memang mencari semua informasi tentangmu serta menguntitmu." Berhenti sejenak, Lucas menatap Aphrodite dalam. Menerka-nerka arti dari ekspresi datar yang Aphrodite tunjukkan.

"Sejak kapan?" Aphrodite menjawab tenang, tapi tidak dengan jiwa psycopath yang sejak tadi sudah berontak ingin keluar.

"Sejak kau kabur dari mansion-ku di Paris," jawab Lucas santai.

"Oh," Aphrodite menjawab tak kalah santai. Membuat Lucas kembali mengetatkan rahangnya.

"Apa-apaan dia. Kenapa dia tidak terlihat bahagia saat tahu aku mencari informasi tentangnya serta menguntitnya," batin Lucas tidak terima.

"Sadarlah Luc, kau sudah tidak setampan dulu," suara lain di kepala Lucas langsung menghina.

"Diam kau. Bukan aku yang harus disadarkan, tapi DIA," Lucas menjawab cepat. Tidak terima dengan fakta yang jelas tersaji di depan matanya. "Dan kau, apakah kau sudah tidak marah lagi? Rasanya sudah sangat lama sejak terakhir kali kau mau bicara denganku," sambil mengerutkan kening, Lucas kembali menambahkan.

My AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang