Flashback...
Jimmy Pov....Tiiiiiit...
Duniaku bagai runtuh saat alat pendeteksi jantung itu berbunyi nyaring. Bunyi yang menandakan wanitaku telah tiada. Meninggalkanku sendirian dengan luka basah menganga.
'Tidak, ini hanya mimpi,' kalimat itulah yang selalu aku tanamkan dalam hati. Wanitaku tidak akan mati meninggalkanku secepat ini. Tidak, disaat aku sudah menyusun siasat matang untuk membawanya kembali.
"Maaf Sir, saya harus mencabut semua alat yang masih melekat di tubuh Miss. Donovon." Suara seorang suster menyentak kesadaranku.
Melotot, aku tidak bisa menahan perkataan pedas yang langsung meluncur dari mulutku, " dia istriku, panggil dia Mrs. de Vaughn! Dan dia masih hidup, jangan...."
"Dia sudah meninggal Sir, sadarlah."
Tiba-tiba seorang pria berpakaian putih memotong kalimatku. Menyentak kesadaranku yang kian menumpul. Murka, jelas aku langsung terpancing untuk marah.
"Dia tidak mati! Dia hanya tidur. Dia...."
Aku tidak terima akan fakta yang sejak awal coba ku rubah.
Emosiku mendadak surut saat suara seorang bayi di sebelahku menggema. Mendekat, aku melirik ke arah box kecil tempat seseorang yang berani mengganggu aksi murkaku.
Tanpa aku sadari, seorang bocah berusia delapan tahun yang sejak tadi hanya diam memperhatikan ikut bergerak mendekat. Mendekati box bayi yang juga menjadi tujuan utamaku.
Aku jelas terkejut saat melihat bayi mungil anak dari wanita yang aku cintai. Bayi yang ku tahu berusia dua tahun bernama Laura Aphrodite itu mampu mencuri perhatianku. Perhatian yang awalnya hanya tertuju pada sang Ibu bayi itu yang telah tiada.
Aku semakin terkejut saat melihat sang bocah yang dibilang putraku, bocah yang kemunculannya menjadi penyebab wanita yang kucintai murka dan pergi meninggalkanku juga tidak bisa mengalihkan perhatian dari sang bayi.
Bocah pria itu, aku tahu ada yang tidak beres dari tatapannya. Meski menusuk, tapi tatapan itu juga menunjukkan perasaan lain yang sulit aku jabarkan. Perasaan yang jelas aku ketahui karena aku juga mengalaminya terhadap sang Ibu bayi.
Mereka bahkan saling berpegangan tangan. Dengan tangan mungilnya dan senyuman bahagianya, bayi itu memegang erat tangan putraku, enggan melepaskannya.
Begitu pula sebaliknya. Membuatku bertanya-tanya apakah mereka sedang melakukan kontak batin yang tidak ku ketahui?
Otak licikku kembali bekerja. Sebenci apa pun aku terhadap putraku, aku tetap tidak akan pernah benar-benar membencinya. Karena aku adalah ayahnya.
Menyunggingkan senyuman tipis, aku mendapat sebuah ide. Ide gila yang tak kan pernah terlintas di pikiran orang normal. Ide berbahaya yang mampu seorang ayah lakukan demi putranya, meski itu tandanya akan ada banyak korban di dalamnya.
"Jika aku tidak bisa mendapatkan belahan jiwaku karena kebangsatanku di masa lalu, maka anakku tidak boleh melakukan kesalahan yang sama. Maaf, aku jauh lebih menyayangi anakku daripada dirimu, Aphrodite."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha
WerewolfAphrodite adalah dewi kecantikan yang namanya sudah mendunia. Lambang kecantikan yang selalu membuat para wanita iri. Bagaimana jika Aphrodite terlahir kembali di masa sekarang. Akankah kisah hidupnya seindah bentuk fisiknya. "Kau adalah penipu ulun...