Darren tetap diam di tempat meski Aphrodite dan Lucas sudah hilang dari pandangan. Tidak tahan dengan kesunyian yang terasa menyesakkan, Cathy bersuara basa-basi mencoba mencairkan suasana.
"Hai kak Darren, lama tidak bertemu. Apa kabar?"
"Jauhi Aphrodite. Jika kau berani menyakitinya, maka akulah yang akan menjadi malaikat kematianmu." Dengan suara mendesis dan tatapan tajam Darren menjawab. Membuat wanita yang masih terlihat pucat kini kian memucat.
Setelah mengatakan itu, Darren berbalik pergi meninggalkan Cathy yang masih terpaku seorang diri.
Jelas dia kaget dan tak menyangka, bagaimana mungkin seorang Darren yang terkenal kejam dan tak punya belas kasih begitu melindungi makhluk yang bernama Aphrodite.
Menggelengkan kepala samar, Cathy mengusap wajahnya pelan. Hari ini, sudah terlalu banyak hal yang terjadi. Berawal dari kedatangannya tadi pagi sampai dia berakhir di kasur ruang tamu mansion Lucas menjelang sore hari.
Menatap ke arah jendela yang menunjukkan pemandangan area mansion yang luas, Cathy menghela napas dalam.
Aphrodite, wanita itu sangat sulit di lawan. Dia benci Aphrodite berada di sini, tapi entah kenapa dia jauh lebih benci saat wanita itu pamit ingin pergi.
Begitu hebatnya Aphrodite, hingga bisa membuatnya kehilangan kendali seperti tadi. Meraba kepalanya, dia bahkan masih merasakan jejak panas bekas elusan lembut Aphrodite. Hal yang awalnya dia kira tak kan mungkin mau Aphrodite lakukan.
Aphrodite dan dia jelas jauh berbeda. Dari segi etika dan kesopanan dia jelas menang telak.
Dari segi wajah, meski tak semempesona Aphrodite, setidaknya dia tak kalah cantik dan seksi. Terbukti dari banyaknya pria yang selama ini mendekatinya tanpa henti.
Tapi dari segi hati, entah kenapa fakta yang hari ini baru di lihatnya tentang sang rival membuatnya tersenyum tipis. Ya, dia benar-benar tak menyangka akan mendapat kejutan yang sangat mengejutkan, hingga membuatnya kehilangan tenaga karena menangis histeris begitu lama.
Masih dengan tatapan menerawang keluar jendela, dia bergumam pelan, "Aphrodite, sebenarnya ada berapa banyak fakta lain akan dirimu yang coba kau sembunyikan dariku dan dunia?"
***
Di tempat lain, setelah masuk ke dalam kamar, Aphrodite langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Disusul oleh Lucas yang juga melakukan hal yang sama.
Lucas tahu bahwa sang istri tengah marah, tapi dia malas membujuknya. Dia juga kesal, berani sekali istri nakalnya itu berniat meninggalkannya setelah menjeratnya begitu dalam.
"Kau, sampai kapan mau terus-terusan seperti itu?" Tidak tahan, akhirnya Aphrodite bersuara.
Lucas masih diam dan malah memejamkan mata. Membuat Aphrodite menggeram marah.
"Berhentilah berbuat seenaknya!"
"Apa yang aku lakukan sehingga kau mengatakan aku berbuat seenaknya? Tidakkah kau berkaca Odite? Kaulah yang selalu bertindak seenaknya!" Dengan mata merah tanda amarah menguasainya, Lucas membentak Aphrodite dengan nada tinggi.
Dia sudah lelah, tidak tapi teramat lelah. Dia ingin istirahat meski sejenak untuk meringankan sedikit beban yang mencekiknya.
Tapi prilaku Aphrodite yang selalu memancingnya membuatnya semakin tak terkendali dan akhirnya memuntahkan amarahnya. Tersadar, Lucas langsung menatap Aphrodite dengan wajah memucat.
Ya, dia benar-benar tidak sengaja membentak istri kesayangannya. Membuatnya merutuki kebodohannya.
Aphrodite langsung berdiri dan keluar kamar. Lucas yang masih merutuki kebodohannya hanya bisa diam dengan ekspresi kecewa.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha
Hombres LoboAphrodite adalah dewi kecantikan yang namanya sudah mendunia. Lambang kecantikan yang selalu membuat para wanita iri. Bagaimana jika Aphrodite terlahir kembali di masa sekarang. Akankah kisah hidupnya seindah bentuk fisiknya. "Kau adalah penipu ulun...