33.

3K 264 42
                                    

Aphrodite, satu nama yang selalu diingat jelas oleh Cathy sejak ia kecil. Nama yang selalu menjadi mimpi buruk untuknya. Nama yang selalu dia harapkan lenyap dari dunia.

Dia sering berpikir, seperti apakah sosok makhluk pemilik nama dewi yunani lambang kecantikan itu.

Apakah dia sangat rupawan?

Apakah hatinya seindah namanya?

Apakah dia makhluk penuh senyuman?

Ataukah makhluk sombong nan jahat.

Begitu banyak kalimat tanya yang selama bertahun-tahun hinggap di kepalanya. Membuatnya terkadang mempertanyakan akan kebaikan hati Tuhan.

Hingga hari itu muncul, hari dimana makhluk yang selalu dia pertanyakan sosoknya berdiri tepat berada di hadapannya.

Seorang wanita dewasa dengan tubuh tinggi semampai. Rambut pirang dengan wajah tirus dan leher jenjang yang memukau. Oh jangan lupakan hidung mancung tanpa celah dan bibir tipis menggodanya. Ditambah tatapan mata yang tegas membuat nyali Cathy menciut seketika.

Secara keseluruhan, dia akui Aphrodite memang indah. Wanita itu memang pantas menyandang nama dewi kecantikan yang digilai begitu banyak pria.

Selain fisik yang sempurna, sikap sombong dan matre lah yang bisa Cathy lihat dari sosok duplikat sang dewi kecantikan. Membuatnya langsung berspekulasi bahwa Aphrodite tidak cukup layak bersanding dengan pria yang dia cintai.

Tapi lihatlah sekarang apa yang terjadi. Dengan santai Aphrodite mengatakan akan melepaskan Lucas. Melepaskan pria kaya raya yang merupakan incaran begitu banyak wanita di luar sana.

Curiga, tentu dia curiga. Berbagai pikiran negatif langsung menyeruak di kepalanya. Hingga satu kesimpulan final dia peroleh akan alasan terlogis dari kalimat yang Aphrodite lontarkan.

"Siapa? Siapa pria itu? Apakah dia jauh lebih kaya dan tampan daripada Lucas sehingga kau lebih memilihnya dan melepaskan Lucas, suamimu?"

Tersenyum tipis, Aphrodite sudah menyangka itulah yang akan wanita di depannya pikirkan. Bagaimanapun juga, Cathy tetaplah manusia biasa yang cenderung lebih berpikir ke arah negatif dan dia memahaminya.

Mendekat, dia semakin mengikis jarak dengan Cathy yang tengah menaikkan dagu tanda menantang. Meski mentalnya kian menciut, tapi Cathy jelas enggan menunjukkannya.

Aphrodite yang menyadari tubuh Cathy sudah gemetar memilih berhenti. Ya, kalau dia semakin mendekat, dia takut wanita di depannya akan pingsan di tempat. Dan itu jelas sangat merepotkan.

"Bukankah kau bilang kau sangat mencintainya? Karena itulah aku berniat mengalah. Sebab, aku tidak mau diduakan dan aku juga tidak mau menghancurkan impian yang sudah lama kau idamkan."

Deg...

"A-apa maksudmu?" Tergagap, Cathy mendadak bodoh. Kalimat sederhana yang sangat jelas pun terasa membingungkan baginya.

"Kau jelas tahu apa maksudku Cath." Tersenyum manis, Aphrodite kembali mendekat. Kemudian satu tangannya terangkat, Cathy yang melihatnya sontak memejamkan mata. Berpikir bahwa dia akan mendapat sebuah tamparan.

Tapi dia langsung membuka matanya saat sadar bukannya mendapat tamparan, tapi justru elusan hangatlah yang dia dapatkan. Di depannya, Aphrodite masih tersenyum manis. Senyuman hangat tanpa unsur kebohongan.

Elusan tangan di kepalanya entah kenapa membuatnya merasa nyaman. Rasanya sudah lama sekali dia tidak merasakannya.

Perasaan nyaman dan hangat itu justru membuatnya meneteskan airmata entah karena apa.

My AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang