PART 6

47 2 0
                                    

*some people feel the rain, others just get wet *


Sarah terbangun dari tidurnya, sempat sejenak terkejut karena ada orang lain yang tidur disebelahnya.

 "ternyata kak Wanda"

Sarah berkata dalam hati dan tersenyum memandangi wajah yang sedang tertidur pulas.

" Wanda memiliki wajah yang sangat manis, pantas saja kak Roland tergila-gila padanya. hihi..." ucap Sarah.

Sarah mengintip di balik selimut dan menyadari bahwa ia sudah berganti pakaian dan berfikir pasti bibi Ratinem yang menggantikan pakainnya. Perlahan Sarah turun dari tempat tidur dan dengan gerakan pelan-pelan membuka pintu balkon kamarnya. Sangat hati-hati Sarah membuka pintu balkon kamarnya. Lalu naik ke atas loteng kamar yang berada tepat di atas kamarnya dengan menggunakan tangga kecil yang sudah sangat lama menempel di dinding bagian luar kamarnya.

Tempat ini biasanya adalah tempat persembunyian rahasia Sarah jika sedang ingin sendirian atau sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Namun lama kelamaan ada beberapa orang yang mengetahui persembunyian rahasianya itu tidak lain adalah bibi Ratinem dan Roland.

Sarah membuka jendela tempat masuk ke dalam loteng itu. Dengan di bantu oleh bibi Ratinem dan Roland tempat yang tadinya sangat gelap dan kotor itu disulap menjadi lebih tertata rapih, bersih dan nyaman. Dengan pelan-pelan Sarah membuka lebar kedua sisi jendela lalu duduk di depan jendela kecil itu, memandang langit malam.

Tidak lupa Sarah menyalakan mp3 kecil memutar musik klasik kesukaannya Claire de Lune-Debussy .

Ada beberapa rasa yang bercampur aduk di dalam hati dan pikirannya saat ini. Namun untuk saat ini Sarah tidak ingin memikirkan hal-hal yang dapat membuat sakit di dada atau pun meneteskan airmata. Perlakuan Bertus di restauran hotel tadi berhasil mengobati rasa kecewa Sarah terhadap orang tuanya. Senyum kecil terlihat di bibir Sarah, dia tidak pernah menyangka akan mengenal perasaan nyaman seperti ini.

" Bertus...Bertus... Bertus Jeremiah Gavriel..." berulang kali Sarah mengucapkan nama itu di bibirnya.

Tanpa sengaja tangannya memegang kalung dengan bandul inisial namanya yang merupakan pemberian dari ayah Sarah. Airmata kembali mengalir jika Sarah mengingat semuanya, Sarah sudah berusaha keras untuk melupakan semua rasa kecewanya terhadap orang tua kandungnya. Perkataan ayahnya, cara ayahnya memeluk Sarah, cara Sarah merasakan hangatnya pelukan seorang ayah, dan cara ayahnya menatap Sarah sebelum meninggalkan Sarah sangat membuat Sarah merasakan kesakitan jika mengingatnya.

Di foto yang diberikan oleh ayahnya itu Sarah melihat bahwa keluarganya di foto itu sangat bahagia. Semuanya tersenyum bahagia di foto itu, namun semakin lama Sarah memandang foto itu semakin timbul rasa seperti sengaja di asingkan atau terbuang. Lelah berkelut menangisi semuanya , Sarah menjadi ngantuk dan tertidur di loteng sembil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak. Dalam mimpinya pun Sarah masih saja menangisi semuanya.

Pagi harinya ketika Wanda bangun dari tidurnya, Wanda sangat terkejut karena tidak menemukan Sarah di sampingnya. Karena tidak mengetahui letak kamar Roland, Wanda berusaha untuk menghubungi ponsel Roland.

Lama Roland tidak mengangkat teleponnya, mungkin belum bangun tidur. 

" hallo... Emm.. Kenapa Wanda? Ini masih pagi, kamu kenapa telepon kau?" akhirnya Roland mengangkat teleponnya.

" Oland, cepat bangun! Sarah hilang...." teriak Wanda di teleponnya.

" apaan sih maksud kamu, aku gak ngerti ah...!"

"Oland aku tidak bercanda, kamu lupa ya kalau aku kan menginap semalam"

Roland berusaha mencerna ucapan Wanda, namun ketika Roland sudah menyadari semuanya dan mengingat semua situasi semalam Roland bergegas bangun dari tidurnya.

SARAH MANUELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang