PART 19

29 3 0
                                    


-di sebuah kamar hotel-

"kamu sudah pulang pah?"

Yohan menghampiri wanita pemilik senyum teridah yang tidak lain adalah istrinya, Tinna

"iya mah, bagaimana keadaan kamu? Kamu sudah siap untuk makan malam?"

"iya, aku sudah menunggu kamu berarti aku sudah siap dong untuk pergi makan malam"

"good wife"

Tinna tersenyum memandangi wajah Yohan, namun bukan senyum yang seperti itu yang Yohan inginkan. Senyuman yang dulu sudah bisa membuat dia jatuh cinta untuk pertama kalinya, sebuah senyuman yang juga di perebutkan oleh sahabat terbaiknya, sebuah senyuman yang mampu meluluhkan hati ibunya untuk merestui pernikahannya, senyuman tanpa paksaan dan beban, yang sudah menghilang selama puluhan tahun karena bayi cantiknya sengaja di hilangkan dari hidup keluarga kecilnya.

Tok...tok....

"siapa itu pah? Apakah kamu mengundang seseorang datang kesini?" tanya Tinna

Yohan berjalan untuk membukakan pintu kamar hotelnya.

"selamat sore tante" Roland masuk dan menyalami Tinna.

"sore Roland, bagaimana kabar mu nak?"

"selalu baik tante, apakah tante sehat?"

" sehat Roland, seperti biasanya! Apakah kamu akan ikut makan malam bersama kami nak?"

" iya tante, tentu saja, itu pun kalau tante mengijinkan Roland bergabung makan malam bersama kalian. Dan tidak menganggu tentunya" Roland mengedipkan sebelah matanya menggoda Tinna.

"hey...hey.... Berhenti menggoda istri ku nak" Yohan melemparkan bantal ke Roland.

"hahah.... Salah siapa om memiliki istri cantik yang tidak menua.hahah..."

"dasar bajingan tengik, persis sekali dengan papa mu! Ah... rasanya aku sangat merindukan kakak ku itu. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya"

"apakah kamu mau mampir untuk mengunjungi mereka di sana setelah kita dari sini pah? Aku juga sangat merindukan kakak ipar ku yang bawel itu"

"ide bagus sayang, aku akan pesankan tiket ke Holand"

Ponsel Roland berbunyi, dan Roland meminta ijin untuk mengangkat teleponya kepada Tinna dan Yohan. Tidak beberapa lama Roland menutup teleponnya.

"om.... Tante, maaf sekali sepertinya kita tidak bisa makan malam di restoran hotel ini"

"kenapa Oland?" tanya Yohan

"eemmmm..."

"katakan saja Roland" ucap Tinna

"menurut laporan asisten ku, Sarah juga akan makan malam di hotel ini bersama dengan Artha"

Tinna langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih ketika mendengar nama Sarah di sebut.

Dia beranjak dan memeluk Yohan dari belakang, menyusup kan wajahnya sambil berkata " bahkan ketika dia ada di jarak sangat dekat dengan kita, sekalipun aku tidak dapat memeluk atau memperlihatkan diriku di hadapan putri ku. Mengapa selalu seperti ini pah? Hikx.... Sampai kapan harus seperti ini?"

Yohan berbalik menghadap Tinna, mengenggam kedua tangannya erat dan memandang wajah Tinna " kita harus bersabar sayang, kita harus bersabar sedikit lagi"

"tapi sampai kapan? Berapa puluh tahun lagi aku harus menunggu hari itu? Hari di mana aku bisa menjadi ibu seutuhnya untuk putriku sendiri. Bahkan dulu, hanya sebentar saja aku menyusui putri ku. Hanya sedikit waktu yang aku dapatkan untuk menyentuh dan memeluk putri ku"

SARAH MANUELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang