Discount, perempuan mana yang tidak senang saat mendengar kata-kata itu? Sebagian perempuan pasti akan sangat senang saat mendengar hal itu. Apalagi kalau potongan harganya itu di berikan untuk barang-barang kesukaan mereka dan potongannya sangat besar.
Discount 50% atau 50%+20% atau 5
70% atau malah 80%. Yakinlah, mall itu akan di penuhi oleh banyaknya perempuan. Perempuan yang sangat menyukai belanja."Nggak mau, pergi aja sendiri sana!"
"IHHH BANG ATLAN JAHAT!!"
Atlan melotot kesal mendengar adiknya yang histeris, "Lo kesana, gue disini. Gue ogah banget ngedeketin cewek alay gitu."
Gia menyipitkan matanya, "Abang bilang gue alay?!"
Atlan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal itu, ia salah ucap.
"Bukan lo, tapi mereka.""Tapi gue juga mau kesana! Berarti secara nggak langsung, Bang Atlan bilang kalau gue itu alay!!" kesal Gia.
Astaga, menyesal ia mengucapkan kata-kata itu dan menyesal juga ia mengajak adiknya ke mall hari ini.
"Bukan itu, tapi.....""Kalau gitu, Bang Atlan temani gue kesana!" potong Gia langsung.
Atlan menelan salivanya dengan susah payah sebelum ia mengangguk pasrah. Kalau tidak menuruti adiknya ini, pastinya ia akan mendengar teriakan adiknya itu terus menerus dan saat sampai di rumah, pastinya Gia akan mengadu ke Papa atau Mama. Lalu, ia pastinya akan mendengar ceramah panjang kali lebar Mamanya itu.
Padahal umur adiknya ini hanya berbeda dua tahun darinya. Kenapa ia merasa kalau adiknya ini masig bertingkah seperti anak kecil berusila lima tahun? Ayolah, dia sudah berusia lima belas tahun. Dia juga baru saja masuk SMA, kenapa dia masih seperti ini?
"Bang Atlan, bajunya bagus nggak?" tanya Gia, tapi yang di tanya hanya diam saja membuat Gia harus mencubit orang itu terlebih dahulu.
Atlan berdecak saat mendapat cubitan pedas dari Gia, "Ada apa sih?!"
"Bagus nggak?!"
"Lumayan."
"Kalau yang ini?"
"Lumayan."
"Yang itu?"
"Lumayan."
Gia menatap abangnya itu tajam, "Jadi yang bagus menurut Bang Atlan itu yang mana?!"
"Semuanya bagus," jawab Atlan cuek.
Mata Gia melebar mendengar jawaban abangnya itu, "Tadi katanya lumayan, sekarang jawabnya bagus. Labil banget sih!"
Atlan memutar bola matanya malas, "Beli aja semuanya, terus kita makan."
Gia tersenyum miring mendengar ucapan abangnya itu, "Kalau Papa marah, gue bilang aja kalau Abang yang nyuruh!"
Atlan langsung menoleh ke arah Gia, "Eh, enak aja! Lo yang beli bajunya, kenapa gue yang kena marah?!"
"Karena Bang Atlan yang nyuruh!" jawab Gia yang langsung berlari ke kasir.
Mampuslah dirinya. Sudah kemarin juga kena gara-gara Gia yang ngambil kartunya tanpa permisi dan menggunakannya untuk membeli macam-macam makanan yang ia sukai. Dan sekarang, ia harus kena lagi gara-gara ini. Pastinya saat pulang kerumah nanti, ia tidak boleh keluar rumah lagi dan bermain dengan teman-temannya yang lain. Benar-benar jelek sekali nasib Atlan kali ini. Untung ia sayang sama adiknya itu.
"Ayo kita makan!!" seru Gia.
Atlan sudah lemas memikirkan apa yang akan terjadi nantinya, "Makan di rumah aja."
"Tadi kan Bang Atlan udah janji mau makan makanan kesukaan gue, kenapa sekarang jadi makan di rumah?!" kesal Gia.
"Mama masak," bohong Atlan.
Gia meneliti wajah abangnya itu, "Bohong! Tadi Mama aja nggak masak, terus Mama juga bakal pulang sore. Mana mungkin Mama masak."
"Tadi Mama nelepon gue. Dia bilang, kalau dia masak. Kan kasihan Mama udah masak buat kita, eh kita malah makan di luar." Atlan beralasan.
Gia mengeluarkan HPnya dan memperlihatkan chat dengan Mamanya, "Mana yang katanya Mama masak? Mama aja baru bilang ke gue kalau pulang sore, kelihatan banget kalau bohong."
Atlan kalah lagi untuk kesekian kalinya. "Ayo makan!"
Gia tersenyum lebar mendengar ucapan abangnya itu, "Di tempat kesukaan gue ya."
Beruntung banget ia hanya punya satu adik, kalau ia punya sepuluh adik seperti Gia, kira-kira gimana nasibnya ya?
"Di situ aja," ucap Gia sambil menunjuk meja yang berada paling ujungnya, tepatnya di meja itu bisa melihat pemandangan kota ini.
"Aww!" Atlan berteriak secara spontan saat seorang perempuan menabraknya dan minuman yang di pegangnya membasahi baju Atlan, "kalau jalan itu lihat-lihat!"
Perempuan itu melihat Atlan tidak terima, "Lo yang lihat-lihat! Lo itu yang nabrak gue!"
"Eh cewek! Lo udah tahu lo yang salah, jangan nyalahin orang!" kesal Atlan.
Perempuan itu tidak mau kalah dengan Atlan, "Eh! Lo itu yang salah! Kenapa lo nyalahin gue, ha?!"
Atlan berdecak kesal, "Lo jalan nggak sadar ya?! Jelas-jelas lo yang nabrak gue, pakai minuman lo tumpah lagi!"
"Kalau lo nggak berdiri di tengah jalan, gue nggak bakalan nabrak lo!" kesal perempuan itu.
"Gue nggak berdiri di tengah jalan ya, gue mau ke meja gue! Jelas-jelas lo itu jalan nggak lihat-lihat, masih aja nyalahin gue!"
"Jelas lo yang ngelamun disini!"
Atlan melirik belanjaan cewek itu, ia tersenyum miring. "Eh cewek alay! Jelas-jelas lo yang salah dan gue jelas-jelas nggak ngelamun!"
Mata perempuan itu melebar saat mendengar Atlan yang menyembutnya cewek alay.
"Eh cowok lebay! Basah sedikit aja, lo sampai gini! Dan nggak ada namanya, cowok nyalahin cewek! Pengecut banget sih lo nggak mau ngakui kesalahan lo!"Atlan menahan kemarahannya untuk tidak menampar perempuan di depannya ini. "Lo bilang gue apa?! Pengecut? Lebay? Nggak sadar kalau lo itu cewek alay plus cabe-cabean?!"
Gia melongo mendengar ucapan abangnya yang mungkin sudah kelewatan. Ia mencoba batuk pura-pura agar kedua orang itu meliriknya. Dan benar perkiraannya. Mereka berdua langsung melihatnya.
Gia menyengir, ia melirik abangnya dan perempuan itu. "Bang, Kak. Dari pada kalian berantem, mendingan kalian sadar kalau kalian jadi bahan tontonan. Oh tunggu dulu, itu bukan karena kalian berantem tapi baju kalian sama! Bahkan sepatu kalian sama! Astaga!! Kalian kembar ya?!"
Atlan maupun perempuan itu saling melirik satu sama lain. Dan mereka juga sama-sama terkejut melihat fakta yang baru saja di ucapkan Gia.
Baju, warna celana, sepatu putih mereka, HP bahkan case HP mereka pun sama.
"LO?!" ucap mereka bersamaaan.
Gia langsung berdiri di tengah-tengah mereka. Ia melirik perempuan itu, "Maaf ya Kak, kalau tadi Abang gue nabrak Kakak," lalu Gia melirik abangnya itu dan langsung mengandengnya, "kita makan di tempat lain aja."
Mereka berdua tidak merespon ucapan Gia karena mereka berdua masih terkejut dengan semuanya.
Kenapa bisa sama? Jelas-jelas yang satunya laki-laki dan satunya perempuan. Kenapa bisa pakaian mereka sama?! Ini suatu ke anehan atau takdir?
***
Untuk ily dan yuanfen bakalan aku update besok ya!! And keep voment buat cerita ini!!
2 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins, But We're?
Teen FictionApa jadinya, jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar sama dengan kalian? Atlan dan Stella adalah dua orang yang tidak sengaja saling bertemu di satu tempat. Mereka bertemu dengan keadaan dimana apa yang mereka pakai itu sama persis. Da...