Part 28

2K 264 2
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Stella hanya membisu dalam diamnya. Ia tidak berbicara dan melakukan apa pun. Matanya terpejam, namun Atlan yakin kalau pemilik mata indah itu tidak lah tidur. Stella hanya menghindar dari obrolan yang mungkin saja sedang tidak ingin ia bahas.  Stella juga tidak ingin membahas semua hal tentang yang terjadi saat di rumah sakit. Yang ia pikirkan sekarang hanya lah bagaimana ia bisa hidup tenang. Keluarga Stella jelas jauh berbeda dengan keluarga Atlan.

Sebarapa kuat Atlan menahan rasa penasaran tentang hidup Stella, tetap saja ada saatnya ia tidak bisa menahan itu. Membuat Atlan menepikan mobilnya di sebuah taman yang berada di dekat rumah Stella, "Gue perlu tahu sesuatu tentang lo."

Stella menghela napas, ini mungkin adalah hari yang tidak pernah ia tunggu. Ia tahu hari ini pasti datang karena ia sudah membuat Atlan terlibat terlalu jauh. Ia tahu Atlan selalu menahan rasa penasarannya dan menunggu Stella sendiri yang membicarakan hal ini dengan sendirinya tanpa paksaan. Dan ia yakin, kalau mungkin hari ini adalah harinya. "Pasti bukan tentang penyakit gue. Lo pasti udah dengar tentang itu dari dokter."

Melihat mata Stella yang masih terpejam, membuat Atlan ragu. "Lo tahu apa yang gue pengen tahu dari lama tapi gue tahan."

"Tentang masa lalu gue, 'kan?" Akhirnya Stella membuka matanya.

Atlan mengangguk, ia menatap balik mata Stella. Dari sorotan mata Stella terlihat kalau perempuan ini mungkin sudah bisa menceritakan masa lalu yang mengerikan itu. "Kalau lo udah siap buat nyeritain semuanya."

"Well, gue nggak pernah masalahin masa lalu gue lagi. Selama ini gue bukannya nggak siap tapi gue nggak mau sembarangan cerita tentang masa lalu gue ke orang lain. Gue nggak mau mereka jijik dengan gue atau mereka pikir gue ini penjahat," Stella tersenyum tipis ketika melihat ekspresi Atlan yang berubah saat ia mengatakan penjahat, "entah kenapa gue ngerasa lo orang yang berbeda, lo juga pasti bisa ngambil kesimpulan dari sudut pandang lo sendiri. Dan entah kenapa gue ngerasa lo perlu tahu, jadi gue harap lo nggak ganggu gue saat cerita tentang ini dan gue harap lo bukan orang yang anggap gue penjahat setelah dengar cerita ini."

Atlan mengangguk, ia yakin kalau ia tidak akan menganggap Stella sebagai penjahat.
"Ini ada hubungannya dengan Ali, 'kan?"

"Semuanya bermula dari dia dan ini terjadi saat gue lagi liburan di Indonesia sekitar tujuh tahun yang lalu."

Flashback

Sewaktu itu -sekitar akhir Juni- Stella dan seluruh keluarganya sedang mengunjungi Indonesia dalam rangka liburan musim panas. Karena sekolah libur dan mereka merindukan Mama, maka mereka memutuskan untuk mengunjungi makam Mama sekaligus liburan di Indonesia. Stella dan seluruh keluarga tidak menyangka dan menduga sebelumnya, kalau liburan ini akan menjadi liburan terburuk yang pernah mereka lalui. Kalau ada yang bisa menduga kejadian yang akan mereka alami, mungkin mereka akan menunda liburan.

Saat mereka sedang berziarah ke makam Mama, langit yang sudah terlihat gelap sebelum mereka sampai di makam seakan sudah memberitahu mereka agar menunda rencana untuk berziarah waktu itu hanya saja mereka tidak sadar. Membuat mereka terkurung hujan lebat saat berada di tengah makam, memaksa keluarga Stella untuk berteduh di salah satu tempat rumah yang ada di sekitar makam. Axel yang sudah berusia 16 tahun terlihat tidak sabaran untuk menunggu hujan berhenti, membuat ia berjalan-jalan sendiri sambil menikmati hujan.

Stella yang melihat Abangnya pergi dengan polos mengikuti Axel dan melepaskan genggaman Bibi. Ia berlari mengejar Axel yang sudah tidak terlihat, walau Stella sudah berusia 10 tahun ia tetap suka mengikuti Axel kemana pun Axel pergi.

Axel  berhenti melangkah 'kan kaki ketika menyadari bahwa ada yang mengikutinya, "Stella? Why are you here?!"

Dengan polosnya Stella menjawab, "Follows you."

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang