Sore harinya, Atlan kembali lagi ke rumah Stella. Kali ini ia kembali tidak dengan tangan kosong, melainkan kembali dengan membawa banyak cokelat dan makanan kesukaan Stella. Melihat binar mata bahagia Stella saat menerima makanan yang ia bawakan, membuat ia juga merasakan kebahagiaan Stella.
Ternyata benar, gue sudah jatuh.
Stella yang masih terbaring lemas di atas sofa -tadi Stella memaksa untuk keluar kamar karena menurut Stella tidak baik berduaan saja di kamar- sibuk memakan makanan pemberian Atlan sambil menatap lurus ke arah Atlan. Ia tersenyum tipis, "Tlan."
Atlan langsung menoleh ke arah Stella. Dari raut wajah Stella, sepertinya ada sesuatu yang dipikirkan perempuah ini. "Kenapa, La?"
Dia kembali manggil dengan La, hanya dia yang memanggil dengan akhiran. Stelle menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, "Jangan terlalu baik sama gue."
Kening Atlan mengerut, "Gue nggak ngerti maksud lo."
"Lo bilang, lo mau jadi Abang gue aja dan Abang gue itu nggak sebaik ini," Stella mengalihkan tatapannya ke makanan yang ia pegang, "gue nggak mau aja lo terlalu baik jadi Abang gue, nggak enak aja. Entar guenya malah ngira lo bukan Abang gue."
Senyuman lebar langsung terukir di wajah Atlan. Kode kah? Kalau begitu, mungkin ini saatnya. "Lo bisa jalan nggak?"
"Bisa, kenapa emangnya?" Stella harus bersabar menghadapi kenyataan Atlan yang mengubah topik obrolan.
"Mau nonton?" tawar Atlan.
"Boleh!" Stella langsung tersenyum lebar mendengar ucapan Atlan, "gue dari kemarin mau banget nonton finding nemo. Kata orang ceritanya bagus!"
"Kartun?" Atlan terlihat tidak setuju dengan pilihan Stella.
"Ayolah," Stella memasang ekspresi imutnya, "di bioskop, nggak ada yang bagus lagi filmnya selain itu. Percaya deh sama gue."
Atlan mendengus, ia akui kalau wajah Stella sekarang memang imut, "Ganti baju sana."
Entah datang dari mana, Stella langsung merasakan tubuhnya sekarang berisi penuh energi. "Sepuluh menit ya, gue mau cari baju yang sama ah dengan lo."
Kali ini, Atlan tidak memercayai telinganya. Tadi Stella bicara apa? Mencari baju yang sama dengan yang ia pakai? Apa perempuan itu sudah mengubah pikirannya mengenai kesamaan yang dimiliki antara Atlan dan Stella? Entah lah. Kalau mau memikirkan hal itu, membuat otaknya tambah pusing saja. Sebentar lagi ujian saja sudah membuatnya pusing, maka dari itu Atlan tidak mau menambah beban pikiran.
"Selesai!" Stella berlari menuruni anak tangganya, "ayo pergi!"
Muka pucat Stella masih terlihat jelas di mata Atlan, walau Stella sudah memberikan bedak di wajah itu. "Lo yakin kita nggak apa-apa pergi?"
"Atlan," Stella memberikan senyum paling manis yang ia miliki, "nonton itu kita cuman duduk, nggak ngelakuin hal berat. So nggak apa-apa, gue juga bawa obat kok. Tenang aja ya, Tlan. Gue nggak akan nyusahin lo ko."
"Bukan itu maksud gue," Atlan menggaruk belalang lehernya, "gue cuman nggak suka ngelihat lo kesakitan kayak waktu itu, apalagi lo nangis."
"Gue nggak akan nangis, beneran." Nada bicara Stella terdengar serius kali ini.
Karena tadi Atlan sudah mengajaknya, maka mereka harus pergi. "Kalau ada apa-apa, langsung kasih tahu gue. Jangan pura-pura di depan gue."
"Siap bos Atlan." Stella menutup obrolan mereka dengan tertawa pelan.
Sepenjang perjalanan, tidak terjadi obrolan seperti biasanya. Stella sibuk dengan pikirannya sendiri dan Atlan yang untuk pertama kalinya terlalu berkonsentrasi dengan jalanan, mungkin karena hari ini cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins, But We're?
Teen FictionApa jadinya, jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar sama dengan kalian? Atlan dan Stella adalah dua orang yang tidak sengaja saling bertemu di satu tempat. Mereka bertemu dengan keadaan dimana apa yang mereka pakai itu sama persis. Da...
