Part 3

5K 615 30
                                        

Stella mengetukkan pena ke meja beberapa kali. Ia masih bingung dengan sesuatu. Sampai sekarang, ia masih terpikir soal itu.

"Stella?"

Stella menoleh saat ia mendengar namanya dipanggil. Teman pertamanya ketika disekolah ini sekaligus teman sebangkunya. Ia bisa menanyakan soal kebingungannya, "Gue boleh tanya sesuatu nggak, Bell?"

Bella memgangguk, "Kenapa nggak boleh? Kalau lo mau nanya, nanya aja, nggak perlu pakai permisi segala."

"Itu loh..." Stella menggigit bibir bawahnya, ia harus bertanya! "emang di Indonesia setiap hari sekolahnya pakai baju yang sama ya?"

Bella terdiam, ia mengedipkan matanya beberapa kali sebelum ia tertawa cukup lama. Ia memegangi perutnya karena ini benar-benar lucu, "Sumpah ya, lo nggak tahu hal gituan?" Stella menggeleng dengan muka polos, "Lo nggak tahu hal gitu, tapi bahasa lo lancar dan lebih anehnya lagi, lo pakai lo gue bukan aku kamu atau sebangsanya."

"Itu..." Kenapa ia tidak menanyakan hal ini ke pembantunya!! "gue pakai lo gue karena kata Bibi kalau sama teman pakai lo gue aja. Terus Bibi nggak jelasin soal baju sekolah."

Bella berdecak, ia menggeleng iba dan sejujurnya ia ingin tertawa lagi namun ia kasihan. "Jadi ini yang ngebuat lo diketawain sama mereka tadi, pantas aja mereka ketawanya gitu banget hehehehe."

Stella mengerucutkan bibirnya, "Iya begitulah."

Bella menyanggah kepalanya menggunakan tangan. Ia melihat Stella dengan muka kasihan, "Bukan nakutin, tapi siap-siap aja hidup lo di sekolah ini nggak tentram dan bawaan lo nanti emosian mulu. Karena gue rasa, Atlan sama Lio udah nargetin lo jadi next girl mereka."

"Was?! Kein scherz, order?!!" (Apa?! Lo bercanda, 'kan?!!)

Teriakan Stella membuat Bella terdiam. Mulutnya menganga mendengar ucapan Stella. Matanya beberapa kali berkedip. Bella sadar ketika Stella mengibaskan tangannya didepan muka Bella.

Bella menelan salivanya dengan susah payah, "Anjir!! Bahasa apaan itu?!"

Kali ini mata Stella yang berkedip beberapa kali, "Anjir apa?"

Bella menggeleng cepat, "Itu bahasa apa?"

"Jerman," Stella menyengir, ia menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal, "Gue kelamaan tinggal di sana, jadi terbiasa pakai bahasa sana."

Kening Bella mengerut, "Bukannya lo pindahan dari Amrik?!"

Stella mengangguk membuat kening Bella semakin mengerut, "Setelah gue lahir, gue langsung pindah ke Jerman selama 15 tahun terus pindah ke Amrik 1 tahun, baru pindah ke sini."

Bella ber-oh panjang, ia mengangguk paham. "Pantas aja, logat lo ngomong lucu."

Stella hanya bergumam dan ia teringat perkataan Bella, "Maksud lo apa? Lo bercanda kan kalau hidup gue nggak akan tentram disini?!"

Bella meringis mendengar pertanyaan Stella, ia merasa menyesal memberi tahu itu. Padahal Stella baru masuk, "Kita lihat aja nanti."

Stella cemberut. Ia mendekat ke arah Bella, menatap lekat mata Bella, "Anjir itu apa?"

Eh?!! Anjir!! Kenapa masih ditanya?!! Gimana gue ngejelasinnya?!! rutuk Bella dalam hati, "Itu.... Lo cari aja di google."

Satu alis Stella terangkat, "Kenapa lo nggak mau kasih tahu? Kenapa gue harus cari sendiri? Emang artinya apaan sih?!"

Bella menggelus belakang lehernya, "Itu artinya.... Udah deh Stel, lo nggak lapar apa? Mendingan kita ke kantin, nanti disana gue bakalan kasih tahu ke lo makanan yang enak dan beda dari Amrik."

Stella mengangguk, ia tersenyum lebar, "Ide bagus!!"

Bella mampu bernapas lega karena Stella melupakan pertanyaannya, "Ayo, nanti keburu kita masuk."

Selama perjalanan ke kantin, banyak sepasang mata yang melihat ke arah Stella. Entah karena penasaran atau menganggumi kecantikan Stella. Mereka melihat sesuatu yang berbeda di sekolahnya. Apalagi rambut Stella yang tidak berwarna hitam melainkan pirang. Yang mereka heran itu, sekolah tidak melarangnya.

"Bella!"

"Fara? Sejak kapan lo masuk sekolah? Kenapa lo nggak ada dikelas dari tadi?"

Mata Stella berkedip beberapa kali karena tidak mengerti arah obrolan mereka berdua. Bahkan Bella mendadak melupakannya karena asyik mengobrol. Sampai orang yang baru datang itu melihat ke arahnya.

"Stella ya?" kening Stella mengerut karena heran, kenapa perempuan ini tahu tentangnya, "tadi gue dikasih tahu sama Halim, katanya ada anak baru dikelas kita."

Oh Halim... Stella mengingat nama itu karena dia adalah temannya cowok menyebalkan itu. Apa ia belum memberitahu informasi penting? Sepertinya belum. Ini soal kelas Stella. Ia dan cowok itu disatukan dalam satu kelas. Yang mungkin benar kata Bella, kalau hidupnya tidak akan tentram.

"Iya," jawab Stella canggung.

Perempuan itu tersenyum ramah, "Kenalin gue Fara."

Stella menerima jabatan tangan Fara, "Stella."

"Dia teman gue dan teman lo juga," Bella melirik ke arah Fara lalu ke Stella, "dan dia pacarnya Halim."

Fara berdecak, "Lo pacarnya Rian!"

Mata Stella melebar mendengar ucapan kedua perempuan didepannya. Mereka pacarnya teman cowok itu? Wah, gawat ini!!

"Eh!" Bella teringat sesuatu, ia menatap Stella serius, "bukan karena kita berdua pacar mereka, kita bakalan ngebela mereka. Kita nggak akan gitu, kita bakalan ngebantu lo kalau lo digangguin mereka."

Fara menepuk pundak Stella, "Lo tenang aja, kita bukan fake friend."

Mungkin Stella bisa sedikit mempercayainya, "Makasih ya."

Fara mengangguk, "Kalian mau ke kantin, 'kan? Mendingan kita ke kantin sekarang."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk ke kantin. Sayangnya, saat mereka sampai di kantin, tidak ada meja dan kursi kosong lagi. Kalau istirahat pasti semuanya penuh, kalau tidak cepat-cepat kesini. Siapa cepat dia dapat.

Bella cemberut, "Nggak ada tempat lagi, gimana dong?!"

Fara menatap mereka ragu, "Ada sih, itu disamping mereka, tapi Stella pasti nggak mau."

Stella ingin mengatakan kalau ucapan Fara itu benar. Namun, perutnya berbunyi saat itu membuat ia harus menyingkirkan pikirannya yang menolak untuk dekat-dekat dengan mereka. "Gue nggak apa-apa kok, dari pada kita nggak dapat tempat."

"Beneran?" tanya Bella tidak percaya.

Stella mengangguk, "Kita pesan makanan dulu atau langsung kesana?"

"Eh?" Fara melihat sekelilingnya, "kita pesan dulu baru kesana, habis dapatin makanannya."

"Gue ngikut kalian deh. Nggak tahu makanan disini ada apa aja," ucap Stella.

Fara mengangguk, "Gimana kalau gue pesanin makanan kalian berdua? Biar kita disana nggak menuhin tempat, terus lo berdua tunggu aja dimeja."

Bella tersenyum senang, "Ide bagus dan sangat-sangat baik!"

"Jadi?" bingung Stella, ia benar-benar tidak tahu apa-apa soal ini.

"Kita kesana duluan," jawab Bella.

Stella mengangguk dan mengikuti Bella. Bella terlebih dahulu duduk di meja mereka, baru setelah itu Stella duduk disamping Bella. Membuat penghuni meja itu menatap Stella dengan tatapan yang tidak bisa Stella artikan.

Atlan berdecak, "Kangen sama gue, honey?"

Stella melongo mendengar pertanyaan Atlan, "Lo sakit?"

Kali ini Atlan tersenyum miring, "Kayaknya iya. Lo mau nggak ngerawat gue? Gue juga kayaknya sakit karena nggak ngelihat lo selama beberapa menit ini."

****

Ini part udah aku tulis dari lama, tapi lupa terus mau aku publish😂😂😂 keep voment yaw😊😊

18 Juni 2017

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang