"Udah, jangan cemberut gitu."
Stella langsung menoleh ke seseorang yang duduk di sampingnya. Tatapannya masih saja sinis, "Lo kenapa nggak main aja sih?! Mau ngapain lo disini?! Ha!"
"Mau ngelihatin lo," jujur Atlan.
Mata Stella melebar mendengar jawaban Atlan yang tidak ada sedikit pun kesan kalau Atlan berbohong. Apalagi senyuman Atlan yang tidak seperti biasanya. Ini kenapa Atlan cepat sekali berubah? Maksudnya itu, sifat Atlan cepat sekali berubah-ubah. Tadi bukannya Atlan habis marah-marah?
"Stel," Mata Stella langsung teralihkan, ia menatap bingung ke arah Fara. "Suhu badan lo kenapa panas banget?"
Mengenai ini.... itu sudah di rasakannya sejak awal datang kesini.
Bukannya menjawab, Stella malah memalingkan tatapannya ke arah lain. Ia tidak mau memberitahu alasannya. Ia tidak mau mereka mengetahui tentang ini atau tentang apapun itu.
"Muka lo juga pucat," ucap Atlan, "lo sakit?"
Lagi-lagi Stella tidak menjawab. Ia malah mengucapkan hal lain yang membuat mereka terkejut. "Gue mau pulang."
"Lah? Kenapa?" bingung Bella.
Stella tetap tidak menjawab. Ia langsung berdiri dan melangkah menjauhi mereka. Baru saja dua langkah Stella melangkah, tubuhnya sudah oleng. Stella bisa saja jatuh, kalau Atlan tidak cepat-cepat berdiri dan memegangi tubuh Stella.
"Gue antar lo pulang," ucap Atlan tegas.
Stella meringis. Ia merasakan nyeri di area persendiannya. Ia masih bisa sedikit berkonsentrasi dengan kejadian di sekitarnya, "Nggak perlu, sopir gue udah nungguin gue dari tadi."
"Kalau gitu, kita antarin lo sampai ke mobil ya," ucap Bella yang sudah berdiri di sampingnya bersama Fara.
"Lo mau ngebantah?" Atlan buru-buru bertanya, ketika melihat Stella ingin berbicara lagi. "Kalau lo jatuh, terus berdarah, itu malah buat kita susah. Apalagi kalau lo pingsan. Mendingan lo kita antar, jadi nggak buat kita susah."
Mata Stella menajam mendengar ucapan Atlan. Ia menepis tangan Atlan yang masih membantunya berdiri, "Gue nggak perlu rasa kasihan dari lo dan gue nggak akan buat lo jadi kesusahan karena gue!"
"Ste..."
"Ayo Far," potong Stella, "temanin gue ke depan ya?"
Bella tersenyum, "Dengan senang hati."
Tepukan pelan mendarat di pundak Atlan, saat Stella, Bella dan Fara sudah tak terlihat lagi. Halim berdiri di samping Atlan, menatap ke arah pintu keluar. "Kalau mau nolongin orang itu, ya lo harus ikhlas."
"Gue ikhlas, dia aja yang sensian," kesal Atlan.
"Kata-kata lo itu di ganti, makanya jangan ngomong gitu," Halim masih setia menepuk pundak Atlan, "udah lah, nggak perlu lo pikirin. Mendingan lo ikut main, dari pada bengong disini."
Atlan hanya mengangguk pelan. Ia seperti tidak memiliki rasa semangat lagi, gara-gara kejadian barusan. Rasa penasaran juga sudah memenuhi dirinya.
Itu cewek kenapa? Sakit? Bukannya, sebelum itu dia baik-baik aja?
Tangan Atlan sibuk mengacak rambutnya sendiri. Ia benar-benar penasaran dan bingung. Ia mungkin sudah seperti orang frustasi.
"Woi Tlan! Lo kayak orang frustasi aja!" teriak Lio dari tengah lapangan.
Atlan berdecak. Sepertinya, ia benar-benar harus ikut main, biar isi kepalanya ini tidak terpenuhi oleh rasa penasaran dan kebingungan yang sedang melandanya.
Itu pilihan yang tepat, dari pada berdiri disini dan hanya melihat mereka semua. Lagi pula, cewek itu bukan siapa-siapa dirinya. Cewek itu hanya orang yang kebetulan saja bisa selalu menggunakan sesuatu yang sama dengan dirinya. Cewek itu tidak penting baginya.
Jadi, tidak seharusnya ia peduli.
Atlan mengangguk, bertanda bahwa ia setuju dengan pemikirannya barusan. Ia harus membuang rasa penasaran dan bingung ini dari pikirannya.
Memangnya siapa cewek itu, sampai harus memenuhi pikiran dirinya?
****
Hari selanjutnya adalah hari dimana Atlan menentang segala pikiran yang ia pikirkan sebelumnya. Begitu juga dengan hari-hari setelahnya. Karena sudah tiga hari cewek itu menghilang tanpa kabar dari sewaktu mereka bermain futsal.
"Kenapa lo? Lo udah kayak anak ayam kehilangan induknya aja," heran Rian.
"Ceweknya udah nggak masuk tiga hari, makanya dia gitu," celetuk Lio.
"Dari pada lo gini, mendingan lo tanyain kabar dia, chat dia atau datangi rumahnya," saran Halim.
Kalau biasanya Atlan akan menjawab dan cerewet, kali ini berbeda dari biasanya. Atlan tetap diam dan masih saja terlihat uring-uringan. Ia masih saja terlihat gelisah dan pikirannya seakan tidak berada di sekolah.
"Far, doinya Atlan kemana? Gue kasihan sama dia." Halim benar-benar kasihan melihat Atlan yang berbeda ini.
"Dia di RS," jawab Fara yang masih fokus mengerjakan sesuatu dengan Bella.
Diluar perkiraan mereka, Atlan langsung berdiri saat mendengar jawaban Fara. "Dia kenapa di RS?"
"Kita nggak di kasih tahu, dia cuman bilang kalau dia di RS," ucap Bella tanpa.
Saat itu juga, Atlan langsung melangkah keluar kelas. Sialnya, seorang guru sudah berdiri di depan kelas Atlan. Sedang mengobrol dengan guru lain. Membuat Atlan mengurungkan niatnya dan kembali duduk di tempat duduknya.
"Lo tahu nggak, kalau hari ini kita ulangan?" Rian sangat tahu jawaban dari pertanyaannya.
Atlan menggeleng, "Ulangan apa?"
"Pantas aja lo remedial mulu, sampai tiga kali lagi," Halim menggeleng-geleng kasihan, "mau ulangan aja lo nggak tahu, gimana bisa nggak remedial? Kalau orang kayak lo itu jadi pemimpin perusahaan lo, gue yakin itu bisa kacau, kecuali lo berubah."
Atlan memutar kedua bola matanya, ia terlalu malas mendengar oceh-ocehan mereka. "Masih mau ceramah atau nggak? Kalau masih, mendingan gue permisi ke toilet."
"Tlan," Panggilan dari Bella membuat teman-temannya tidak jadi menjawab pertanyaan Atlan, "Stella di rumah sakit itu bukan salah lo, lo nggak perlu ngerasa bersalah gitu."
Satu alis Atlan terangkat, "Siapa yang merasa bersalah? Gue gini bukan karena dia."
Bella langsung mengangkat kedua tangannya. "Iya iya, gue salah. Untuk kali ini cewek yang salah, bukan cowok."
Atlan hanya memutar kedua bola matanya. Ia benar-benar malas untuk mengubris siapa pun hari ini. Yang ia inginkan adalah pulang ke rumah atau
Mencari kepastian?
Mungkin.
Mencari kepastian kenapa dirinya gelisah dan kenapa perasaan tidak enak ini terus saja menganggu dirinya. Kenapa ia terus memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak di pikirkannya.
Atlan masih tidak mengerti tentang dirinya dan jalan pikirnya. Mungkin karena tidak ada yang di ganggu, makanya ia merasa sepi dan hampa.
Mungkin begitu.
******
Belakangan ini jarang buka wp gara" kesibukan dunia nyata😭😭
6 September 2017 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins, But We're?
Novela JuvenilApa jadinya, jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar sama dengan kalian? Atlan dan Stella adalah dua orang yang tidak sengaja saling bertemu di satu tempat. Mereka bertemu dengan keadaan dimana apa yang mereka pakai itu sama persis. Da...