Part 6

3.8K 491 7
                                        

"Ma, Bang Atlan punya kembaran ya?!"

Mama mengerjapkan matanya beberapa kali, "Maksud kamu?"

"Jadi, gini Ma, disekolah ada cewek yang punya benda yang sama banget dengan Bang Atlan. Bahkan model baju mereka juga sama!! Mobil juga loh!! Case HP mereka juga sama!!" cerita Gia.

Kening Mama semakin mengerut, "Lalu?"

"Gia pikir, mereka kembar karena mereka punya selera yang sama!! Nah, terus, mungkin nih, waktu Mama ngelahirin Bang Atlan, Mama atau pun Papa, nggak ada yang nyadar gitu!!" jelas Gia menggebu-gebu.

Atlan pura-pura menguap, "Dek, kalau mau berkhayal jangan disini! Mana ada punya anak kembar tapi nggak sadar!!"

"BISA AJA KALI BANG!!" Gia tersulut kesal, "mungkin aja itu, kayak di cerita-cerita atau acara yang di TV itu!! Jadi, Mama nggak nyadar, terus ada yang ngambil kembaran Bang Atlan gitu!!"

"Dan lo bakalan buat sinetron dengan judul, kembaran yang terpisah, atau, kembaran yang bertemu kembali akibat kesamaan, atau apa ya, ada ide judul nggak?" canda Atlan.

"Gia," Mama menegur Gia terlebih dahulu sebelum Gia mencak-mencak, "kamu itu udah kelas satu SMA, kenapa masih kepikiran gitu?"

Gia cemberut, ketika mendengar Mama tidak memihak kepadanya dan Atlan yang tertawa puas. "Kalau misalnya tanggal lahir mereka sama, berarti ada kemungkinan pikiran Gia itu benar!!!"

Punya adik kenapa gini banget ya?

"Ma, Atlan ke kamar dulu." Atlan langsung mengambil langkah paling lebar, ia ingin kabur karena sudah bosan mendengar ocehan Gia yang tidak berfaedah.

Mengingat-ingat ucapan Gia, ia jadi mempunyai ide sesuatu. Mungkin saja kesamaan yang terjadi belakangan ini hanya kebetulan semata dan tidak akan terjadi lagi. Atlan pikir, ia harus membuktikan ucapannya ini.

Ia melepaskan seragam sekolahnya dan langsung menghempaskan tubuh ke atas tempat tidur tanpa memakai baju terlebih dahulu. Tubuh Atlan hanya berbalut kaus dalam dan celana sekolahnya. Tangannya merogoh saku celana, mengambil HP lalu menghubungi seseorang.

Nada pertama, belum ada jawaban. Begitu juga dengan nada kedua, sampai nada terakhir, yang akhirnya hanya suara operator yang terdengar. Atlan berdecak kesal, namun ia tidak berhenti berusaha. Ia kembali menghubungi orang itu sampai tiga kali, hingga orang itu mengangkat panggilan darinya.

"Kesambet apa lo nelepon gue?"

"Anjir lo! Gue telepon dari tadi baru di angkat! Hampir gue ketiduran gara-gara lo nggak angkat-angkat! Itu HP lo letakin dimana?! Ha?!"

"Biasanya lo lebih parah kali, Tlan. Kita juga pernah hubungi lo sampai seratus kali, lo tetap aja nggak angkat HP lo."

"Gue kan bukan budak HP. Kalau lo kan pasti megang HP terus, soalnya lo harus hubungi pacar lo."

"Hahaha tadi gue lagi jalan sama dia, makanya nggak ada megang HP. Ini lo tumben banget nelepon? Ada apa? Biasanya lo cuman ngechat kita habis itu ngilang lagi."

"Gue mau ngajak lo sama yang lain main futsal," Atlan teringat sesuatu, "nah Lim, kebetulan Fara lagi sama lo, lo ajak dia sama dua temannya itu."

Hening beberapa saat, sebelum Atlan mendengar Halim yang berbicara ke seseorang, yang pastinya itu Fara.

"Fara nanya, lo mau modus atau ngerjain Stella?"

Mau membuktikan sesuatu, "Nggak keduanya, udah lo ajak aja mereka. Jangan lupa bilangin ke Lio, Rian sama anak kelas. Gue tunggu kalian ditempat yang biasanya kita main futsal."

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang