Part 2

6.4K 697 39
                                    

Sekolah.
Sekolah adalah tempat dimana seseorang bisa merasakan banyak hal. Di sekolah, kita mungkin mempunyai banyak pengalaman. Dan masa-masa SMA adalah masalah yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal banyak hal dan masa dimana kita -katanya- lagi nyari jati diri sesungguhnya.

Punggung Atlan di pukul cukup kuat oleh sahabat karibnya. Membuat Atlan yang lagi setengah tidur menggeliat. Ia menegakkan badannya karena pukulan itu memang cukup kuat.

"Ganggu aja sih lo!" kesal Atlan.

Halim -sahabatnya- menyengir, ekspresinya sama sekali tidak merasa bersalah. "Sengaja."

Atlan mencebikkan bibirnya, "Gue mau tidur lagi, jangan ganggu!"

Sahabatnya itu langsung menarik kerah baju Atlan, melarangnya untuk kembali tidur. "Lo itu kerjaannya tidur mulu, gimana mau sukses? Mending juga lo tidur tapi nilai bagus, ini jelek!"

Atlan melotot mendengar ucapan sahabat tercintanya itu, "Lo ganggu banget sih!"

"Lo itu pewaris dari seluruh usaha keluarga lo dan lo disini malah malas-malasan? Bisa-bisa nanti perusahaan lo bangkrut!" ceramah Halim.

Satu jitakan mendarat mulus tepat di kepala Halim, "Gue bakalan berubah pas kuliah, jadi lo sekarang mendingan diam!"

Halim terkekeh, "Lo mau kemana?"

"Kantin."

"Yakin?"

Langkah Atlan terhenti, ia memutar badannya ke arah Halim. "Emang ada apa?"

"Cewek yang lo dekatin kemarin ada di luar kelas. Dia nyariin lo dan lagi ngobrol bareng Lio sama Rian," jawab Halim santai.

Mata Atlan melebar mendengar ucapan Halim. Ia dengan cepat melangkah menjauh dari pintu kelas menuju belakang kelas. "Lo kenapa nggak bilang dari tadi?!"

"Memangnya kenapa?" heran Halim.

Atlan berdecak, "Gue malas sama dia, matre!"

Tawa kuat Halim langsung memenuhi ruangan kelas yang sepi itu, "Gue bilang ya lo lagi nungguin dia."

Atlan menunjukkan kepalan tangannya, "Awas aja lo bilang itu!"

Halim tersenyum miring, "Terus gue bilang apa?"

"Bilang aja, gue ngilang entah kemana," jawab Atlan asal-asalan.

"Woy Lim! Lo kenapa lama banget?!"

Teriakan Rian membuat Atlan langsung merapalkan doa agar cewek yang mencarinya itu tidak masuk ke kelas. Ia sudah malas berhubungan dengan cewek itu, padahal ia baru dua hari deketin itu cewek. Dua hari aja belangnya udah kelihatan. Udah matre, cabe-cabean lagi! Mampus aja kalau itu cewek nempelinnya terus-terusan!

"Lo kenapa komat-kamit?" heran Rian.

Atlan melotot mendengar pertanyaan Rian. Ia menyuruh Rian untuk diam. Ia benar-benar tidak ingin bertemu cewek itu!

Halim masih dengan tawa senangnya melihat sahabatnya itu menderita tapi dia masih memiliki sifat baik hati, membawa Rian keluar kelas. Membuat Atlan mampu bernapas lega. Setidaknya, ia masih mempunyai sahabat baik hati dan waras.

Atlan mendekat ke arah dinding yang berbatas dengan tempat mereka berada. Ia ingin mendengar pembicaraan mereka tapi tidak terdengar. Percuma saja.

"Beres Tlan."

"Makanya kalau dekatin cewek lihat-lihat dulu."

"Makanya jangan tebar pesona mulu!"

Atlan memutar bola matanya malas. Ternyata ketiga sahabatnya ini benar-benar tidak pernah ada di pihaknya kalau soal seperti ini.

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang