Kemarin, Stella memang sengaja tidak masuk sekolah karena menghindar dari laki-laki itu, alias Ali. Ia benar-benar tidak ingin bertemu dengannya. Ia akan mencari seribu cara untuk tidak berpas-pasan dengan cowok itu! Mungkin, ia akan berada di dalam kelas seharian saja. Ide yang bagus, lagi pula ia sudah membawa minum dan makan siang.
"Pagi semua!" sapa Lio yang baru datang.
Di belakang Lio, berdiri Atlan yang juga baru masuk ke dalam kelas. Mereka baru masuk ke dalam kelas, bukan baru datang ke sekolah. Menurut mereka berdua, menunggu detik-detik bel masuk berbunyi itu lebih baik di kantin. Karena kantin adalah tempat yang paling bagus dan nyaman.
"Dari mana lo berdua?" Halim menatap keduanya curiga.
"Biasa, kita diam di kantin dulu." Lio tersenyum menampakan giginya.
Rian menyipitkan matanya, "Gue curiga kalian penyuka sesama jenis. Kalian berdua pacaran ya?"
Satu jitakan berhasil mendarat mulus di kepala Rian. Mereka sudah mengetahui bahwa Atlan dan Stella tidak memiliki hubungan apa-apa. Ia memang sudah menjelaskan ke mereka bertiga, mengapa ia harus mengatakan itu semua. Maka dari itu, temannya satu ini mengucapkan kata-kata yang tidak waras.
"Bilang aja lo berdua juga mau ke kantin," ucap Atlan santai.
Saat Atlan ingin menghampiri Stella, seorang perempuan memotong Atlan. Perempuan itu menyenggol Atlan sambil membawa kotak kado yang cukup besar, membuat Atlan berdecak kesal. Beraninya dia, ia sangat yakin kalau perempuan ini adik kelasnya.
Perempuan itu meletakkan kotak itu begitu saja di atas meja Stella, lalu pergi tanpa mengatakan apapun. Membuat satu penghuni kelas menatapnya heran dan curiga. Atlan yang berada paling dekat dengan Stella, langsung merebut kotak itu. Ia menyerahkan minuman kaleng kesukaan Stella, saat melihat Stella yang menatapnya tajam.
"Ingat yang gue bilang, gue bakalan ngelindungi lo," Mata Atlan melirik ke arah minuman kaleng yang baru ia berikan, ia mengambilnya lalu membuka minuman itu, setelah itu baru ia kembalikan ke Stella lagi. "Lo minum aja, biar gue yang meriksa isi kotak ini."
Stella tidak protes ketika ia melihat tatapan tajam Atlan. Walau begitu, ia tetap melirik penasaran ke arah kotak yang sedang di buka Atlan bersama ketiga sahabatnya. Bukan hanya dirinya yang penasaran, tapi satu kelas ini juga sudah memerhatikan kotak itu. Membuat Stella menghembuskan napas kesal, ia mengalihkan pandangan dari kotak itu dan mencoba berpikiran positif sambil meminum minuman pemberian Atlan.
Palingan cuman orang iseng, batin Stella.
Stella kembali melanjutkan kegiatan membacanya, mencoba tidak ikut penasaran dengan isi kotak yang di berikan kepadanya. Ia tidak suka dengan orang yang bermain di belakang, benar-benar tidak punya nyali orang-orang yang seperti ini. Meminta orang lain untuk memberikan dan orang itu bersembunyi dengan perasaan penasaran bagaimana reaksi penerimanya.
"Anjir!! Ini apaan?! Udah gila nih orang yang ngasih ini!!" teriakan Lio mengisi ruang kelas yang awalnya sunyi.
Mata Stella langsung beralih dari buku menatap ke arah kotak itu. Matanya bertemu dengan mata Atlan yang juga sedang menatap ke arahnya. Kepala Atlan menggeleng saat ia berdiri, "Ada apa? Apa isinya?"
"Kain yang isinya darah sama kain yang kebakar," jawab Rian polos.
Atlan benar-benar ingin memukul kepala Rian karena menjawab pertanyaan Stella dan tidak terlihat bersalah. Apalagi melihat Stella yang langsung terdiam di tempatnya dan tatapan mata Stella yang kosong. Membuat Atlan benar-benar ingin menghajar Rian karena memberitahu Stella
Tubuhnya gemetar mendengar jawaban Rian. Ia bahkan harus kembali duduk dan mengenggam tangannya yang lain agar getaran di tubuhnya tidak terlalu bergetar hebat. Stella seperti seseorang yang kehilangan arah saat ini.
"Buang ini jauh-jauh," pinta Atlan.
Halim mengangguk, ia langsung menutup kotak kadonya kembali. Gerakannya terhenti ketika melihat sebuah kertas di balik kain-kain yang tertumpuk. Dengan suara sangat pelan, Halim memberitahu keberadaan kertas itu. Atlan langsung mengambil kertas itu dan menyembunyikannya.
"Nanti aja kasih tahu ke dia, tunggu dia tenang," saran Halim sebelum menghilang dari kelas bersama Rian.
Lio melirik ke arah Atlan yang hanya diam menatap Stella, "Lo datangi dia, hanya lo yang kayaknya tahu permasalahan dia. Fara sama Bella nggak akan bisa nenangin dia, soalnya mereka nggak tahu apa-apa."
Mengikuti ucapan Lio yang mungkin ada benarnya, Atlan mendekati Stella. Ia berjongkok di samping Stella, mengenggam kedua tangan Stella yang bergetar hebat. "Gue akan selalu ada buat lo. Gue bakalan ngelindungi lo. Gue bakalan bantu lo bebas dari orang ini. Jadi, lo harus tenang. Kita berdua harus lawan dia karena gue nggak tahu apa-apa tentang dia."
Mata Stella menatap balik tatapan Atlan. Ia mengangguk lemah, "Gue harap Bang Axel ada di sini."
Atlan berdiri, ia mengelus puncak kepala Stella. "Abang lo selalu ada di dalam hati lo. Dia bakalan bantu lo dan ngejaga lo, walau lo nggak bisa ngelihat dia. Percaya sama gue."
"Stel, ada yang SMS lo." Bella sangat hati-hati memberitahunya karena SMS itu berasal dari nomor yang tidak di kenal.
Stella langsung memegang tangan Atlan yang ingin mengambil HP-nya. Ia ingin memberanikan diri untuk mengetahui isi pesannya. Ia ingin tahu siapa orang ini, apa orang ini adalah dia. Dia yang Stella takutkan atau bukan atau hanya sekedar pesan dari orang kurang kerjaan.
Gimana kadonya? Bagus ga? Gue kasih itu biar lo ingat tentang gue, soalnya lo bilang lo lupa sama gue. Ya, jadi gue kasih aja itu. Oh ya, tunggu gue di lain hari ya. Bye, baby.
Atlan memejamkan matanya, berusaha menahan kekesalan dan mengontrol diri agar tidak berlari untuk mencari orang ini, lalu menghajarnya habis-habisan. Ia berusaha menahan karena ia tidak ingin masalah ini menjadi lebih besar. Ia tidak ingin terburu-buru dalam mengambil keputusan. Atlan juga belum tahu dengan jelas apa masalah mereka berdua, maka dari itu ia berusaha mati-matian menahan kekesalan ini.
Atlan baru teringat akan kertas yang ada di kotak itu. Ia buru-buru membukanya, di dalam kertas itu, ia hanya temukan beberapa kata yang tidak bisa menjelaskan masalah mereka.
Kira-kira kejadian ini berapa tahun yang lalu ya, baby?
Atlan hanya bisa menyimpulkan bahwa ini adalah masa lalu mereka yang berhubungan dengan sesuatu yang berdarah dan terbakar.
****
9 Oktober 2017
![](https://img.wattpad.com/cover/81319856-288-k946752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Twins, But We're?
Ficção AdolescenteApa jadinya, jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar sama dengan kalian? Atlan dan Stella adalah dua orang yang tidak sengaja saling bertemu di satu tempat. Mereka bertemu dengan keadaan dimana apa yang mereka pakai itu sama persis. Da...