Part 4

4.1K 552 33
                                        

Stella menatap Atlan tajam, "Gue nggak mau!!"

Atlan tersenyum senang melihat Stella yang menolaknya mentah-mentah. "Kenapa? Gue kurang ganteng? Atau kurang kaya?"

"Lo gila?!" kesal Stella.

Satu alis Atlan terangkat, "Apa gue harus bayar lo dulu, baru lo mau ngerawat gue? Lo mau di bayar berapa? Satu juta? Dua juta? Tiga juta? Atau seratus juta?"

Tanpa membalas ucapan Atlan. Stella mengambil gelas yang ada didekatnya dan menyiram isi gelas itu ke wajah Atlan. Ia tidak peduli apa isi gelas itu. Mau air teh panas atau jus jeruk, ia tidak peduli!!

"WHAT THE!!"

Itu gerakan refleks tangan Stella. Entah kenapa hatinya berteriak menyuruhnya untuk melakukan semua itu. "Ich bin keine hure!!!!"

Atlan tersentak kaget mendengar ucapan Stella. Bukan karena ia tidak mengerti, kalau ia tidak mengerti pasti ia tidak kaget malah ia kebingungan. Ia mengerti apa yang diucapkan Stella, "Lo salah paham. Gue nggak pernah bilang lo perempuan bayaran atau mikir kalau lo gitu."

"Lo ngerti yang dia bilang tadi?!!" seru Lio yang duduk disamping Atlan.

Rian yang ada disamping Lio, menoyor belakang kepala Lio. Ia berbisik pelan, "Jangan merusak suasana."

"Gue cuman terpukau aja. Gue nanya itu, itu pertanyaan spontan," bisik Lio balik.

Atlan berdeham cukup keras, ia tahu kalau dirinya sedang dibicarakan oleh kedua temannya ini. Ia mencoba mengabaikan mereka dan kembali melihat Stella yang hanya diam dengan tatapan horornya, membuat ia berdecak.

"Lo pikir, gue nggak ngerti omongan lo?" satu alis Atlan terangkat, ia tersenyum, bukan senyum miring melainkan senyum tulus. Atlan bahkan tidak tahu kenapa ia tersenyum seperti ini, "Dengarin baik-baik ya. Gue bukannya mau sombong, cuman lo dengerin aja. Papa dari Bokap gue itu campuran California dan Inggris. Mama dari Bokap gue itu campuran Prancis dan Indonesia. Sedangkan, nyokap gue itu keturunan Spanyol, Rusia dan Indonesia. Otomatis gue menguasai semua bahasa itu dan gue udah belajar bahasa dari kecil. Mulai dari bahas Jerman, Jepang, China, Korea dan seluruh bahasa kakek, nenek gue."

Bukan hanya Stella yang terdiam karena mendengar penjelasan Atlan, ketiga sahabat Atlan juga teman baru Stella juga terdiam. Mereka terdiam karena kagum dan sedikit tidak percaya, walau mereka sudah mengetahui keluarga Atlan dengan baik. Tapi ucapan Atlan barusan itu, membuat mereka tercengang karena untuk pertama kalinya Atlan membanggakan keluarganya itu.

"Ini first time-nya lo ngomong pamer silsilah keluarga lo. Biasanya lo cuman banggain kekayaan lo aja." Rian berkomentar untuk pertama kalinya, memecahkan keheningan yang terjadi.

Halim menepuk pundak Atlan pelan, "Jangan sombong."

Atlan tidak berniat membalas komentar mereka berdua. Ia malah tetap menatap lurus ke arah mata Stella. Ia masih tersenyum melihat Stella yang masih diam tidak berkutik.

"Stell," panggil Bella.

Fara menepuk bahu Stella, "Lo kenapa?"

Stella mencoba mengembalikan keterkejutannya. Ia sebenarnya terkejut mendengar Atlan yang mengerti bahasa yang ia ucapkan. Ia mengatakan itu menggunakan bahasa Jerman bukan karena ia tidak mau mereka mengerti ucapannya, itu semua hanya ucapan refleks. Yang membuat Stella lebih terkejut adalah balasan dari ucapannya.

Stella mendengus, ia tidak suka orang yang sombong dan pamer. "Jadi, lo bangga? Gue juga nggak akan peduli lo bisa berapa bahasa, nggak ada penting-pentingnya untuk gue!!!"

"Waw," Atlan bertepuk tangan pelan namun heboh, "bahasa lo udah lancar aja!! Harus gue traktir nih."

Stella membuang wajah saat Atlan melihat lurus ke arahnya dan wajahnya itu seperti menunggu respon yang keluar dari mulut Stella. Ia harus pergi dari tempat ini, "Bel, Far, kita balik ke kelas aja ya?"

"Lah? Katanya tadi lo lapar," heran Bella.

"Gue udah nggak lapar lagi, ayo!"

Stella langsung pergi begitu saja membuat kedua teman barunya terkejut dengan sikap Stella. Mereka sedikit heran dan penasaran. Apa yang sebenarnya Stella katakan tadi? Walau mereka bisa menarik kesimpulan dari jawaban Atlan.Mereka cuman ingin memastikan apa yang sebenarnya Stella katakan.

"Stell!! Tunggu gue!!" teriak Bella yang langsung berlari mengejar Stella.

"Far," Atlan mengambil alih makanan yang ada didepan Fara, "gue bungkus makanannya. Kalian makan di kelas aja."

Atlan juga sama. Dia langsung pergi begitu saja, meninggalkan Halim, Lio, Rian dan Fara. Dia pergi menemui penjual makanannya dan berbicara dengan penjual.

"Tumben banget Atlan gitu," heran Halim.

Rian menjentikan jarinya, "Untuk pertama kalinya Atlan peduli."

"Jarang banget deh dia gitu." Fara juga berpikiran sama dengan mereka semua.

"Kesambet apa itu anak?" tatapan Lio berubah menjadi horor, "jangan-jangan dia kesambet jin disini!!!"

Satu pukulan mendarat tepat dibelakang kepala Lio, tatapan Halim menajam, "Omongan itu di jaga!!"

Lio berdecak kesal, "Iya Ustaz."

Mereka langsung diam saat Atlan berjalan kembali ke arah mereka. Atlan menyodorkan makanan yang sudah dibungkus menggunakan tempat makan. Didalam plastik itu sudah ada sendok dan garpu.

Waw

"Jangan nggak dimakan. Nanti, lo bertiga sakit perut," pesan Atlan saat makanan itu sampai ditangan Fara.

"Perasaan yang pacarnya Fara, itu gue, bukan lo," celetuk Halim.

"Makanya gercep!!" seru Lio.

"Far, mendingan lo ke kelas sekarang. Jam istirahat bentar lagi habis," saran Rian, ia tidak mau pacarnya -Bella- kelaparan.

Atlan memasukan tangannya ke dalam saku celana, "Gue nggak bakalan ke kelas, jadi lo bertiga nggak akan diganggu. So, lo bilangin ke dia, kalau nggak akan ada gangguan dan jangan bilangin kalau gue yang bayarin makanan itu."

"Oh, okey." Fara seperti orang linglung gara-gara sikap Atlan yang tiba-tiba berubah.

Sepanjang perjalanan ke kelas, pikiran Fara masih dipenuhi dengan perubahan sikap Atlan. Ia benar-benar tidak habis pikir, Atlan yang biasanya cuman main-main dan tidak pernah perhatian dengan satu perempuan pun tiba-tiba berubah menjadi seperti itu.

Fara segera membuyarkan lamunannya saat ia sampai didalam kelas. Ia langsung meletakkan makanan yang ia bawa di depan Stella dan Bella, "Makanan yang tadi kalian pesan."

"Kok?" mata Bella berkedip beberapa kali, "kenapa bisa dibungkus kayak gini? Kantin kita perasaan nggak mau deh kalau dibungkus model ginian."

Fara terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Mati gue, jawab apa?! batin Fara.

Stella hanya diam. Ia belum mengenal sekolah ini, jadi lebih baik ia diam sambil mendengar obrolan mereka. Saat Fara tidak kunjung menjawab, HP Stella tiba-tiba berbunyi. Menampilkan sebuah pesan masuk.

Gue cuman mau bilang sama lo. Gue bukan tipe cowok yang langsung nilai orang dalam sekali lihat, sekalipun yang gue lihat pertama kali itu tingkah laku yang buruknya. Maaf, kalau tadi ucapan gue ngebuat lo mikir yang aneh-aneh. Ini gue ngetik nggak singkat demi lo, biar lo ngerti jadi hargai dikit bisa kali, bisa kan?

Atlan

***

Jarang update ini😂😂 sorry yaaa. Keep voment yaa!!

20 Juli 2017

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang