Epilog

3.8K 345 23
                                    

Musim dingin kali ini pergi terlalu cepat bagi Stella. Ia bahkan tidak bisa menikmati musim dingin dan hari liburnya. Ia tidak menikmati hari liburnya karena Stella menjadikan hari libur yang di nantikan banyak orang menjadi sebuah hari yang di penuhi dengan kegiatan. Kegiatan yang masih berhubungan sangat erat dengan kerjaan yang ia jalani. Stella hanya sedikit menyesalinya.

Ia tidak terlalu menyesali hari libur yang sudah terusak oleh kegiatan yang ia lakukan. Karena pada dasarnya, pekerjaan yang ia lakukan adalah sebuah pekerjaan yang tak mengenal kata libur. Hari libur yang ia dapatkan itu karena ia mengambil cuti untuk sementara waktu karena ingin menyiapkan suatu hal yang luar biasa.

Berita yang luar biasa dan fantastis.

Ia harus menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyusun pertanyaan untuk orang yang akan ia wawancarai nanti. Beberapa kali pertanyaan yang ia buat di tolak mentah-mentah dan diminta untuk membuat ulang pertanyaan baru kalau ia masih ingin mewawancarai orang ini. Setelah pertanyaan yang ia ajukan disetujui, Stella kembali di tolak dengan alasan pemilik Bear Company tidak punya waktu dan tidak bisa meluangkan waktunya hanya ntuk sebuah wawancara. Ia tahu betul kalau pemilik perusahaan ini memang belum pernah di wawancarai oleh siapa pun maka, ia mencoba untuk bersabar menghadapi segala rintangan ini.

Stella sempat kesal bahkan ia terus menggerutu ketika mendapatkan balasan email dari sekertaris pemimpin perusahaan ini yang mengatakan kalau ia tidak bisa mewawancarainya. Ia kesal tapi, ia terus berusaha karena ia ingin naik jabatan. Ia sudah bosan menjadi wartawan biasa saja dan masih dianggap wartawan baru padahal ia sudah menjadi wartawan dua tahun lebih. Stella ingin menjadi mentor untuk wartawan baru dan naik posisi. Maka dari itu, ia ingin mewawancarai orang ini. Orang yang di kenal tidak ingin di wawancarai siapa pun.

Stella ingin membuat sebuah berita besar dan fantastis sehingga mentor juga atasannya terpukau. Ia ingin menjadi satu-satunya orang atau orang pertama yang mewawancari orang ini. Sehingga ia bisa naik posisi dan menjadi mentor untuk wartawan baru di kantornya. Beruntung lah, usaha yang ia lakukan selama musim dingin dengan menggunakan hari cutinya tidak lah terbuang sia-sia. Di akhir hari cutinya, ia mendapat email dari sekertaris pemilik perusahaan ini bahwa bosnya setuju untuk ia wawancara. Hal pertama yang Stella lakukan saat itu hanya diam sambil memelototi layar laptopnya. Ia bahkan beberapa kali mengusap layar laptop, takut saja kalau tulisan itu ia yang menulisnya di layar atau hanya imajinasi belaka.

Setelah yakin bahwa itu nyata, Stella melompat kesenangan dan langsung membalas email itu dengan ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya. Kesenangannya tidak berakhir sampai situ karena sekertarisnya mengatakan ia tidak boleh membawa kameramen yang artinya hanya boleh ia sendiri yang menemui pemilik perusahaan ini. Stella tidak terlaly mempermasalahkan hal ini, apalagi pemilik perusahaan ini meminta ia untuk menemuinya di Tidal Basin. Yang artinya ia akan mewawancarai orang ini dengan latar belakang bunga sakura yang sedang mekar pada musim semi kali ini.

Stella tersenyum senang mengingat perjuangan dan hari penantiannya untuk hari bersejarah bagi dirinya. Ia sangat menikmati keindahan bunga mekar yang berada tepat di depan pandangannya. Stella tidak mau melewatkan hal ini dengan percuma, selagi menunggu orang yang ia tunggu datang, ia mengabadikan pemandangan indah ini dengan jepretan kameranya. Ia bisa membuat dua berita untuk hari ini, mengenai keindahan musim semi dan orang yang ia tunggu.

Pasti bos akan terkejut ketika membaca berita yang akan aku berikan untuknya nanti.

"Permisi, apa anda reporter Stella?"

Stella yang sedang serius mengabadikan momen bunga sakura cukup terkejut dengan tepukan tiba-tiba di pundaknya. Ia menjauhkan kameranya dan menatap laki-laki yang bertanya kepadanya ini, "Iya, ada yang bisa saya bantu?"

We're Not Twins, But We're?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang