9. Pemaksaan

8.7K 652 22
                                    

...

[9- Pemaksaan]

"PR SEJARAH SIAPA YANG UDAH WOI?!"

"Eh! Buku gue dimana?"

"EMANG ADA PR YA?!"

"Buku lo di sini!"

"Pinjem pulpen woi! Sekarat nih pulpen gue!"

"Nomor 5 jawabannya apa, Mel?!"

Aku diam di depan pintu sambil melihat keriuhan di kelasku. Pagi-pagi seperti ini sudah ramai seperti di pasar.

Sepertinya kejadian seperti ini memang sudah menjadi tradisi di mayoritas sekolah. Dulu di sekolah lamaku juga sama saja seperti ini.

"Lova, udah ngerjain PR belom?!" tanya Beni dari kursinya.

Bahkan aku saja tidak tahu kalau ada PR Sejarah.

"Yah, malah cengo!" celetuk Indra.

"Gue aja nggak tau kalo ada PR Sejarah."

Aku berjalan ke kursiku lalu mengeluarkan buku Sejarah. Marsha yang duduk di sampingku juga sedang menyalin jawaban dari buku Febi.

"Gue kok nggak tau ya kalo ada PR Sejarah?" tanyaku pada Marsha.

"Ini tuh PR bulan lalu, lo belum pindah. Makanya lo nggak tau," jawab Marsha sambil tetap fokus menyalin jawaban.

"Ya udah gue lihat," pintaku sambil menarik buku Febi ke tengah.

Aku bisa saja sih bilang sama gurunya kalau aku anak baru, jadi nggak tahu kalau ada PR, tapi kalau gurunya galak gimana?

มล

Dugaanku salah. Ternyata guru sejarah ini orangnya kalem, bahkan saking kalemnya aku sampai mengantuk.

Gaya bicara beliau sama seperti orang tua yang sedang menina bobokan anaknya. Pelaaaann sekali.

Aku sampai menguap berkali-kali, akhirnya aku memutuskan ijin ke toilet untuk membasahi wajahku agar segar kembali.

"Pak!"

"Ya? Ada apa?" tanya Pak Anjar sambil menurunkan letak kacamatanya.

"Saya boleh ijin ke toilet?"

"Silahkan."

Aku berjalan keluar sambil menguap, ini sudah kali ke berapa aku menguap, ya?

Tanganku bergerak memutar keran dan membasahi wajahku dengan air dingin itu.

Setelah mengeringkan wajah, aku keluar dan berniat kembali ke kelas.

"ADUH!"

Aku mengusap pantatku yang baru saja berciuman dengan lantai.

"Kalo jalan lih- Lova?"

Aku menengadah dan melihat muka Milo di atas kepalaku.

"Lo ngapain?"

Milo diam.

"OH LO MAU BOLOS Y-"

Ih! Apaan sih pake nutup-nutup mulutku.

Aku segera menarik tangan Milo agar menjauh dari mulutku.

"BAU TAU NGGAK!" jawabku dengan sinis.

"Lo jangan teriak-teriak dong!"

"NAH! BENER KAN LO MAU BO- AAAA!!" Milo menarik tanganku dan berlari kencang. Kalau tiba-tiba aku kesandung gimana?

Milo melepaskan pegangannya pada tanganku. Aku sendiri sedang berusaha mengatur napasku yang tersengal-sengal.

MilovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang