...
[20- Chocolate Milk]
Setelah berganti baju, aku kembali duduk di hadapan Milo yang sedang menungguku.
"Bab apa aja sih?" tanyaku kepada Milo yang duduk di ruang belajarku.
"Yang pengaruh kehidupan manusia itu," jawabnya sambil membuka-buka buku paketnya.
Aku juga melakukan hal yang sama.
"Ini?" aku menunjukkan bab yang dimaksud Milo.
Milo mengangguk.
"Bacain dong," katanya sambil cengengsan.
Aku mendengus tapi tetap membacakannya.
Karena kemarin sudah refreshing, jadi sekarang waktunya untuk belajar.
Kami memang sepakat belajar bersama untuk ulangan harian besok.
Dan sejak sore tadi, Milo sudah sampai di rumahku.
Aku mulai membaca judulnya, "Keadaan alam lingkungan kehidupan manusia."
Milo mendengarkan dengan serius.
"Dalam kehidupan menetap, manusia sudah dapat menghasilkan sendiri kebutuhan-kebutuhan hidupnya, walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian, dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan—"
Aku mendengus dan mendorong wajah Milo menjauh.
Bukannya menyimak, Milo malah menatap wajahku sambil senyum-senyum.
Kalau pipiku merah kan malu!
"Gantian lo yang baca, capek gue."
Milo gantian membaca bukunya dan aku menyimak.
"Kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kehidupan pada masa manusia telah mengenal logam dikenal sebagai masa perundagian. Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena..."
"Stop, stop!" potongku.
Milo menatapku bingung. "Kenapa sih?"
"Lo bacanya kaya orang mabok. Gue mana tau lo ngomong apaan!"
Milo tertawa. "Abisan males."
มล
Aku meletakkan tasku lalu segera duduk dan membaca novel. Hari ini aku berangkat sendiri, karena si susu milo itu katanya ada urusan dulu.
Dan ternyata dia sudah sampai di sekolah. Atau tasnya duluan yang sampai?
Kemana yang punya?
Tak lama aku mengambil beberapa buku dan meletakkannya di laci meja. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal.
Aku menunduk untuk melihatnya.
Susu?
Aku menatap susu milo itu dengan bingung.
Semangat belajarnya, Love...
"Cieee, dari siapa tuh?" goda Marsha yang tiba-tiba sudah ada di sebelahku.
"Nggak tau," jawabku seadanya.
"Milo kali," celetuk Marsha sambil meletakkan tasnya.
"Iya kali..."
Aku melipat kertasnya dan memasukkannya ke tas beserta susu kotaknya.
"Tapi kemana orangnya?" tanya Marsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...