...
[44- Hurt]
Radmilo : Gue udah di depan.
Lovanka : Oke. Tunggu bentar.
Aku memasukkan ponselku ke dalam tas lalu keluar dari kamar dan menemui Milo yang sudah menunggu di depan.
Milo membukakan pintu untukku lalu berjalan memutari mobil dan masuk ke bagian pengemudi.
"Seatbelt lo," ucap Milo.
Aku mengangguk dan segera memasang seatbelt.
Setelah aku selesai memasang seatbelt, Milo segera menjalankan mobilnya membelah jalan raya.
Aku mengamati Milo yang sedang mengemudi.
Sekarang aku sadar, aku semakin suka sama dia, semakin sayang, semakin cinta, dan aku semakin takut kehilangan dia.
"Lo kenapa ngelihatin gue gitu? Ada yang salah? Ada kutu di rambut gue?"
Aku tertawa pelan. "Enggak ada apa-apa, kok."
"Oke," jawab Milo sambil tertawa pelan.
มล
"Eh, Lov. Lo tau nggak—"
"Enggak," jawabku cepat lalu menyedot green tea latte milikku.
Milo mendengus. "Gue kan belum selesai ngomong."
"Iya, iya. Apaan?"
Milo mengulum senyumnya. "Lo tahu bedanya bom sama lo?"
"Kalo persamaannya gue tahu. Sama-sama suka meledak," jawabku asal.
Milo terkekeh. "Gue nanya bedanya nih."
"Ya jelas beda. Bom itu barang mati, gue hidup."
Milo mengembuskan napas kesal.
"Oke, oke. Gue tahu lo mau ngegombalin gue. Apaan bedanya?" tanyaku.
"Kalo bom meledaknya di tempat-tempat tertentu. Kalo lo cuma meledak di hati gue," jawabnya sambil menaik-turunkan alisnya.
Aku tertawa. "Receh banget lo."
"Hehehe..."
Aku tersenyum. "Jangan ngasih harapan kalau lo nggak tahu rasanya dipermainkan."
Milo mengernyit. "Maksud lo gimana?"
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa, gue asal ngomong doang. Tadi gue baru baca quote itu di instagram," alibiku.
"Pasti ada apa-apa kan?"
Lagi-lagi aku menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Gue lagi banyak masalah aja," ucapku.
Milo menatapku. "Kalo ada masalah, kenapa nggak cerita ke gue?"
Masalahnya aja sama lo, Milo. Gimana gue mau cerita?
Rasanya aku ingin berkata seperti itu.
"Ini masalah pribadi gue kok," jawabku.
"Lo kan bisa berbagi masalah ke gue. nggak akan ada masalah yang bisa selesai kalo lo-nya sendiri diem aja."
"Nggak semua masalah harus dibagi ke orang lain. Gue juga butuh privasi, Mil..."
"Oke."
Tak tahu kenapa, tapi aku tidak bisa membencinya.
มล
Pandanganku beralih ke meja pojok.
"Iya. Kemaren kan gue lihat om-om cucok, nah terus dia pake baju pink ... udah gitu, ada brewoknya. Tapi ya geli gitu kan lihatnya? Nah sekarang pertanyaannya, siapa yang hamilin kucing tetangga gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...