...
[16- Are U Really?]
Aku mendengus kesal sambil mengambil keripik di meja.
"Ah, ini mah abis ini pasti kenalan, terus deket, makin deket dan jadian. Bosen..." Aku mengganti acara televisi yang baru saja kutonton tapi aku sudah dapat menebak jalan ceritanya.
"Sekali-kali bikin yang anti mainstream, kek," gerutuku sambil melahap banyak keripik dari toples.
"Apa sih ngomel-ngomel?"
Aku nyengir. "Eh, Papa..."
"Kenapa nih?" tanya Papa.
"Itu, filmnya udah bisa ketebak banget. Dari pertemuan yang nggak terduga, terus deket dan makin deket, abis itu pasti jadian. Udah bisa ketebak banget itu filmnya..." cerocosku.
Papa terkekeh. "Kamu udah bisa nebak begitu, tapi kamu sendiri nggak jadian-jadian ya?"
Aku merengek kesal. "Kok jadi aku sih, kan aku nggak main film, Pa."
"Ya kamu nebak-nebak gitu, terus kamunya kapan?"
"Tunggu si Milo nembak lahhh..." sahut Mama tiba-tiba.
"Ih, Mama apaan coba!" aku menutupi wajahku dengan bantal.
"Milo siapa? Susu coklat?" tanya Papa.
"Gebetannya si Lova tuh."
Papa terkekeh.
"Lah kamu sama si Milo itu kaya film itu nggak?"
"Ya enggak lah," sahutku, "Milo tuh ya, nyebelin, jail, player. Pokoknya ngeselin deh!"
Mama dan Papa terkekeh.
"Kamu juga mainstream. Awalnya benci-benci, pasti akhirnya jadi cinta kan? Terus ntar kalian pacaran," celetuk Mama.
"Mama sok tahu deh..."
"Mulut sih bilang nggak mau, tapi hati siapa yang tahu? Mama sih maklum, namanya juga remaja. Malu-malu tapi mau."
Aku mendengus kesal, "Ya lord, gue di bully disini!"
Papa terkekeh sambil geleng-geleng kepala.
มล
Marsha memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, "Ayo ke kantin, Lov."
Aku menggeleng.
"Gue udah sarapan tadi, lo duluan aja deh. Gue mau ke perpus."
Marsha mengangguk dan berjalan meninggalkan kelas.
Aku berdiri, merapikan seragamku lalu segera melangkah menuju perpustakaan.
Perpustakaan disini sepi, hanya ada beberapa siswi yang sedang membaca buku. Sekarang semakin sedikit anak yang mau berkunjung ke perpustakaan. Mereka berkunjung ke perpustakaan hanya jika ada tugas dari guru atau menumpang nonton.
Setelah mencari-cari, aku mengambil buku sastra. Dari celahnya aku bisa melihat seseorang yang tak asing lagi.
Mataku menyipit memperhatikannya.
"Milo ngapain ke perpus? Rajin juga dia..." gumamku lalu segera duduk.
"Lova..."
Aku menoleh, terpaksa aku menutup buku sastra yang baru kubaca tiga halaman.
"Hm?"
"Lov..."
"Apa?"
"Ehmmm, Lov..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...