...
[21- I'm Okay]
Aku mendengus, berita-berita yang baru dipasang di mading sekolah minggu ini sama sekali tidak penting.
Aku berbalik, berniat untuk pergi ke kelas.
Bruk!
"Aduuh!" aku meringis sembari mengusap pantatku yang baru saja mencium lantai.
"Eh! Maaf, maaf."
Orang yang menabrakku sepertinya kaget.
Tapi aku jauh lebih kaget!
"Lo nggak apa-apa kan?"
Aku tidak peduli pertanyaannya, karena sekarang rasanya seperti mimpi. "Val ... dy?"
Cowok itu mengernyit bingung. "Valdy?"
"Kok lo disini?" tanyaku.
"Ya disinilah, gue kan murid sini."
Aku tambah bingung. Sejak kapan Valdy sekolah disini juga?
Aku menggaruk kepalaku bingung. "Tapi kan..."
Cowok itu menatapku bingung. "Lo anak baru?"
"Nggak baru-baru banget sih. Gue udah sekitar dua bulan sekolah disini."
Tapi kenapa Valdy nggak kenal aku ya?
Masa iya Valdy lupa sama aku?
"Gue Edgar," katanya sambil tersenyum padaku. "kalo lo siapa?"
"Lova."
Tuh kan! Ternyata dia memang bukan Valdy, pantesan dia nggak kenal sama aku!
"Lo anak kelas berapa?" tanya Edgar.
Aku berjalan bersisian dengan Edgar. "Sepuluh satu. Lo?"
"Sepuluh dua. Ternyata kelas kita sebelahan," tukasnya sambil tertawa pelan.
Aku hanya tersenyum.
"Gue duluan ya," kata Edgar saat dia sudah di depan kelas.
"Oke..."
มล
Aku menarik kursi di depanku lalu duduk dan mulai membaca buku mitologi Yunani yang baru aku pinjam.
Baru membaca beberapa lembar, aku mendengar bisik-bisik dari rak buku fiksi.
Aku menoleh ke belakang, sepertinya ada yang sedang mengobrol di rak bagian fiksi.
Perpustakaan kok malah dibuat tempat ngobrol.
Aku kembali melanjutkan bacaanku.
"Tapi gue kan nggak mungkin suruh Lova pulang sendiri..."
Samar-samar aku kembali mendengar obrolan siswa di rak fiksi tadi. Tapi kenapa namaku disebut-sebut?
"Bilang aja ke Lova kalo ini tuh urusan penting," timpal suara lain.
Aku mengernyit. Sepertinya aku kenal suaranya.
Dua kali namaku disebut, bagaimana aku tidak penasaran?
Pelan-pelan aku berjalan ke dekat rak fiksi dan mengintip dari celahnya.
Ternyata sepasang manusia memang sedang mengobrol. Satunya bersandar di tembok dan satunya lagi membelakangi aku.
Tapi sepertinya aku kenal orang yang membelakangiku.
"Ya udah, nanti gue coba."
Amel, yang berdiri membelakangiku mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan keluar dari perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...