45. Regret

5.8K 487 9
                                    

...

[45- Regret]

Aku berdiri di balik kaca sambil menatap Milo yang sedang duduk di samping ranjang Om Andi.

"Pa, maafin Milo. Kenapa Papa nggak pernah cerita sama Milo? Kenapa Papa nggak cerita tentang penyakit Papa?" Milo menyeka air matanya.

"Papa bangun, Pa. Milo mau Papa bangun. Milo mau cerita banyak sama Papa, tapi Papa bangun!" Milo mengguncang pelan tubuh Om Andi.

Milo menggenggam tangan Om Andi. "Asal Papa tahu, Milo benci sama Papa karena Milo nggak suka Papa nikah lagi sama Tante Kanya. Milo mau keluarga kita bahagia seperti waktu Milo masih kecil. Milo mau kita sama-sama lagi ... Papa, Mama dan Milo..."

Aku ikut menyeka air mataku. Aku juga tahu rasanya jadi Milo.

"Milo minta maaf, selama ini Milo selalu kurang ajar sama Papa, Milo selalu bantah omongan Papa, Milo nggak mau dengerin omongan Papa ... maafin Milo. Kenapa Tuhan kasih penyakit ini ke Papa? Kenapa nggak ke Milo aja? Milo nggak mau Papa sakit ... biar Milo yang sakit. Buka mata Papa, Milo mohon..."

Air mataku kembali turun melihat interaksi Milo dengan Papanya.

"Papa marah sama Milo? Papa nggak mau maafin Milo? Kenapa Papa nggak mau buka mata Papa?"

Aku mendorong pintu dan berdiri di samping Milo.

"Udahlah, Papa lo pasti bangun ... lo harus percaya kalau Papa lo pasti bisa sembuh."

"Gue merasa jahat banget sama Papa, Lov. Gue nyesel banget ... apa Papa mau maafin gue?" tanya Milo.

Aku mengangguk sambil mengusap air mataku. "Pasti..."

"Mil..." panggilku.

Milo menatapku.

"Pulang yuk, ini udah malem. Lo istirahat dulu. Besok kita kesini lagi."

Milo menggeleng. "Gue bakal jagain Papa. Gue mau guelah orang pertama yang di lihat Papa saat beliau bangun."

Aku kembali menyeka air mataku. "Lo nggak boleh maksain diri lo. Lo harus istirahat. Papa lo juga pasti nggak suka kalau lihat lo maksain diri lo sendiri."

Milo mengangguk.

"Milo pulang dulu ya, Pa. Besok Milo bakal kesini lagi. Milo sayang Papa..."

"Papa udah sadar, Tan?" tanya Milo.

Tante Kanya menggeleng.

Aku dan Milo kembali memakai baju khusus pembesuk.

"Papa buka mata Papa dong. Milo ada disini, katanya Papa kangen banget sama Milo? Kenapa Papa malah nggak mau lihat Milo?"

Milo mengacak rambutnya. "Emangnya Papa nggak mau ngobrol sama Milo?"

"Milo ... sabar..."

Milo menatapku dan mengangguk.

"Mi ... lo..."

Aku dan Milo sama-sama menoleh ke Om Andi.

"Papa ... Maafin Milo, Pa. Milo banyak salah ke Papa. Papa mau maafin Milo 'kan?"

Om Andi mengangguk pelan.

Aku berjalan keluar dan memberitahu Tante Kanya.

"Papa harus janji sama Milo, Papa bakalan sembuh, oke?"

Lagi-lagi Om Andi mengangguk pelan.

"Papa juga minta maaf, Milo. Papa sudah menyakiti kamu dan Mama..." ucap Om Andi lirih.

MilovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang