...
[32- Again]
"Lo ... harusss ... putusin Milo gue!"
"Gue ... nggak akan ngelakuin itu! Arghh!" Aku terus menarik rambutnya.
"Lo harus lakuin itu ... atau ... atau hidup lo bakalan sengsara!"
Aku menarik tangannya agar menjauh dari rambutku, tapi tenaganya terlalu kuat. Sepertinya Natta sedang kesetanan.
"BERHENTI!"
Natta langsung melepaskan tangannya dari rambutku lalu merapikan rambut dan seragamnya.
Aku memegangi kepalaku yang perih, rasanya kulit kepalaku seperti terbakar.
"Kalian berdua ke ruangan saya, sekarang!" Pak Arya menatapku dan Natta bergantian.
"Ini semua gara-gara lo!" desis Natta jengkel.
Aku terbelalak. "Yang cari gara-gara duluan kan lo."
มล
"Dia duluan, Pak!" Natta menunjukku.
"Bohong, Pak. Dia tuh bully saya. Harusnya sebagai senior kan mencontohkan yang baik kepada adik-adiknya," gumamku.
Pak Arya menatapku dan mengangguk pelan. "Benar kata ... siapa nama kamu?"
"Lovanka, Pak."
"Ya, benar itu kata Lovanka. Kamu itu sebagai senior harusnya mencontohkan yang baik, bukan malah jambak-jambakan."
Aku tersenyum miring.
"Dan sebagai hukumannya ... Natta kamu bersihkan lapangan basket dan lapangan upacara. Dan kamu Lova, kamu bersihkan koridor kelas sepuluh!"
Aku membulatkan mulutku. Kirain Pak Arya memujiku tadi artinya aku nggak akan dihukum, eh ternyata sama aja!
"Sepulang sekolah, kalau kalian ketahuan kabur, siap-siap besok saya beri hukuman yang lebih dari ini!"
"Siap, Pak," jawabku dan Natta bersamaan.
มล
"Ayo, Lov."
Aku menoleh. "Oh, lo duluan aja, Mil."
"Kenapa?"
"Gue ... dihukum sama Pak Arya," jawabku dengan suara lirih di akhir kalimat.
Milo menatapku tajam. "Kok bisa?"
"Gue berantem sama Natta," gumamku sambil menautkan jariku.
Milo mengernyit.
"Ya udah, gue bantuin yuk!"
Aku mengangguk dan berjalan mendahului Milo menuju koridor.
"Natta nggak dihukum?" tanya Milo sambil mengambil sapu.
"Dihukum juga, tapi dia bersihin lapangan basket sama lapangan upacara."
Milo hanya menanggapinya dengan 'oh'. Lalu aku dan Milo berjalan menuju koridor kelas sepuluh dan mulai membersihkan.
Milo yang menyapu lalu aku yang mengepel lantainya.
"Emang Natta bilang apa sama lo, kok sampe berantem?"
"Bukan apa-apa kok," jawabku sembari menyemprotkan pembersih lantai lalu menyeka keringatku.
"Eh, bentar ya, Lov."

KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Dla nastolatków"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...