...
[40- Gue Harus Bisa!]
Milo menghentikan motornya di depan tenda yang menjual jagung bakar.
"Yuk, turun."
Aku menurutinya.
Milo mengajakku duduk lalu memesan dua jagung bakar.
Setelah lima menit saling diam, Milo akhirnya menyerahkan jagung bakar yang masih mengeluarkan asap kepadaku.
"Makasih."
Milo mengangguk. "Sama-sama. Maaf gue bikin lo takut."
Aku tersenyum lalu menggeleng.
"Nggak mau maafin?"
"Mau kok."
"Pacar yang baik," gumam Milo lalu mengacak rambutku.
Aku merapikan rambutku dan mulai menggigiti jagung bakar.
Milo menatapku lalu ikut menggigiti jagung miliknya.
Aku meniup jagung bakarku sambil sesekali menggosok lenganku untuk menghangatkan badan.
Aku terbelalak saat Milo menarikku ke dalam pelukannya. Beberapa saat aku menahan napasku.
"Mil, lo ngapain?" tanyaku pelan di dalam pelukannya.
"Lo kedinginan kan? Jadi gue peluk biar anget."
Aku tertawa pelan. "Modus lo."
Milo juga tertawa tapi tetap memelukku erat.
มล
"Nih, lo pake jaket gue biar nggak dingin." Milo menyerahkan jaket hitamnya padaku.
Aku mengambilnya. "Lo nggak kedinginan?"
Milo menggeleng. "Nanti kalo gue kedinginan, lo peluk gue aja biar gue nggak kedinginan lagi."
"Itu sih enak di lo-nya!" protesku sambil memakai jaketnya yang kebesaran di tubuhku.
Milo nyengir.
"Mil..." panggilku saat motor Milo sudah berjalan lumayan jauh dari tempat jagung bakar.
"Ya?"
"Ah, enggak jadi. Gue cuma manggil."
Aku menggigiti bibirku.
"Mil?"
"Iya?"
"Hehehe, nggak apa-apa kok."
Milo tertawa. "Lo kalo mau ngomong, ngomong aja nggak apa-apa kok."
"Enggak kok..."
Sebenarnya aku mau bertanya tentang Bianca.
Tapi lebih baik tidak...
"Jadi lo manggil-manggil gue karena apa? Kangen denger suara gue?"
"Ih ge-er banget!" Aku melihat ke spion dan mendapati Milo tertawa ke arahku.
Aku buru-buru memalingkan wajahku ke segala arah, yang penting tidak ke arah Milo.
"Tuh kan, lo lihat-lihat lewat spion. Lo kangen sama gue? Padahal baru aja kita pelukan."
Aku memukul punggungnya keras.
"Aduh! Galak banget sih ah."
"Tinggal bilang kangen aja susah banget."
"Lo tuh, ge-ernya dikurangin dikit bisa kan?"
Milo menggeleng. "Nggak bisa. Karena dari sananya gue emang begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...