42. Awal dari Semuanya

6.2K 469 47
                                        

...

[42- Awal dari Semuanya]

"AAAA MILO BALIKIN SEPATU GUE!" Amel berlari mengejar Milo hanya dengan sebelah sepatu, karena yang sebelahnya dibawa kabur Milo.

Aku tertawa pelan.

"Pacar lo tuh, adaaa aja tingkahnya," gumam Marsha.

Aku hanya menganggapinya dengan tawa.

"Milo balikin sepatu gue! atau gue laporin ke Bu Dwi kalo lo itu sering gak ada di kelas karena bolos, bukan sakit?" ancamnya.

Milo menjulurkan lidahnya lalu mengangkat sepatu Amel tinggi-tinggi.

"MILO! LO NYEBELIN BANGEEETT!" Amel berusaha menggapai sepatunya.

Tingginya terlalu jauh dengan Milo.

"Ndra, tangkep!" Milo berteriak dan segera melemparkan sepatu milik Amel pada Indra.

"Lova, pacar lo tuh!" Amel mengadu padaku.

"Sabar ya, dia emang suka gitu. Minta aja baik-baik. Jangan teriak gitu, kali aja dibalikin. Stay cool," ucapku.

Amel mengangguk dan menghampiri Indra. "Indra ... sepatu gue dong," ucapnya sambil mengedip beberapa kali.

Indra melemparkan sepatu itu pada Milo.

"Gue di godain. Lo aja deh yang simpen sepatunya!" teriak Indra.

Milo tertawa lalu berlari keluar kelas dan diikuti Amel di belakangnya.

"Lova ... tolongin dong. Sepatu gue..."

Aku menatap Amel. "Sepatu lo dikemanain?"

"Dikasih ke kelas sepuluh dua," rengeknya.

Marsha geleng-geleng melihat kelakuan Milo.

"Bantuin gue..." Amel menarik tanganku.

Aku berdiri dan berjalan keluar kelas.

"Kesini?" tanyaku pada Amel.

Amel mengangguk. "Tadi Milo kasihin ke dalem. Terus sekarang dia nggak tahu ada dimana."

Aku mengintip ke dalam kelas. Sekarang memang jam kosong karena guru-guru mengadakan rapat untuk ujian kenaikan kelas.

"Lova? Ini sepatu lo?" tanya seseorang.

"Eh, bukan ... itu sepatu temen gue."

Edgar menyerahkan sepatu di tangannya pada Amel.

"Makasih, Lov." Setelah itu, Amel kembali ke kelas.

Aku mengangguk. "Makasih, Gar. Lo lihat Milo?"

"Kenapa? Gue disini."

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Milo bersandar pada tembok.

"Lo kenal sama dia?" tanya Milo pada Edgar.

Edgar mengangguk. "Kenapa, bro?"

"Nggak apa-apa sih. Ya udah, balik kelas yuk, yang?"

Mataku terbelalak mendengar panggilan dari Milo, ditambah lagi dia merangkulku dan mengajakku pergi.

Walaupun ini bukan pertama kalinya, tetap saja aku masih tidak biasa mendengar panggilan darinya.

"Duluan ya, Gar..." ucapku.

"Lov, gue punya tebak-tebakan nih."

Aku berdecak. "Nanti aja deh ... gue mau selesaiin satu nomor lagi."

MilovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang