...
[50- Putus?]
Aku berjalan ke kantin bersama Marsha di samping kiri dan Edgar di samping kanan.
Tadi saat bel istirahat, aku sengaja ke kelas Edgar dan mengajaknya ke kantin bersama, agar Milo tidak mendekat.
Aku mau Milo menjauh dulu dariku.
Ini yang terbaik.
Aku, Marsha dan Edgar memasuki kantin dan segera mencari tempat duduk.
"Gue pesen makan dulu ya. Kalian berdua mau pesen apa?" tanya Edgar.
"Samain aja sama lo," ucapku dan diangguki oleh Marsha.
"Oke, tunggu bentar ya?"
Aku dan Marsha mengangguk.
"Lo kenapa lagi sama Milo? Si Edgar itu temen lo?" tanya Marsha yang daritadi diam.
"Gue lagi ngejauhin Milo, soalnya beberapa hari lalu Bianca ngancam gue."
Marsha membelalak. "Ngancam apa? Kenapa lo nggak cerita sama gue sih?" tanyanya khawatir.
"Dia ngancam, kalau gue nggaj jauhin Milo. Dia bakal bikin keluarga gue berantakan. Sebenernya gue bisa tunjukin surat sama rekamannya ke Mama dan Mama nggak bakal percaya, gampang banget. Kayaknya Bianca itu belum profesional jadi orang jahat. Dia masih bego. Harusnya dia nggak kasih surat, apalagi rekaman. Itu kan sama aja barang bukti," ucapku panjang lebar.
"Terus, kalo emang gitu, kenapa lo jauhin Milo?"
Aku menghela napas. "Kayaknya emang itu yang terbaik, Sha. Nanti bakal ada saatnya gue bakal putusin Milo, dan gue mau disaat itu gue udah nggak terlalu sayang sama dia. Karena ninggalin orang pas lagi sayang-sayangnya itu sakit," ucapku, "ah apaan sih, korban sinetron banget gue," lanjutku sambil tertawa.
Marsha ikut tertawa.
มล
"Gue denger-denger sih, Milo udah putus sama Lova."
"Ck ... ya iyalah, lagian gue kan udah pernah bilang, Milo itu nggak pernah serius sama yang dijalaninya."
Aku menyalakan keran sambil berusaha sabar mendengarkan ocehan dua siswi di ruang ganti.
"Ups..."
Aku berbalik badan dan menatap dua siswi yang tidak ku kenal. Muka mereka memerah karena tertangkap basah sedang menggosipkan aku.
Tapi mereka mengenalku.
Wow.
"Lova, emang bener lo udah putus?"
Aku melirik badge salah satu siswi itu. Masih kelas sepuluh, sama denganku.
"Putus?" ulangku.
Salah satu siswi itu mengangguk.
"Kata siapa?" tanyaku sambil melanjutkan cuci tanganku yang tertunda.
"Kak Bianca," jawab salah satunya.
Aku menatap mereka dari kaca. "Oh..."
"Emang bener ya?"
Aku mematikan keran dan meninggalkan dua siswi yang menatapku dengan penasaran.
Emang enak penasaran ... makanya nggak usah kepo sama urusan orang!
มล
Radmilo : Lov.
Radmilo : Kenapa lo ke kantin bareng Edgar?
Radmilo : Lo udah lupa sama gue?
Radmilo : Jangan di baca aja dong.
Radmilo : Gue butuh kepastian.
Radmilo : Emang kita udah putus?"Takut banget putus? Takut nggak dapet perjanjiannya ya?" gumamku sinis.
"Gue juga butuh kepastian kali. Sebenernya lo suka sama gue atau enggak," gumamku lagi.
Aku mematikan ponselku tanpa berniat membaca pesan-pesan yang baru Milo kirimkan lagi.
Memangnya aku peduli?
"Lova, ayo makan!"
Aku mengerjap. "Iya, Ma!"
มล
"Lov, ke kantin yuk?"
Aku menatapnya sekilas lalu menggeleng pelan. "Lo sama Indra aja, gue mager."
Milo menghela napas. "Gue salah apa sih sama lo?"
Aku mengangkat bahuku acuh.
Pandangan Milo beralih ke Marsha. "Lo tahu nggak gue salah apa sama Lova?"
Marsha juga mengangkat bahunya tanda tak tahu.
Milo mengacak rambutnya frustrasi lalu menatapku sedih. "Kalo gue punya salah sama lo, maafin gue. Tapi gue nggak suka di cuekin gini, rasanya nggak enak, Lov."
Nggak enak? Dia kira jadi aku enak? Aku cuma dijadikan sesuatu yang sifatnya sesaat, menurutnya enak?
Aku mengernyit. "Perasaan lo aja kali, gue cuekin lo kok," Gue sebenernya juga nggak mau kali cuekin lo... lanjutku dalam hati.
"Lo ke kantin aja sana. Gue nggak laper."
Akhirnya Milo mengalah dan berjalan ke luar kelas dengan langkah gontai.
มล
Aku membereskan buku lalu keluar dari kelas bersama Marsha.
"Lova!"
Aku berhenti berjalan karena Milo menahan tanganku erat. Tanganku yang satu menahan Marsha agar tidak pergi.
"Lo pulang sama gue..." katanya.
"Gue mau pulang sama Marsha."
"Marsha lo bisa pulang sendiri 'kan? Gue mau ngomong sama Lova."
Marsha menatapku bingung.
Aku menggeleng dengan muka memelas.
"Gue harus pulang sama Lova, Mil..." gumamnya.
"Oke. Tapi kasih gue waktu sebentar, gue mau ngomong sama lo, bentar aja..." ucapnya.
Aku mengangguk. "Ini kan udah ngomong."
"Nggak disini, Lov."
"Kenapa nggak bisa disini aja? Gue mau pulang, gue ada janji sama Mama."
"Please, Lov. Sekali aja..." katanya dengan puppy eyes-nya.
Aku menghela napas berat. "Mil..."
Milo mengangguk.
"Gue boleh minta sesuatu?" tanyaku.
Milo mengangguk. "Boleh..."
Aku kembali menghela napas. "Gue minta..."
...
a/n: Mulai minggu ini updatenya Senin sama Kamis ya:)
Satu lagi, masih open rp kalo ada yg berminat:) )31 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...