...
[43- Uncovered]
Aku meletakkan ponsel milik Milo di meja.
Chat Milo dengan Indra selalu terputar dengan jelas di otakku.
Dua kalimat yang membuatku merasa sangat di sia-siakan.
Aku memijat pelipisku yang berdenyut. Air mataku kembali menetes.
"Buat apa lo deketin gue kalo cuma untuk kepentingan lo sendiri, Milo?" gumamku.
Satu lagi pesan yang terbayang di otakku. Sekarang aku tahu, kenapa Milo marah waktu aku datang ke rumahnya. Sekarang aku tahu semuanya.
Aku diam sejenak mengingat sesuatu.
"Pantes dia nggak ngebolehin gue pinjem hp-nya waktu itu. ternyata ada chat rahasia," gumamku dengan suara parau.
Aku berusaha mengapus jejak itu dari pipiku. Tetapi air mataku malah bertambah deras.
Tok ... tok ... tok...
Aku cepat-cepat menghapus air mataku dan menarik napas dalam-dalam.
Setelah itu, aku membukakan pintu.
Mataku kembali memanas.
"Hai, Lov. Tadi waktu gue di jalan, gue sadar kalo hp gue ketinggalan," katanya sambil menunjukkan cengiran khasnya.
"Iya, ini hp lo." Aku menyerahkan ponselnya.
Aku menengadahkan kepalaku agar air mataku tidak tumpah.
"Thanks ya. Lo nggak buka-buka hp gue kan?"
Aku berusaha tertawa pelan. "Enggak kok. Lo pulang ya, udah malem. Gue mau tidur, lo juga tidur ya."
"Oke. Good night."
Aku hanya tersenyum lalu cepat-cepat menutup pintu.
Aku bersandar pada pintu, perlahan tubuhku luruh dan kembali menangis.
Sekarang yang aku takutkan benar-benar terjadi, hatiku benar-benar jatuh ke orang yang salah.
มล
"Lova! Ayo bangun. Kamu mau sekolah apa nggak?!"
Aku menarik selimutku sampai menutupi seluruh tubuhku. "Masih ngantuk, Ma..."
Mama menarik selimutku.
"Ah, Mama. Lova males ke sekolah ah. Nggak enak badan."
Mama mengguncang badanku. "Kaya anak SD aja lo ah. Cepetan bangun! Nggak ada alasan!"
Aku membuka mataku malas.
Rasanya aku tidak ingin pergi ke sekolah, tidak ingin bertemu Milo.
"Lah malah ngelamun. Cepetan! Udah setengah tujuh ini!"
Mataku melebar sempurna. Aku cepat-cepat mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
"Setengah tujuh kurang satu jam maksudnya!" teriak mama dari luar.
Aku mendengus sebal lalu menyalakan shower dan mulai mengguyur tubuhku. Berharap semua masalahku bisa ikut mengalir bersama air.
มล
Aku keluar dari kamar dan menghampiri mama dan papa yang sedang sarapan.
"Ma, Pa, Lova langsung berangkat ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milova
Teen Fiction"Biasanya tuh nggak begini. Biasanya lancar jaya, lah ini kok jadi deg-degan begini ya..." Milo mengacak-acak rambutnya dengan kasar. "Lo ngomong apaan sih? Gue nggak ngerti. Jangan bertele-tele deh," tukasku kesal "Gue tuh mau nembak lo, tahu!" tuk...