Part 8

2.4K 90 0
                                    

"Sini masuk Ra" ajak Zahra pada Tara sembari membuka sepatu dan kaos kakinya.

"Kok sepi Ra?"

"Mama jam segini lagi ada di butik, Papa gua pulang malem. Cuman ada Bi Sahmi disini kalau siang. Makannya lo sering-sering aja maen ke sini" jelas Zahra. "Ke atas yuk, kamar gua" lanjutnya sembari menaiki tangga dan di ikuti oleh Tara.

"Udah pulang non?" Langkah Zahra dan Tara terhenti dan menoleh ke sumber suara, Bi Sahmi. Sudah lama Bi Sahmi berkerja disini, hampir 16 tahun lamanya. Oleh karena itu, Zahra sudah menganggap Bi Sahmi orang tuanya sendiri.

"Udah bi"

"Mau minum apa itu temennya?"

"Es jeruk aja bi dua" seru Zahra.

"Oke, ntar Bibi anterin ke kamar ya"

"Nggak usah Bi, di meja makan aja sekalian makan siang" ucap Zahra menampilkan senyumnya.

"Oke" ucap Bi Sahmi seraya berjalan menuju dapur kembali.

Entah apa yang ada di otaknya ini. Tara sedang berbaring di atas ranjang Zahra. Tatapannya kosong menatap lurus ke atas. Pikirannya penuh tentang Ranno. Cowok itu selalu membuatnya terbang ke awan. Jantungnya selalu berdegub dua kali lipat lebih kencang saat bersama Ranno. Selalu salah tingkah bila di tatap Ranno. Perasaan apa ini?

Ini kali pertama jantungnya berdegub kencang saat ia bertatapan dengan seorang cowok. Ini juga kali pertama Tara dekat dengan seorang cowok. Sewaktu SMP ia memiliki banyak teman cowok tetapi, Tara tak pernah merasakan hal yang jantungnya berdegub kencang saat bersama teman cowoknya. Tara juga pernah di tembak beberapa kali oleh teman satu sekolahnya. Semuanya ia tolak. Tara masih ingin fokus sekolah, ia juga tidak ingin otaknya terkontaminasi dengan hal-hal yang berbau pacaran. Lagi pula orang tua Tara melarang untuk tidak berpacaran.

Tapi entah kenapa di saat Ranno mengantarnya pulang, Bundanya malah mendukung anak semata wayangnya ini berpacaran dengan Ranno. Ada apa dengan Bundanya? Padahal sewaktu SMP ia selalu di wanti-wanti dalam hal berpacaran. Berdekatan dengan cowok saja di marahi.

"Woy mikirin apaan lo" tanya Zahra membuat kesadaran Tara kembali sepenuhnya.

"Pake nih, pasti gerah pake seragam terus" lanjutnya memberi baju kaos berwarna putih polos pada Tara.

"Thanks" ucap Tara sembari berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti bajunya.

"Lo utang cerita sama gua tentang Ranno"

"Iyaaaaa" ucap Tara di dalam kamar mandi sedikit berteriak.

Tara mengusap perutnya sembari meminum es jeruk yang ada di tangannya. "Kenyang banget"

Ternyata Bi Sahmi sudah memasak siang ini, mau tidak mau Tara makan siang di rumah Zahra. Lumayan lah, cukup untuk menghilangkan rasa lapar di perutnya. Namun, perut Tara terasa begah akibat menambah semur yang di masak oleh Bi Sahmi. Menurutnya, semur yang di masak oleh Bi Sahmi adalah semur terEnak yang pernah ia makan.

"Iyalah kenyang, lo kan nambah" ucap Zahra terkekeh. "Bener kan kata gua, semur Bi Sahmi terEnak sejagat RAYA" lanjutnya sembari berjalan menaiki tangga kembali menuju kamarnya dan di ikuti oleh Tara.

"Abis ini langsung ngerjain tugas kan?" Tanya Tara pada Zahra sembari menutup pintu kamar.

"Oh iya, lo harus cerita dulu sama gua yang lo pikirin tadi. Abis itu baru kita ngerjain tugasnya" ucap Zahra menagih utangnya.

Tara duduk di atas ranjang Zahra dan memutarkan tubuhnya hingga berhadapan dengan Zahra. Tara menghela nafas dan menariknya kembali. Tidak ada salahnya ia menceritakan tentang Ranno pada Zahra. Mungkin Zahra mengetahui perasaan apa yang ia rasakan di saat bersama Ranno.

"Gua selalu deg degan kalau lagi sama cowok, terus selalu salah tingkah kalau si cowok itu natap gua. Gua ini kenapa sih?" Tanyanya pada Zahra.

Zahra tersenyum mendengar penjelasan sekaligus pertanyaan dari Tara.
"Itu namanya lo lagi Jatuh Cinta"

"Jatuh cinta?" Ucap Tara bingung mengerutkan dahinya. "Kok lo tau?"

"Karna gua ngerasain hal yang sama di saat gua sama Dimas berduaan dan gua ngerasain hal yang sama juga di saat Dimas natap gua" jelas Zahra.

Tara mengerutkan kembali dahinya. "Masa gua jatuh cinta samaaa Raa....." ucapan Tara terhenti. Ia hampir keceplosan menyebutkan nama Ranno.

Zahra menyipitkan matanya. "Siapa hayoo siapa? Cieee Tara JATUH CINTA" ucap Zahra meninggikan nada suaranya.

"Sama Ki Rajak yaa? Gils gils maenannya sama kang sapu sekolah lo mah!" Zahara tertawa terbahak-bahak.

"Apaan sih"

"Kasih tau gua dong. Sumpah nggak bakal comel" ucap Zahra mengangkat kedua jarinya di depan wajah Tara.

"Ranno"

"WAH YANG BENER LO?! Keeereeen. Keliatan sih pas tadi di halte. Sosweet binggo. Lo berdua goals banget"  ucap Zahra menggoda Tara dan membuat pipi Tara merah seketika.

"Iya, tapi masa sih gua jatuh cinta sama Ranno?"

"Lo nggak usah heran gitu kali. Biasa aja. Lo tau kan istilah Cinta Itu Buta. Cinta itu nggak mandang jelek atau cakep, baik atau jahat, tua atau muda. Satu lagi yang perlu lo inget, cinta itu bisa muncul kapan aja, di mana aja dan sama siapa aja. Jadi, jangan heran kalau lo bisa jatuh cinta sama Ranno"

"......"

"Yaa walaupun kalian berdua berbeda banget dalam segi sifat maupun kelakuan. Cinta itu saling melengkapi. Bisa aja kan kalau lo pacaran sama Ranno, dia jadi nggak bandel lagi" Zahra berkata lagi.

"Udah ah, pacaran-pacaran mulu. Urusin aja tuh Dimas, kapan dia mau jadi pacar lo? Apa mau langsung nikah? Wkwk. Udah ah...
Ni tugas kapan di kerjainnya Ijah Nur Kokooooom. Di kumpulin besok boor" ucap Tara mengalihkan topik pembicaraan.

"Dasar kamu nak, mengalihkan topik pembicaraan. Terus nyela gua lagi!" ucap Zahra memukul lengan Tara pelan.

Zahra teman yang cocok untuk di jadikan tempat curhat. Mungkin itu fungsi di balik kebaperan seorang Azzahra Nur Maulida. Ralat Ijah Nur Kokom. Ia selalu bisa memberikan solusi. Walaupun, solusi yang ia beri tidak semua benar.

¤~¤

Waktu menunjukan pukul 4 sore. Tara baru sampai rumah setelah diantarkan pulang oleh Zahra menggunakan motor. Tara pun langsung menjatuhkan diri ke atas ranjangnya. Lumayan lelah hari ini baginya.

Tanpa sadar isi otak Tara terisi kembali tentang Ranno. Ia teringat ucapan Zahra. Apa benar gua Jatuh Cinta sama Ranno?
Ranno memang orang baik. Tanpa sadar Tara menemukan sisi lain dari Ranno. Ranno orang yang perhatian. Beberapa hari belakangan ini Ranno selalu mengirim pesan pada Tara. Menanyakan semua hal.

Udah makan?
Minum udah?
Tidur gih udah malem. Itu yang ia tanyakan pada Tara setiap malam.

"Masa gua jatuh cinta sama cowok sebandel Ranno sih? Kan ada kali cowo yang ganteng, dandanannya rapih di sekolah. Banyak malahan yang begitu" gumam Tara menanyakan pada dirinya sendiri.

"Jadi Cinta Pertama gua seorang Ranno Wijaya?" ucap Tara kemudian menutupi seluruh wajahnya dengan bantal.

Drrrt. Ponsel Tara bergetar.
Tara mencari-cari keberadaan ponselnya, yang padahal tidak jauh dari tubuhnya dengan wajah yang masih tertutupi bantal.

"Mana sih Hp gua!" kesal Tara dan melempar bantalnya ke sembarang arah. "Elah di sini ternyata" lanjutnya kemudian, menekan password ponselnya.

Tara menatap ponselnya. Terpampang nama Ranno di situ.

Ranno Wijaya
Lagi apa? Udh selesai ngerjain tugasnya?

Jantung Tara berdegub kencang.
Ini kan hanya sms? Tara menatap nanar ponselnya. Mulai muncul perasaan takut pada dirinya. Tara takut baper dan takut bahwa yang di katakan Zahra benar--Bahwa ia Jatuh Cinta pada Ranno


.
.
.
.

Votment yaa. Makasih...

Teman Spesial Senja [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang