Part 1

5.1K 162 3
                                    

Pantulan sinar matahari membuat seorang gadis remaja menggeliat dikasurnya, suara ketukan pintu kamar terdengar berkali-kali.

"Tara bangun, mandi cepet" ucap seseorang dibalik pintu.

"Iya iya bentar" ucap Tara yang masih duduk ditepi ranjang dan berusaha terlepas dari magnet kasurnya.

Pintu kamar terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang selalu disebut Bunda oleh Tara.

"Bunda tunggu di meja makan" ucapnya sambil mengusap lembut pipi Tara.

"Iya bun" ucap Tara sambil menutup pintunya kembali dan berjalan gontai ke kamar mandi.

Setelah semuanya lengkap, Tara menuruni anak tangga dan menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan bekal untuknya.

"Bunda Tara langsung berangkat aja ya, takut telat" ucap Tara tergesa-gesa menciumi punggung tangan Bundanya.

"Eh nggak sarapan dulu?" Ucap bundanya lembut.

"Ntar aja bun di kantin, Assalamualaikum" ucap dan pamit Tara pada bundanya.

"Eehh ini bekelnya" ucap bundanya sambil menarik anaknya ini.

"Oh iya lupa" ucap Tara sembari menampakan jejeran giginya. "Assalamualaikum" pamit Tara lagi.

"Walaikumsalam" ucap bundanya sembari menggelengkan kepala.

¤~¤

Angkot yang dinaiki Tara berhenti tepat disebrang sekolah barunya seminggu lalu yaitu SMA Nusantara. Setelah Tara turun dan membayar ongkosnya. Mata Tara terfokus kedepan sembari menyebrang jalan, mungkin setengah melamun ntah memikirkan apa.

"LANGSUNG AJA, SERAAANG!" Teriak seseorang dan disusuli teriakan ibu-ibu disampingnya yang berasil mengembalikan kesadaran Tara.

Tara kaget bukan main, melihat gerombolan anak SMA dengan membawa berbagai jenis senjata tajam berjalan kearahnya. Sontak membuat ia berteriak saat itu juga dan langsung membuat tubuhnya seperti batu tak bisa melakukan apapun selain diam.

"AAAAAAHHKK" jerit Tara sembari menutup telinganya karena mendengar suara teriakan ketakutan disekitarnya.

Tara pun sempat kaget disaat ia merasakan ada seseorang yang menarik tangannya. Ia pun bingung harus apa dan terpaksa mengikuti kemana ia akan dibawa. Melewati perkampungan dan berakhir di balik tembok rumah.

Dengan tubuh bergetar akibat ketakutan yang masih menyerang, Tara dengan penuh keberanian membuka matanya perlahan dan melihat seorang cowok dengan luka dipelipisnya.

"Aaaambb" teriak Tara yang tertahan karena cowok disampingnya ini membekapnya.

"Ssstt" lirih si cowok dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya.

Seperkian detik air mata Tara pun turun membasahi pipinya sembari menutup mulutnya dengan kedua tanganya.

"Huft... aman" ucap si cowok. "Hmm lho! lu jangan nangis" lanjut si cowok dengan suara baritonya ketika menyadari perempuan yang disebelahnya ini menangis.

"Gua anter ke sekolah atau mau pulang?" Tanya si cowo yang baru menyadari ternyata cewek disebelahnya ini satu sekolah dengannya.

Tara pun menenggakan kepalanya "Gua mau kesekolah" ucap Tara serak karena menangis.

"O-oke" singkat si cowok yang sedang terpaku pada apa yang ia lihat saat ini disebelahnya. Lucu batinnya.

Masih dengan keheningan diantara mereka berdua karena sedari tadi keduanya hanya sedang bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya mereka sampai di halaman parkir sekolah.

"Makasih" ucap Tara yang akhirnya memecahkan keheningan.

"Iya sama-sama" ucap si cowok sembari menunjukan senyum termanisnya dan menatap punggung Tara menjauh.

Drrrt..
Sicowok pun menatap ponselnya.

From: Reza

Gua ada di warung ceceu

Dengan pikiran yang masih terngiang-ngiang tentang apa yang terjadi tadi dan bertanya-tanya kenapa ia memikirkan cewek itu terus. Cowok yang bernama Ranno Wijaya itu pun langsung berjalan ke tempat temannya berada.

¤~¤

Saat memasuki kelasnya, Tara disambut tatapan heran dari teman dan gurunya.

"Dari mana saja kamu, jam segini baru dateng" bentak Bu Sukma selaku guru Bahasa Indonesia.

"Ma.. maaf bu, tadi saya kejebak di tengah-tengah tawuran" ucap Tara dengan sangat hati-hati.

"Hah!? yang bener kamu, tapi kamu tidak apa apa kan?" Prihatin Bu Sukma yang sedang berdiri dihadapan Tara.

"Nggak papa bu, tadi saya sempat lari ke perkampungan makannya saya telat. Maaf bu" ucap Tara.

"Yasudah kamu sekarang duduk" titah Bu Sukma. "Yasudah anak-anak sekarang kerjakan soal dibuku paket halaman 126 dikumpulkan" lanjut Bu Sukma.

Hingga bel istirahat pun Tara masih melamun karena memikirkan apa yang terjadi tadi pagi pada dirinya.

"Taraaaa... lu pasti boong kan ke Bu Sukma pas tadi, biar kaga dimarahin ?" Teriak Zahra teman sebangku Tara.

"Zah lu bisa nggak sih nggak teriak, sakit kuping gua" ucap Tara sembari mengusap telinganya yang panas.

"Iyee maaf, tadi pagi sih emang ada tawuran depan sekolah malu-maluin banget ya si trio wek wek tawuran terus" ucap Nita teman Tara si pecinta permainan Onet. "Eh tapi lu boong kan sama Bu Sukma tadi?" Lanjutnya pada Tara.

Setelah menghela nafas Tara menceritakan kepada kedua temannya yang super bawel dari awal kejadian sampai ia bertemu cowok dan diantarkan ke sekolah oleh si cowok yang tidak diketahui namanya.

"Siapa sih cowoknya?" Tanya zahra penasaran.

"Nggak tau, gua nggak nanya. Dibajunya juga nggak ada bet nama. Tapi dia sekolah di sini" jelas Tara.

"Sosweet banget, ganteng nggak Ra?" Ucap Zahra. Itulah Zahra selalu mengaitkan segalanya dengan perasaan.

"Kaya gitu lu bilang sosweet" ucap Tara kesal.

"Udah udah sekarang mah maen Onet aja" ucap Nita santai.

"Teo Onet mulu lu. Ngejodoh-jodohin terus tapi jodoh sendiri kaga ada" celetuk Zahra.

"Cewek itu dikejar bukan mengejar, anjaaay" balas Nita tidak mau kalah.

"Dasar upil kecoa" ucap Zahra sewot

"Ra kecoa punya upil? Warna apaan upilnya?" Tanya Nita pada Tara.

"Bego" ucap Tara dan Zahra bersamaan.


.
.
.
.
.

Cerita ini disponsori oleh hujan yang membuat galau hehe
Votment ya

Teman Spesial Senja [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang