Part 34

2.3K 82 1
                                    

Sebuah rooftop gedung cafe yang sudah dirancang sedemikian rupa. Lampu kerlap-kerlip, satu meja juga terpampang disana bersama dengan lilin menerangi malamnya hari. berdiri dengan tegap seorang lelaki yang memasukan lengannya kedalam saku celananya.

Ranno Wijaya, lelaki yang telah dianggap oleh dirinya sendiri adalah lelaki pengecut. lelaki yang sudah membuat orang yang ia sayangi menangis. Mungkin bisa dikatakan, untuk manusia seperti Ranno ini tak pantas lagi hidup didunia.

Datang dari sudut rooftop, gadis cantik dengan dress hitamnya. Gadis itu memang cantik bagi Ranno, tapi hatinya tidak. Hatinya terlalu jahat untuk memanfaatkan Ranno demi ketenaran semata, Ranno bahkan tak sama sekali merasa dirinya adalah most wanted. Walaupun memang ia dijuluki dengan sebutan itu, namun dirinya sama sekali tak memandang orang disekitarnya rendah.

Gadis itu memeluk Ranno dari belakang. Ia mengadahkan pandangannya ke sekeliling.  "Yaa ampun sayang, ini bagus banget! Kamu romantis banget tau nggak?" ucapnya seraya melepaskan pelukannya.

Ranno tersenyum hambar.
"Iya ini buat kamu"

Dinda mendekat kearah wajah Ranno. Mata Ranno terbebelak. "Makasih ya saa-" ucapannya terpotong saat hendak mencium Ranno.

"Nggak usah yaa" Ranno menahan bahu Dinda agar tak menciumnya.

Ranno dengan tegapnya memasang raut wajah serius. ia menatap tajam kerah Dinda. "Gua mau kita putus!!" ucapnya to the point.

Mata Dinda seketika terbelalak. "Hah!? Apa kata kamu! Putus?"

Ranno menyunggingkan bibirnya sembari mengotak-atik ponselnya. "Ini apa!?" ucapnya menunjukan video yang dikirimkan Irfan kemarin.

Dinda tersentak. "It...it.."

"Kenapa hah!! nggak bisa jawab?"

"lo masih mau ngelak, buka mata lo! Ini elu BEGO!!" ucap Ranno dengan emosi yang tak terbendung.

"Ak...aku bisa jelasin Ran" Lirihnya meminta belas kasihan. Air matanya tumpah, entah air mata asli atau palsu.

"Dengan lo nangis kaya gitu, lo pikir gua bakal kasian gitu hah!? Udah deh Din !! Lo nggak usah ngejelasin apapun lagi kegua. Semuanya udah nggak guna, semuanya bahkan udah dijelasin divideo itu! LO CUMAN MANFAATIN GUA DOANG!!.

"GUA NGGAK ABIS FIKIR SAMA LO TAU NGGAK! KURANG BAIK APA GUA SAMA LO DIN!? LO DATENG KE KEHIDUPAN GUA LAGI UNTUK MANFAATIN GUA!" Ranno dipenuhi dengan emosinya.

Ranno pun mengambil kunci mobilnya dan pergi meninggalkan Dinda yang masih dalam tangisannya. Persetan dengan semua itu Batin Ranno kesal.

Ranno melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Pikirannya benar-benar kalut saat ini. Ia menerobos lampu merah, katakanlah Ranno gila saat ini. Ia tak henti-hentinya menelepon Tara--cewek yang ia sia-siakan. Tak ada satupun telpon yang diangkat oleh Tara. Kemana dia? Batin Ranno gelisah. Ia akan pergi kerumah Irfan saat ini. Kalau ada kata yang lebih dari kacau, itulah kata yang tepat untuknya.

¤~¤

"Eh Fan, Ranno kaga kesini? Mana dah dia?." Tanya Reza yang terfokus pada layar ponseknya.

Irfan melirik sekilas. "Dia lagi dinner sama si Domba."

"Oh, dia mensiv yak?."

Irfan mengangguk. "Sekaligus mensiv terakhir."

Reza sedikit tercengang, kemudian menetralkan kembali ekspresi wajahnya. "Baguslah kalau seperti itu." Ucapnya menyunggingkan bibirnya.

Teman Spesial Senja [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang