Part 32

1.8K 60 0
                                    

HAAAAYYYYYY

OKE, LUPAKAN.
___________________________________

"Tunggu Ra!!"

"Lo pasti udah tau kan sebelumnya kalau itu gua!?" Geram Tara dengan mata memerah.

Ranno bersimpuh didepan Tara. "Maafin gua Ra, maaf" ucapnya mencengkram pergelangan lengan Tara.

"Lepas!!" Teriak Tara melepaskan cengkraman Ranno dengan satu kali hentakan. "LEPAS!!."

______________________________________

Tara berlari memasuki kawasan pesta. Semua orang tertuju pada Tara. "Raa tunggu Ra, please Ra dengerin gua dulu!." teriak Ranno mengejar Tara.

Tanpa sengaja Tara menabrak Zahra yang sedang minum, akibatnya gelas yang dipegang Zahra terjatuh dan pecah. Keduanya pun terjatuh.

"Lo kenapa Ra?" Tanya Zahra khawatir. Ia melihat Ranno sedang berlari menuju arahnya.

Tara mengusap air matanya. "Gua pengen pulang Zah, pulang!!" lirihnya hampir tanpa suara.

"Gua anterin ya Ra" tawar Renno yang susah tau penyebab Tara seperti ini karena siapa.

Tara dengan cepat menggeleng. "Yaudah, kita pulang pake taksi yaa" ucap Zahra cepat. "Dimas aku pulang duluan yaa, kasian Tara" pamitnya.

Ranno datang dengan teriakannya. "Ra, dengerin dulu Ra, TARA!" Ucapnya dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Renno menghampiri Ranno. "Lo kan yang bikin Tara nangis kaya gini hah!!!" Ucapnya emosi. Renno mencengkram kerah kemeja Ranno dan melayangkan satu tinjuan untuk adik yang tak tau diuntung ini. Ranno tersungkur dilantai, ia meringis kesakitan memegangi sudut bibirnya yang mengalir cairan merah.

Ranno menyeka darah disudut bibirnya.
"Lo nggak tau apa-apa soal ini bangsat!!" Ucapnya geram tepat didepan wajah Renno.

"Apa lo bilang!! Gua nggak tau apa-apa?" Ucapnya dengan menyunggingkan senyumannya.

"Cih..gua tau semuanya Ran! Tara itu sayang banget sama lo, lo harus inget dia itu cewek dan cewek itu cuman bisa nunggu. Lo itu harus dengerin gua! Gua ngerelain dan ngelepas dia demi lo!! Gua juga tau isi hati lo Ran! Lo itu sebenernya juga sayang sama Tara, bahkan cinta! Lonya aja yang bego, nggak bisa ngertiin perasaan lo sendiri.. "

"Gua bahkan udah bilang berkali-kali sama lo, Dinda itu cuman manfaatin lo doang!!"

"Nggak! Jangan pernah lo jelek-jelekin Dinda bangsat!" Teriaknya menghadiahi Renno tinjuan dipelipisnya.

Semua orang berteriak melihat pertarungan kedua cowok tersebut khususnya kaum hawa. Untung tak ada satu barang pun yang rusak, hanya gelas yang tadi pecah saja.

"Sayang kamu nggak papa?" Tanya Dinda yang tiba-tiba datang memeluk Ranno.

Renno tersenyum tipis. "Disaat situasi kaya gini lu masih bela tu cewek hah!!" Ucapnya dengan menunjuk Dinda. "Buka mata lo lebar-lebar Ran, pahamin isi hati lo dan dengerin siapa yang lo cintai sebenernya! Camkan itu!--

--SEKARANG!! Kenapa lo cemburu diaaat gua sama Tara? Kenapa lo sekarang merasa bersalah? Kenapaa hah!! KENAPA?!."

Ranno menjambak rambutnya frustasi, ia terlalu emosi menanggapi Renno, pikirannya buntu tak berfungsi secara sehat. Bagaimana bisa Renno mengetahui semuanya?
Apa yang harus ia lakukan saat ini?

"Aaakh " geram Ranno frustasi menjambak rambutnya sendiri kuat-kuat.

¤~¤

"Kenapa sih cowok selalu kaya gitu. Kenapa dia selalu ngucapin hal yang nggak pernah dia pegang ucapannya sendiri. Kenapa hah ! Hiks.. hiks kenapa?" Ringis Tara. Tangisnya semakin kencang dan menjadi-jadi.

"Dan beberapa waktu yang lalu gua liat dia melakukan hal yang buat hati gua sakit walaupun, gua sama sekali nggak berhak untuk sakit hati. Gua udah udah berusaha untuk merima lagi orang, tapi hati gua yang lama susah untuk dipulihin lagi."

Ranno mengamit bahu Tara dan membawa kedalam pelukannya.

"Bo..boleh gua tau siapa cowok itu?" Ucap Ranno yang masih memeluk Tara dan lengannya yang masih mengusap pelan punggung Tara. "Tapi ka-"

"Dia...dia Ranno" potong Tara sedikit gugup.

Tara memegangi dadanya, hatinya terasa sesak mengingat kejadian tadi. Tangisannya kembali pecah, kenapa jalan cerita menjadi serumit ini? Apa tidak ada skenario lain yang lebih mudah?

"Apa yang gua harus lakuin Zah? Apaa?!?" Ucap Tara dengan isakan tangisnya.

Keduanya kini sedang berada di kamar Tara. Tara langsung meminta Zahra menemaninya, ia juga meminta agar Zahra menginap. Zahra pun meng-iyakan permintaan Tara.

"Jalanin aja Ra, emang lo mau jungkir balik gitu hah?"

Tara mendengus sebal. "Gua seriusan Zah! Ranno udah tau sekarang kalau gua suka sama dia, sayang sama dia" geramnya menutup kedua matanya rapat-rapat seolah bisa menghilangkan sesak di dadanya.

"Yaa terus mau diapain lagi coba, nggak mungkin kan lo bikin dia amnesia?

--Raa semua pasti ada jawabannya. Mungkin kali ini gua nggak bisa kasih lo pencerahan ataupun solusi. Gua bahkan nggak tau cerita awal kalian itu seperti apa. Mending lo sekarang istirahat, oke?--

--Besok kalau lo mau cerita semuanya ke gua dari awal sampai akhir, lo tinggal cerita. Kalau enggak juga nggak papa kok, gua nggak maksa." ucap Zahra bak berhati malaikat berusaha menenangkan Tara setulus hati.

Tara mengusap wajahnya kasar. "LO NGGAK PERNAH NGERTI PERASAAN GUA SAAT INI!!! Jangan dianggap bercanda Zah, sekarang Ranno udah tau semuanya!! Gimana kalau gua ketemu dia besok hah!?" Ucapnya tanpa sadar dengan emosi.

Zahra terkejut bukan main, ini kali pertama Tara membentaknya. Seemosi inikah Tara, sampai tega membentaknya. Zahra sangat mengerti apa yang dirasakan Tara. Ia pun tak menanggapi emosi Tara.

Zahra menarik nafasnya dalam lalu membuangnya lagi perlahan. "Dengerin gua, kapan gua nggak ngerti semua perasaan lo? Dan siapa bilang kalau gua tadi bercanda? Raa gua selalu berusaha mengerti apa yang lo alamin. Jalanin aja apa yang ada Raa--

--lo nanya ke gua, apa yang harus lo lakuin kalau ketemu Ranno? Jawabannya gampang kok. Lo cuman harus bersikap seperti biasanya, jangan nunjukin amarah lo. Gua yakin pasti akan terjadi suatu kejadian yang nggak akan lo duga. Inget Raa.. jangan memperibet hidup lo sendiri, gua bilang sekali lagi. Jalanin aja apa yang ada---

--Kalau lu menganggap gua bercanda selama ini, itu salah besar. Buat apa gua dengerin semua curhatan lo. Lo juga selalu baik sama gua Ra. Kita sebagai sahabat harus ada timbal baliknya, jadi buat apa gua bercanda soal yang beginian? Karena gua pun tau hati nggak bisa diajak bercanda." Final Zahra lalu menarik selimut diranjang Tara.

Tara pun hanya bisa terdiam seribu kata.

.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf yaa sedikit. Sedang buntu otak.
Mikirin Ukk wkwk. Tapi udah selesai, tinggak nunggu remed wkwk
Votment yaaa teman

Teman Spesial Senja [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang