Introduction

428 28 0
                                    


Kenalin namanya Karenia Vattalenia dengan tiga sahabatnya Tetania Ramadini, Ratna Dinata, Elen Elianna.

Karen jatuh cinta untuk yang pertama kali. Badailah orangnya.

Karen yang sudah mengenal Badai sejak masih pada masa putih biru hingga sekarang di kelas dua putih abu-abu.

Badai yang tak dapat dideteksi datangnya kapan oleh orang lain yang tak mengenalnya. Badai dengan jutaan pesona yang dimilikinya membawa dampak buruk bagi tubuh Karen. Getaran dan gemuruh yang hebat saat Badai ada di sebelahnya atau Karen yang melihatnya dari jauh.

Badai adalah sebutan bagi Danni Danendra yang diberi oleh Karen. Kenapa dikasih nama Badai?

Karena suatu hari Karen melihat Danen dengan rambut yang mulai memanjang dan diterpa angin. Danen yang sedang berdiri di bawah pohon bersama dua sahabatnya Haykal Mahendra dan Adam Azkantara, merupakan dua manusia yang telah berhasil bertahan hidup bersana Danen.

Seolah angin yang menerpa Danen bergerak dengan sangat lambat, sehingga menambah kadar tampan pada Danen. Kulit berwarna kuning kecolatan yang bersih serta tubuhnya yang tinggi, sekitar 172 cm. Mata yang sekidit sipit dan ada tatapan tajam yang dimiliki Danen. Selain rambut , Karen juga menyukai jari-jari Danen yang panjang dan ramping, menjadikannya ketertarikan sendiri.

Danen itu good looking banget.. 😊

Danen bukan hanya sekedar tampan. Dirinya adalah salah satu penghuni jurusan IPA yang masuk di ekskul basket dan band. Danen juga sering gonta ganti mobil dan motor yang samapai sekarang Karen belum mengetahui asal mula mobil dan motor-motor itu.

Karen yang sering mengikuti kegiatan Danen setelah pulang sekolah menjadikan diri Karen mengetahui banyak hal-hal kecil yang tak pernah diketahui oleh penggemar Danen yang lainnya.

Seperti Danen yang lebih suka dengan sweater dengan penutup kepalanya yang menyatu, kaca mata hitam, sepatu olah raga, jeans, serta jam tangan. Terkadang Danen menggunakan kaos polos putih, biru dan juga abu-abu. Warna yang paling disukai adalah hitam.

Danen tak suka makan brokoli dan lebih memilih selada. Danen lebih suka kopi latte dari pada kopi hitam. Danen gak bisa makan tanpa ada rasa pedas. Danen lebih suka menonton dan membaca novel ketimbang bercerita atau menulis. Danen malas mendengar guru yang ceramah panjang lebar, dirinya lebih memilih tidur dalam kelas dan merekam ceramah guru yang sedang mengajar. Danen lebih suka laptop dari pada tablet. Danen suka dengan kucing dan juga ikan mas koki.

Satu lagi, Danen bukan perokok atau peminum. Kalau diajak begituan Danen lebih memilih tidur dikamarnya dengan berbagai cemilan dan makanan dari pada mendekat kepada benda laknat tersebut.

Karen sudah melakukan penyelidikan tersebut hampir lima tahun ini. Dewi cantik memang berpihak padanya. Karen mengikuti Danen selama matahari berpijar, saat matahari kembali kepersembunyiannya, Karen pulang menunju rumahnya.

°•••°

Karen yang saat ini sedang duduk-duduk manis di depan kelasnya tak sengaja melihat siluet tubuh Danen. Lama kelamaan Karen melihatnya dan akhirnya terlihat dengan jelas. Danen bersama Haykal dan Adam berjalan menuju ke arahnya. Bukan kearahnya, mereka bertiga hanya melewati kelas Karen untuk menuju ke kantin kelas sebelas yang ada di ujung koridor kelas IPA.

"ehh.. Ren, Karenn.. Tuh si badai lewat. Ecie.. Senyu-senyum aja" ucap Tania yang arah pandangnya menuju ke Danen diikuti Ratna dan Elen.

"kalo lo dari dulu sampe sekarang masih gini-gini aja mau sampek kapan lo dikenal sama Danen?"

"bener juga apa yang dibilang Ratna, Ren. Kalo lo cuman ngikutin dia secara diam-diam, lo cuman lihatin dia dari jauh sambil senyum-senyum kapan mau ngerasain seperti yang ada di kepala lo." Elen mulai bernasehat.

Karen mulai berfikir bagaimana dirinya untuk bisa mengenal Danen sesungguhnya.

"lo mending berfikir dulu deh dengan tingkat yang benar-benar matang. Kita pergi dulu ya, apa lo mau ikut." tawar Ratna yang langsung mendapat jawaban dengan gelengan kepala dari Karen.

"yaudah, kita duluan ya." pamit Tania, lalu mereka bertiga bangkit berdiri dan berjalan menuju kantin. Sedangkan Karen berdiri dan berjalan menuruni anak tangga untuk menuju ke taman belakang sekolah yang sepi.

Taman sekolah ini sepi, tenang, dingin rasanya karena banyak pohon-pohon rindang.

Banyak siswa-siswi disini tak ingin ada yang datang ke taman walau hanya sekedar duduk-duduk manis.
Kenapa taman ini sepi, karena untuk apa para siswa-siswi yang sekolah disini mendatangi taman yang tak ada makanan atau wifi. Ditaman ini hanya ada bangku yang teduh serta angin sepoi-sepoi.

Karen memilih duduk di bangku panjang sambil memdengarkan lagu lewat earphone yang menyambung pada ponsel apel digigit berwarna rosse gold.
"gue harus gimana sekarang. Gak mungkin kali gue gini-gini aja dari kelas satu SMP sampe sekarang kelas dua SMA. Hampir lima tahun.
Gue harus bertindak.."

Karen memejamkan matanya sambil mendongakkan matanya. Hingga beberapa saat ide-ide yang biasanya selalu bermunculan tak ada satupun yang muncul di pikirannya.

Ting..

Tetania:
Lo dimana, kalo mikir jangan kelamaan. Buruan masuk udah bell..

Karenia:
Bentaran, gue otw kelas.

****

Pelajaran siang ini cukup membosankan. Kimia. Salah satu pelajaran yang susah di mengerti. Sama seperti Danen yang juga susah dimengerti.

Karen membuka kotak pensilnya dan menemukan note tebal dengan warna merah muda dan biru. Tulis di sini dan tempel. Ide itu muncul secara tiba-tiba. Senyum Arina muncul di wajah cantiknya.

Jeng.. Jeng.. Jeng.. Jeng.........!!!
Heheh gue muncul lagi dengan bawa Badai, alias si Danen...
Badai ganteng kok, ganteng banget malah.. Rambutnya yang kalo kena angin jadi terbang-terbang gitu..
Aduh gila ganteng banget.
Dia idola gue. Kalian-kalian mau tau dia kayak gimana contac gue aja.

Ig: ddahn_
Line: dahniar_nia

Falling In Love With "BADAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang