Pintu kamar terbuka dan menampilkan wajah Ratna dengan bunga mawar putih di tangannya.
Elen menyusul dengan membawa bunga mawar berwarna merah muda yang sangat lembut.
Tania kemudian, dengan mawar merah ditangannya.
Ternyata masih berlanjut, dengan Adam dan Haykal yang membawa balon yang sangat banyak berwarna putih, biru dan hitam.
Jangan tanya dimana Fegar, dia sudah asik dengan kameranya. Bergerak seperti cacing kepanasan hanya demi mendapatkan sudut foto yang bagus.
"Didepan mama sama papa kamu, dan juga di depan bunda dan Adnen. Aku cuman mau bilang. Mau ga pacaran sama aku?"
Wajah Karen sudah dipenuhi dengan air mata kebahagian kali ini. Danen berhasil membuat semangatnya kembali lagi, kebahagian Karen mulai terbayarkan. Segala perjuangan Karen mendapatkan hasilnya. 'perjuangan tak akan mengkhianati hasil' sudah terbukti.
Karen tak menjawab, namun dia mengangguk sambil menyembunyikan kepalanya.
"Ngapain ngangguk - ngangguk. Jawab dong.." ucap Danen dengan nada yang sedikit jahil.
"He emm.." Karen menatap mata Danen dengan lekat. "Mau.. tapi, kapan diajak tunangannya?"
Semua tertawa mendengar pertanyaan sepontan Karen. Namun Danen tetap menjawab. "Nanti kalo kita udah lulus dari yang namanya pendidikan. Kita berjuang bersama. Ok?"
Karen mengacungkan jempolnya dan mendapat tepuk tangan. Tak lupa ejekan dari Ratna dan Elen dengan suara yang melengking. "Ehh cabe - cabean. Berisik, ini masih kawasan rumah sakit."
"Iya. Dasar.."
Karena tak terima dibilang cabe Elen melakukan pembelaan. "Dasar terong kurang belaian dan kurang perhatian."
"Gilak, si Danen keren banget. Gue jadi pengen..." Semua mata melirik kearah Tania yang diam - diam mengakui kalau Danen keren.
"Karen..." Farah berlari mencari tisu sedangkan yang lainnya terkejut melihat apa yang ada di depannya saat ini. "Danen... Panggil dokter Andre atau Brama. Pahh.. tolongin ambil tisu lagi."
Semua menjadi panik, Danen bersama Adam dan Haykal keluar untuk mencari dokter sedangkan yang lain termasuk Tantie menunggu di ruang tunggu.
Karen mengalami pendarahan pada hidungnya. Tak beberapa lama semua pandangan Karen menjadi gelap, Karen tak sadarkan diri. Namun, darah yang keluar melalui lubang hidung tak kunjung berhenti. Bahkan semakin banyak yang keluar.
"Tinggakan kami bersama perawat, kalian keluar dulu biar kami yang menangani." Ucap dokter Andre dan diberi anggukan oleh dokter Brama.
"Tolong bantu anak gue Bram, Dre. Gue mohon sama kalian berdua."
"Kami akan melakukan semampu kita, kalian dan yang lainnya berdoa. Meminta pertolongan dan perlindungan dari Tuhan."
🍭🍭🍭🍭
"Gue ada kabar buruk buat kalian." Adnen yang barusan saja tiba langsung duduk. "Kalian kenal sama yang namanya Cika?"
Setelah Adnen mengirim pesan kepada Adam untuk menyingkir terlebih dahulu dari ruangan Karen. Ada hal penting yang harus mereka bereskan. Ketika menanyakan itu semua mengangguk dan meninggalkan kegiatan yang sebelumnya mereka lakukan. "Iya. Kita udah pada pernah ketemu."
"Dia tau kalo Danen ada disini. Dia udah berangkat penerbangan malem dari Jakarta. Gue sendiri engga tau dia dapet info dari siapa. Yang jelas intinya si Cika engga boleh ketemu sama Danen. Titik, ga perlu koma." Penjelasan Adnen dibarengi dengan tangannya yang mengetuk - ngetuk pinggiran meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With "BADAI"
Fiksi RemajaBadai: "menjadikan mu sebuah bagian dalam hidupku, walaupun sesaat bukanlah sebuah kesalahan dan menjadikannya penyesalan. Kamu adalah sosok manusia yang tak dapat aku diskripsikan. Semoga kamu bahagia disana." Karen: "aku memang berhasil memilikimu...