Taman apartemen yang cukup ramai pada pukul 04:55 pm. Duduk sambil melihat kedepan dengan panfangan kosong sudah dilakukan Danen dan Adnen sejak tadi. Arah pembicaraan mereka yang membuatnya harus berkorban lebih. Danen yang akan tinggal di sini atau Danen yang harus pulang meninggalkan Jerman.
Ritanti sang bunda sudah diberi kabar. Namun bunda satu itu masi bersikukuh ingin menyusul kedua anaknya dan sekaligus menengok Karen yang katanya adalah pacar dari Danen.
"Adnen, what are you doing in here?" Suara perempuan dengan mantel pink mengejutkan keduanya.
"Oh, elo. Ini nemenin abang gue." Ucap Adnen sambil menunjuk Danen. Sedangkan yang ditunjuk tak peduli dengab uluran tangan dan tatapan dari perempuan bermantel pink tersebut. Menatap kosong kearah depan.
"Kaya pernah ketemu.. eitss..!! Kalian? Twins?" perempuan bermantel pink itu masi nampak berfikir sedangkan Adnen masi menatap Danen yang sama sekali tak peduli. "Cowok Indonesia dalam lift. It's you..? Wahh keren..!"
Danen akhirnya melirik dan mengangguk. Tanpa mempedulikan percakapan antara Adnen dan perempuan bermantel pink itu, dia berjalan menjauh. Menuju bangku taman yang lainnya. Kegiatan yang dilakukkannya tak jauh berda dari sebelumnya.
'gue harus gimana?"
-❣❣❣❣❣❣-
Berlapis kaca tebal dan penerangan yang cukup membuat tubuh Karen nampak jelas disana. Tangan Danen bersentuhan dengan kaca tersebut, hanya dingin yang dapat ia rasakan. “Harapan gue cuman satu. Gue cuman mau lo kaya dulu lagi.”Saat ini Rama sedang menunggu sang istri yang sedang istirahat di salah satu kamar. Keadaan Farah tang tiba – tiba pingsan semakin membuat Rama Kalang kabut.
Dilain tempat. Tania, Ratna dan Elen masi besrusaha mencari tiket keberangkatan Bali – Jerman. Sedangkan Adam, Haykal dan Fegar berdiskusi kepada guru yang bertugas untuk mendampingi ST. Kabar yang mereka dapat dari Danen walau hanya berupa foto dan dikirim ke ponsel Fegar membuat semua menjadi khawatir. Jadi mereka ber-enam akan berangkat menuju Jerman malam ini juga. Terdengar pintu kamar yang diketuk membuat ketiga gadis itu berlari membuka pintu dan menampakkan Adam saja yang berdiri disana. “gimana bisa-kan?”
“Bu Nita masi meragukan alasan kita. Gue butuh bukti yang kuat.”
“gue ada ide” dengan otak cemerlang yang datang dadakan membuat semua mata mengarah ke Elen. “kita hubungin si Adnen buat minta vidio call. Engga mungkin minta Danen. Buat masalah nomor. Kita lewat DM ig aja dulu.”
“Gue mencium bau – bau gak enak.” Sindir Ratna. “emang yang mau nge-dm si Adnen siapa?” tamabah Tania.“ya.. ya.. gue lah..” jawab Elen sambil senyum sedangkan Adam, Tania dan Ratna memutar mata jangah dengan kelakuan Elen.
Tak lama setelah Adam masuk ke dalam kamar, disusul oleh Fegar dan Haykal. “gimana bu Nita engga percaya aja. Padagal kita juga udah daoet izin dari ortu.” Dumel Haykal dan langsung tiduran di sofa.
“Tenang dulu. Otak gue udah bekerja dengan baik kok.” Ucap Elen sambil menunjuk kepalanya denga jari telunjuk, tak lupa mepamerkan deretam gigi rapinya.“emang pernah bener, baik aja ogah – ogahan.” Ejek Fegar sambil meneloyor kepala Elen. “Sialan lo!!”
Ting..
Suara ponsel Elen membuat semua menjadi hening, dan kemudiam Tania, Ratna dan Elen berebut mengambilnya. “pasti si Adnen.”
“Gue aja yang buka.”“gue aja yang bales.”
“hp gue. Siniin ga?!”
“ogah.” Ponsel itu sudah berpindah ke tangan Ratna. Dengan senyum yang merekah Ratna membuka message dari Danen.
D.adnenra
Line: AdnenDan“balesnya gini doang.” Ucap Ratna sambil melempar ponsel pada seng empunya. Kemuadian Ratna mengambil ponselnya sendiri dan membuka aplikasi Line. Mengetik pada kolom lencarian dam menekan ‘add’
“kalah cepet gue?” Tania juga mencari ponselnya yang entah menyelip dimana. Jangan tanya apa yang dilakukan ketiga laki – laki itu. Mereka hanya menatap jengah kelakuan Elen, Ratna dan Tania.
❣❣❣❣❣❣
"Baik, jika begitu alasan kalian untuk menjenguk Karen. Maaf sebelumnya ibu belum mengetahui kondisi Karen saat ini. Hati - hati saat perjalanan nanti. Ibu titip salam buat Danen dan kedua orang tua Karen."
Setelah kepergian bu Nita barusan membuat sorakan Elen dan Ratna memenuhi lorong hotel sore menjelang malam. "Diem, jangan teriak - teriak. Biasanya di jam segini tante kunti suka dateng" setelah kalimat Fegar terlontar semua bubar barisan menuju kamar untuk mengambil barang - barang yang sudah dikemas.
Perjalanan menuju bandara Ngurah Rai tak membutuhkan waktu lama. Apalagi bagi Adam. Perjalan kali ini seperti liburan tambahan baginya.
"Gue engga sabar ketemu Karen, Tania... Karen bakal baik - baik aja kan?"
"Tania, gue ga bakal kehilangan Karen gue kan?"Tania memberikan senyum yang menenangkan bagi Elen dan Ratna. "Doa kalian yang paling baik buat Karen. Dukung Karen. Temenin Karen saat dia dalam keadaan lemah sekalipun."
"Kalian ingetkan betapa gigihnya Karen dulu waktu ngejar - ngejar Danen kaya gimana? Kita harus se-semangat Karen juga." Sambung Tania sambil mengekus lengan kedua sahabatnya yang ada dikanan dan kirinya.
Sedangkan Fegar, dia masih belum siap untuk melihat keadaan Karen dalam keadaan selemah ini. Baginya Karen adalah malaikat hidupnya. Saat tak ada satupun yang mendukung, Karen yang selalu dibarisan depan hanya untuk memberinya semangat. Begutu pula saat Fegar dalam keadaan terburuknya.
°°°°°
"Dek, lo nanti yang jenput temen - temen gue ya?"
"Lah, napa engga lo aja?"
"Gue capek belom tidur"
"Suruh sapa begadang."
"Namanya juga engga bisa tidur. Udah sana jemput. Bentar lagi juga sampe."
"Iya.. gue berangkat. Mau dibeliin makan sekalian ga? Lo belom makan."
Hanya gelengan yang menjadi Respon Danen. Kemudian tubuh Adnen menghilang dari pandangan Danen.
Suasana bandara di area kedatangan internasional dipenuhi pengunjung yang sebagian menjemput dan sebagian keluar.
Hanya berbekal papan nama bertuliskan 'badai here' dapat dipastiakan para sahabat Danen menemukannya dengan mudah. Tak lupa, disebelah Danen sudah ada gadis bermantel violet yang tak lain dan tak bukan adalah gadis yang kemaren menggunakan mantel pink. "Lo ngikut mulu napasi?"
"Sumpek gue di kamar mulu. Mendingan ikutan lo kan?"
"Sebahagia lo." Jawaban tak peduli Adnen tak mematahkan senyum gadis bermantel violet itu.
~
"Adnen kan lo?""Apa kabar bro?" Adnen memeluk Haykal yang sudah lama tak jumpa bergantian dengan Adam, dan menjabat salam sambil berkenalan dengan Fegar.
Ketiga gadis yang berada di belakang hanya menatap kagum kearah Adnen saat ini."Can I get to know your name?" Elen mengulurkan tangannya kearah Adnen. Namun bukan Adnen yang membalas jabatan tangan Elen, melainkan Viola. Gadis bermantel violet.
Tania, Adam dan Haykal tertawa terpingkal - pingkal diikuti Adnen. Sedangkan Elen dan Ratna sudah ingin memutuskan tangan Viola menjadi dua. "Sialan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With "BADAI"
Ficção AdolescenteBadai: "menjadikan mu sebuah bagian dalam hidupku, walaupun sesaat bukanlah sebuah kesalahan dan menjadikannya penyesalan. Kamu adalah sosok manusia yang tak dapat aku diskripsikan. Semoga kamu bahagia disana." Karen: "aku memang berhasil memilikimu...